Sidak hari pertama kerja, Wali Kota Semarang kecewa usai temukan ini
walikota semarang hendi sidak ke kecamatan gajahmungkur. Sekitar pukul 09.00 Walikota Hendi tiba di kantor kecamatan tersebut. Awalnya, Walikota Hendi mendatangi kantor Kecamatan Gajahmungkur hanya untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan seluruh pegawai yang bertugas di sana.
Hari pertama masuk kerja, Senin(3/7) usai cuti bersama Idul Fitri diisi jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan acara halal bihalal. Hal ini dilakukan di Halaman Balaikota Jalan Pemuda, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi memimpin secara langsung apel ini diikuti ribuan PNS Pemkot Semarang yang memadati halaman Balaikota Semarang.
Hadir saat acara, Ketua TP PKK Kota Semarang, Tia Hendrar Prihadi, Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Sekda Kota Semarang, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi, Jajaran Kepala Perangkat Daerah, Camat, Lurah dan jajaran ASN Pemkot Semarang.
Walikota Semarang yang akrab disapa Hendi menyampaikan kepada jajarannya, ada beberapa hal yang harus dievaluasi di dalam jajarannya, karena menurutnya masih banyak dikeluhkan masyarakat. Ketiga hal tersebut yaitu pengawasan, pengorganisasian, dan pengkomunikasian dalam internal Pemerintah Kota Semarang.
Usai halal bihalal, Walikota Hendi melakukan sidak ke beberapa tempat pelayanan. Adapun yang dipilih adalah Kantor Kecamatan Gajahmungkur. Tampak sejumlah pegawai di kantor Kecamatan Gajahmungkur terlihat gugup dan salah tingkah. Pasalnya, Walikota Hendi menemukan pelayanan di Kantor Kecamatan tersebut tidak berjalan maksimal.
Sekitar pukul 09.00 Walikota Hendi tiba di kantor kecamatan tersebut. Awalnya, Walikota Hendi mendatangi kantor Kecamatan Gajahmungkur hanya untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan seluruh pegawai yang bertugas di sana.
Namun situasi sontak berubah saat Walikota Hendi yang dinobatkan oleh Kemenpan RB sebagai Walikota terbaik 2017 dalam kategori pelayanan publik tersebut hendak meninggalkan kantor tersebut. Hendi mendapati sebuah mesin antrean otomatis tidak difungsikan dan justru disembunyikan di balik sebuah X-Banner.
"Ini kenapa? Kok tidak menyala?" tanya Walikota Hendi sambil menyingkap X-Banner yang menutupi mesin antrean itu.
"Sudah 1 bulan mati pak," jawab salah seorang pegawai laki-laki.
"Kalau mati kenapa tidak dilaporkan?" tanya Hendi kembali.
Tak berselang lama keluar seseorang yang merupakan Sekretaris Kecamatan Gajahmungkur.
"Ini kenapa mati tidak dilaporkan pak sek?" tanya Hendi.
"Baru mati sekitar 1 minggu pak," jawabnya.
"Lho tadi katanya 1 bulan, sekarang bilang 1 minggu! Yang mana yang benar?" tutur Hendi dengan nada yang sedikit meninggi.
Hendi lantas mengutak atik sendiri mesin tersebut untuk mengecek kondisi mesin antrean otomatis tersebut. Dan hasilnya mesin tersebut berfungsi dengan baik, hanya tintanya saja yang habis.
"Ini bisa kok ternyata, jangan begitu tho," tuturnya kecewa.
Sekda Kota Semarang, Adi Tri Hananto yang ikut dalam rombongan Walikota Hendi pun tak luput jadi sasaran kekecewaannya.
"Bagaimana ini Pak Sek?" tanyanya kepada Adi.
Adi pun salah tingkah dan dalam kondisi gugup langsung sibuk dengan teleponnya berkoordinasi terkait kerusakan mesin tersebut. Sebagai salah satu kota yang menjadi percontohan Smart City di Indonesia, Hendi mengungkapkan persoalan nomor antrean otomatis yang tidak difungsikan ini menjadi temuan buruk.
"Alat-alat seperti itu dibeli untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk mempermudah masyarakat," tutur Walikota Hendi.
"Jangan sampai di hari pertama ini yang dibahas hanya masuk semua atau tidak, tapi pelayanannya tidak optimal," pungkasnya.