Selama 23 Hari, Terjadi 12 Kali Awan Panas Guguran di Gunung Merapi
BPPTKG mengungkapkan sejak 29 Januari hingga 21 Februari 2019 telah terjadi 12 kali awan panas guguran di Gunung Merapi. Awan panas guguran pertama terjadi 29 Januari 2019. Di tanggal itu terjadi tiga kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 1.400 meter.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida menuturkan, sejak 29 Januari 2019 aktivitas Gunung Merapi telah memasuki fase pembentukan guguran lava dan awan panas guguran. Pernyataan ini disampaikan saat jumpa pers tentang perkembangan Gunung Merapi di Kantor BPPTKG.
Hanik mengungkapkan sejak 29 Januari hingga 21 Februari 2019 telah terjadi 12 kali awan panas guguran di Gunung Merapi. Awan panas guguran pertama terjadi 29 Januari 2019. Di tanggal itu terjadi tiga kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 1.400 meter.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Dimana Gunung Merapi terletak? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Di mana batuan jumbo di Gunung Merapi ditemukan? Saat menyusuri kawasan hulu Sungai Boyong yang berada di area Taman Nasional Gunung Merapi, tim kanal YouTube Jogja Plus menemukan banyak batuan berukuran jumbo.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Apa yang dikeluarkan Gunung Merapi pada Rabu dini hari? Gunung Merapi bergejolak lagi. Pada Rabu (2/8) dini hari pukul 00.00 hingga pagi pukul 06.00, gunung api paling aktif di tanah Jawa ini mengeluarkan 8 kali guguran lava.
"Tanggal 7 Februari terjadi satu kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Di tanggal 11 Februari terjadi 1 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 400 meter. Tanggal 18 Februari terjadi rentetan awanpanas guguran sebanyak 11 kali. Awan panas guguran ini memiliki jarak luncur maksimal 1.000 meter," ungkap Hanik.
Hanik menyebut saat ini jarak luncuran awan panas guguran tersebut maksimal mencapai 2.000 meter. Namun tak menutup kemungkinan jarak luncuran ini bisa mencapai 3.000 meter.
"Jarak luncur guguran lava dan awan panas guguran saat ini maksimal 2 km dan masih berpotensi terjadi dengan jarak luncur kurang dari 3 km. Kondisi ini belum mengancam keselamatan penduduk di pemukiman yang berjarak paling dekat 4,5 km dari puncak Merapi," ujar Hanik.
Dia meminta masyarakat, khususnya yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. Hanik juga meminta masyarakat agar selalu mengikuti informasi aktivitas Merapi.
"Radius 3 km dari puncak agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat dan pemerintah daerah dimohon mempersiapkan prosedur penanganan kondisi darurat terhadap aktivitas masyarakat atau wisatawan di alur Kali Gendol dan sekitarnya, serta masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik," tutup Hanik.
Baca juga:
Warga Lereng Merapi Lebih Takut Lahar Hujan Ketimbang Guguran Lava
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Hujan Abu Potensi Terjadi
Jalur Evakuasi Lereng Merapi di Klaten Rusak Parah Sepanjang 7 Kilometer
Sempat Terjadi Awan Panas Guguran, BPPTKG Sebut Kubah Lava Merapi Stabil
Aktivitas Merapi Meningkat, BPBD Klaten Siapkan Jalur Evakuasi
Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Warga Sekitar Diminta Waspada