Sebelum meninggal terpapar asap, bocah Aerli sempat panggil bunda
"Dia sempat bilang bunda, bunda, terus diam. Demi Allah saya tak kuasa menyaksikannya," ujar Lili sambil terisak-isak.
Sebelum meninggal dunia akibat terpapar kabut asap, Ramadhani Lutfi Aerli (9) menyebut nama Bundanya. Dari hasil medis, paru-paru bocah laki-laki ini dipenuhi dengan asap, sehingga mengalami kekurangan oksigen.
Kesedihan Eri Wirya dan istrinya, Lili di hadapan jasad anaknya ternyata mengundang isakan tangis para tetangga yang ikut membacakan Yasin dan berzikir untuk Luthfi.
"Lutfi tak pernah sakit selama ini. Dia anak yang kuat. Cuma selama dua hari belakangan, dia demam tinggi," kata Lili kepada wartawan, Rabu (21/10).
Rabu dini hari tadi, Luthi dalam keadaan kritis. Tubuh Luthfi nampak membiru dan sempat kejang-kejang lalu tak sadarkan diri. "Dia sempat bilang bunda, bunda, terus diam. Demi Allah saya tak kuasa menyaksikannya," ujar Lili sambil terisak-isak.
Dari hasil rontgen dokter Rumah Sakit Santa Maria tempat Lutfi dirawat, paru-paru bocah usia sembilan tahun ini penuh asap. "Sudah di scan dan rontgen, katanya terjadi penipisan oksigen di jantung, selain itu kayak ada awan di paru-parunya, itu yang disampaikan pihak RS," ungkap Eri Wirya, ayah Luthfi.
Eri tak menyangka, anaknya menjadi korban kabut asap, sebab Luthfi tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun, apalagi persoalan paru-paru. Namun selama kabut asap menyelimuti Riau, Lutfhi menjadi korban ketiga dari anak-anak yang meninggal dunia akibat paparan kabut asap.
"Apa salah anak saya. Kenapa harus dia. Kenapa harus seperti ini jadinya. Semoga pemerintah bisa membuka mata, jangan ada Lutfi lainnya di Riau," kata Eri kembali meneteskan air matanya.
Menurut Eri, Senin (19/10) lalu, kondisi anaknya masih sehat dan bugar. Dia juga masih masuk sekolah. Namun pada keesokan harinya (20/10), tubuh Lutfi mengalami demam tinggi.
"Selasa tengah malam kami bawa ke RS. Dia muntah dan kejang-kejang lalu pingsan. Firasat saya sudah tidak enak saat itu. Saya istighfar banyak-banyak," beber Eri.
Usai azan Subuh, Lutfi akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter. "Itu alat-alat medisnya banyak. Ada oksigen, infus, uap, alat tes jantung. Saya luluh waktu itu. Badannya penuh selang, matanya tertutup dan wajahnya membiru," jelas Eri.
Saat ini, jenazah Luthfi disemayamkan di rumah duka, Jalan Pangeran Hidayat, gang Nikmat nomor 57, Kelurahan Kota Baru Baru, Kecamatan Pekanbaru Kota, jasad bocah malang itu rencananya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) dekat terminal Akap, setelah salat Ashar nanti.