Selamatkan Ndalem Sasono Mulyo, Keluarga Keraton Surakarta Saweran
Pemkot Solo dan Kementerian PUPR lebih memprioritaskan Alun-alun Utara dan Selatan untuk revitalisasi awal.
Mereka harus mengumpulkan biaya sendiri dari kerabat untuk menyelamatkan bangunan sarat sejarah itu.
Selamatkan Ndalem Sasono Mulyo, Keluarga Keraton Surakarta Saweran
- Suasana Kampung Halaman Prabowo Subianto Saat Pelantikan Presiden
- Kental dengan Nuansa Kerajaan Kuno, Intip Pemandian yang Dibangun oleh Sultan Pakubuwono X Suasananya Asri
- Raja Surakarta PB XIII Pimpin Kirab 1.000 Tumpeng Sambut Lailatul Qadar
- Rumah Kuno di Salatiga Ini Jadi Saksi Bisu Pertemuan Pertama Presiden Soekarno dengan Istri Keempatnya, Begini Penampakannya
Keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mendesak pemerintah untuk memprioritaskan revitalisasi Ndalem Sasono Mulyo, yang kondisinya rusak parah. Bangunan Cagar Budaya bersejarah yang didirikan pada masa Raja Surakarta Paku Buwono (PB) IV (1788-1820 Masehi) kini terancam roboh.
"Kondisi seperti ini cukup lama sebenarnya. Oleh karena itu pada saat ada usulan revitalisasi itulah yang didorong oleh Gusti Moeng (GKR Wandansari Koes Moertiyah) selaku Ketua Lembaga Dewan Adat supaya Sasono Mulyo ini mendapatkan prioritas," ujar
Kerabat Keraton Surakarta KPH Eddy Wirabhumi, saat ditemui, Selasa (2/1) malam.
Namun pada kenyataanya, pemerintah dalam hal ini Pemkot Solo dan Kementerian PUPR lebih memprioritaskan Alun-alun Utara dan Selatan untuk revitalisasi awal. Bagian dalam keraton yang sejatinya banyak kerusakan akan menjadi prioritas berikutnya.
"Sebetulnya waktu kami bertemu dengan Wali Kota, Mas Gibran, yang saya usulkan secara lisan itu Sasono Mulyo, terus panggung Songgo Buwono, pendopo Siti Hinggil yang tempatnya Nyai Setomi," katanya.
Mengingat kerusakan yang semakin parah, ditambah cuaca yang membahayakan, pihaknya keraton pun akhirnya berinisiatif untuk memperbaiki sendiri Ndalem Sasono Mulyo agar tidak roboh terkena hujan dan angin. Mereka harus mengumpulkan biaya sendiri dari kerabat untuk menyelamatkan bangunan sarat sejarah itu.
"Dari awal kita memutuskan harus ditangani itu kan kita dihadapkan pada biaya. Kita ini kan keluarga besar, siap atau tidak ya harus siap. Ini harus ditangani," katanya.
Untuk pembenahan awal pihaknya menjalin komunikasi dengan institusi terkait, karena Ndalem Sasono Mulyo merupakan kawasan Cagar Budaya Nasional. Di antaranya Dirjen Kebudayaan dan Menteri, BPK wilayah X, dan Pemkot Solo lainnya.
"Mudah-mudahan ada tanggapan positif dari Pemerintah Kota Surakarta. Tetapi kami dibantu atau tidak dibantu harus siap," katanya lagi.
Lanjut Wirabhumi, nDalem Sasono Mulyo merupakan bangunan yang cukup penting. Setelah didirikan PB IV kemudian menjadi tempat tinggal Pangeran Adipati Hangabehi, (putra Sinuhun PB IV bersama selir Mas Ayu Ratnasari).
"Sasana Mulya itu kan bangunan zaman Pakubuwono IV. Catatan yang kami dapatkan, yang mulai tinggal di situ itu Paku Buwono VIII, waktu masih Hangabehi, kemudian PB IX, PB XI dan ini Gusti Hangabehi Calon PB XIII," katanya.
Dalam sejarahnya, lanjut Wirabhumu, Sasono Mulyo sempat digunakan untuk Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) cikal bakal berdirinya ISI Surakarta sebelum memiliki kampus di Kentingan.
"Jadi itu untuk pembelajaran ASKI sebelum ISI ya, untuk tari, karawitan dan pedalangan," terangnya.
Selain itu Sasono Mulyo juga sering digunakan untuk acara pernikahan kerabat Keraton Surakarta. Termasuk untuk tempat penyemayaman jenazah kerabat keraton yang meninggal dunia sebelum dimakamkan.
"Biasanya juga untuk menggelar ringgit wayang kulit, manten (menikah) juga. Seperti saya juga temunya (nikah) di situ. Biasanya temu sekalian resepsi gitu ada di situ. Jadi untuk gedung pertemuannya keraton kalau punya kerja (hajat) sama kesripahan (kematian)," pungkasnya.