Sekolah di Era New Normal, Guru Dituntut Ubah Konsep Pembelajaran
"Sekarang belajar bukan hanya untuk nilai, tetapi untuk kompetensi. Ibaratkan tahu sedikit tapi mendalam, lebih baik dibandingkan tahu banyak tapi dangkal," sebutnya.
Pakar Statistik, Kresna Yahya menilai sistem pendidikan dituntut adaptasi di masa pandemi Covid-19. Tenaga pendidik atau guru dipaksa menjalankan metode pembelajaran baru sesuai New Normal.
"Kalau dulu datang ke kelas, guru menjelaskan materi yang ada dan tinggal dibahas. Hari ini guru mengalami perubahan peran yang memerlukan sikap dan upaya baru dalam menjalankan metode pembelajaran," ujar Kresna saat mengisi materi diskusi daring yang diselenggarakan MGMP Jatim dan Pendidikan.id, Rabu (17/6).
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa saja yang direnovasi di sekolah? Renovasi sekolah ini meliputi penguatan struktur terkait, yang berperan penting dalam menjamin keamanan dan kenyamanan siswa.
-
Kenapa pantun edukasi penting untuk anak? Pantun edukasi merupakan sarana terbaik untuk mengajarkan kepada anak maupun remaja bahwa belajar adalah hal yang penting.
-
Apa harapan utama untuk sekolah di masa depan? Kata harapan untuk sekolah ke depannya mengandung sebuah makna penting. Sekolah adalah rumah kedua untuk para siswanya, di sanalah mereka menimba ilmu, mengasah bakat serta membangun mimpinya.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
Dia menyebutkan, guru saat ini tidak hanya belajar bagaimana mengajar, tetapi terdapat tugas baru yang menjadikan guru sebagai wadah, fasilitas bahkan pelatih bagi para siswa.
Peran guru sudah tidak bisa lagi untuk menilai kualitas siswa berdasarkan satu kelas, melainkan penilaian harus diperhatikan mulai satu persatu peserta didik. Untuk guru menggali potensi siswa, termasuk potensi terhadap teknologi.
"Tujuannya, mendorong siswa lebih fleksibilitas untuk bisa melihat kondisi di lapangan, industri bahkan di lapangan. Maka penting untuk menanamkan kesadaran belajar tidak hanya untuk siswa, tetapi seluruhnya. Termasuk guru, karena banyaknya tekanan digital yang harus dipahami," terangnya.
Oleh sebab itu, Kresna mendorong pada proses pendidikan harus lebih banyak memberikan praktek-praktek kepada para siswa secara langsung dan menilai secara kompetensi berpatokan kepada nilai.
"Sekarang belajar bukan hanya untuk nilai, tetapi untuk kompetensi. Ibaratkan tahu sedikit tapi mendalam, lebih baik dibandingkan tahu banyak tapi dangkal," sebutnya.
Belajar Berbasis Data
Lebih jauh, Kresna menyarankan kepada sistem pendidikan harus mulai berubah menyajikan metode belajar dengan teknologi berbasis data yang realistis. Memakai informasi yang diolah menjadi pengetahuan untuk ciptakan kemampuan dalam tindakan.
"Jadi jangan dibuat kemampuan berpikir itu hanya untuk menyelesaikan ulangan, ujian, tetapi bagaimana praktiknya. Tugas guru sekarang bukan mengutamakan rangking, naik kelas, tetapi bagaimana kemampuan mengembangkan skill kompetensi," imbuhnya.
"Jadi sekarang kita dituntut untuk belajar, karena tidak ada sekarang orang yang tidak belajar. Seperti belajar beradaptasi dengan teknologi terhadap pola berpikir digital dan berbasis informasi terupdate," tambahnya.
Maka guru harus meyakini, lanjut Krena, sekolah tidak hanya mengajari siswa untuk lulus tetapi tantangan yang lebih besar adalah bagaimana siswa dapat memiliki kompetensi terampil.
"Jangan rindu akan sistem masa lalu, tetapi bagaimana mengubah ini menjadi dan beradaptasi dengan masa depan. Jadi kalau sekolah hanya melastirakan masa lalu maka itu saya rasa salah tempat. Karena sekolah harus menjadi tempat agen perubahan dan guru adalah fasilitator perubahan tersebut," tuturnya.
Dia mencontohkan cara yang mudah adalah memperkenalkan teknologi kepada siswa agar lebih mengenal penggunaan teknologi. Karena perbantuan teknologi di zaman ini merupakan sebuah tuntutan zaman.
"Mulai untuk, jangan dilarang untuk membawa kalkulator, handphone, maupun teknologi yang lainnya. Karena perbantuan teknologi itu adalah hal yang sah. Dan mulailah beradaptasi dengan dunia digital, semua itu harus berubah tanpa menghilangkan esensi utama dari kemampuan anak dan pengawasan dari guru," terangnya.
"Termasuk penyajian data berdasarkan hasil riset maupun praktik penelitian yang bersifat realistis langsung diterapkan. Jadi siswa punya gambaran untuk menumbuhkan imajinasi mereka," tambah Kresna.
(mdk/rnd)