Sejarah Cilacap yang terpendam dalam makam
Sejarah Cilacap yang terpendam dalam makam. Ada 109 makam serdadu Belanda di Jalan Karang. Dari makam tersebut, terungkap bahwa dahulu Kabupaten Cilacap sempat terkena ganasnya wabah malaria.
Angka-angka tahun yang tertera di dinding Benteng Pendem Kabupaten Cilacap, melontarkan Karsiyah pada rasa penasaran tentang sejarah Cilacap di masa kolonial. Tak pernah ia sangka, informasi yang ia gali lewat sejumlah buku, justru mengantarkannya ke pemakaman Kerkhof Tjilatjap.
Di pemakaman itu, di Jalan Karang sebelah selatan kelurahan Cilacap, kurang lebih terdapat 109 makam yang tak bisa dikatakan terawat betul. JWF Scott, si pengawas pembangunan Benteng Pendem adalah salah satu serdadu Belanda yang terbaring di dalamnya sejak 24 Juni 1870. Karena satu makam itu, rasa ingin tahu Karsiyah makin menjadi, ia ingin mendalami identitas masing-masing warga Belanda yang dimakamkan di areal pemakaman tersebut.
"Saya merasa dengan mengetahui dan meneliti lebih jauh, saya bisa melengkapi serpihan sejarah yang hilang di Cilacap. Menurut saya, epitaph (tulisan pada nisan) merupakan jejak eksistensi seseorang, yang bisa menggambarkan bagaimana situasi Cilacap di masa kolonial," ujar Karsiyah yang merupakan lulusan Fakultas Peternakan Unsoed ini.
Pengusul revitalisasi Kerkhof Cilacap itu lalu membangun jaringan dengan beberapa orang Belanda untuk mengetahui latar belakang identitas yang tertera di tiap epitaph. Pada tahun 2004-2014, informasi ia kumpulkan dari berbagai pihak dan kerabat yang berkaitan dengan keturunan komunitas Eropa yang dimakamkan di Kerkhof Cilacap. Dari informasi yang ia himpun, salah satunya ia lantas mengetahui wabah malaria pernah menjadi momok di Cilacap sampai-sampai seorang dokter bedah asal Denmark, Oscar Kuhr, meninggal di tahun 1886.
"Pemakaman ini mendokumentasikan sejarah panjang Kabupaten Cilacap. Salah satunya terkait kisah ganasnya malaria terbesar di Jawa Tengah yang menewaskan puluhan orang-orang asing di masa silam. Sedang terkait prasasti nisan yang masih ada, tertera makam tertua atas nama Therese Von Lutzow tahun 1852 dan terakhir Egbert De Jong tahun 1952," ujarnya hafal di luar kepala.
Karsiyah pada merdeka.com, menunjukkan makam-makam yang telah ditelitinya hampir 15 tahun. Ia menenteng map merah berisi kliping-kliping koran dari Belanda, identitas dan denah pemakaman. Ia bercerita, sangat bersyukur ketika ada upaya menjadikan kerkhof dan bangunan-bangunan tua di Cilacap lainnya sebagai cagar budaya.
"Saya kira, baik kerkhof atau bangunan peningalan kolonial lainnya tak hanya berkaitan dengan nilai sejarah. Tapi juga bisa menjadi media diplomasi antar negara. Hal ini juga penting bagi kita untuk melawan lupa. karena tanpa pelestarian maka sama saja kita membiarkan beberapa rangkaian sejarah hilang," ujarnya.
Kesabaran Karsiyah mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah Cilacap itulah yang kini diupayakan oleh keikutsertaan Pemerintah Kabupaten Cilacap. Dari informasi-informasi yang dihimpun Karsiyah, Pemkab Cilacap mulai bergerak untuk melakukan revitalisasi kawasan Pemakaman Kerkhof Tjilatjap. Rencananya kawasan ini akan dipugar, diperindah dengan dilengkapi diorama sejarah kolonial di Cilacap. Tujuan besarnya agar dapat menjadi salah satu magnet pelestarian pusaka (heritage) sebagai strategi utama pengembangan kota.
Tindakan Karsiyah menunjukkan bahwa posisi sejarah sejatinya begitu penting, meski sering disepelekan dalam zaman yang lebih mengutamakan pembangunan-pembangunan lahan ekonomi. Kerja Karsiyah mengingatkan kita, bahwa yang lampau tetaplah bagian penting dari proses yang berlangsung sampai waktu kini.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana cara sejarawan menentukan kebenaran sebuah peristiwa sejarah? Sejarah menggunakan metode ilmiah dan analisis kritis untuk menilai keandalan sumber dan menyusun narasi yang berdasarkan bukti.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
Baca juga:
Jakarta, kota berkembang dengan dua ribuan gang
RI & Australia kerja sama selamatkan kapal perang di Laut Jawa
Jasa dan jasad Tan Malaka dikubur bersama
Cerita Sukmawati soal Partai Masyumi di era Soekarno
Jokowi kenang percobaan pembunuhan Presiden Soekarno saat Salat Id
Sedang main di sungai, warga temukan tiga arca dari abad 9-10 Masehi
Jejak Kerajaan Muara Beres di Cibinong