Spesifikasi Panser Pindad yang diminati Malaysia
PT Pindad pertama kali mengembangkan panser untuk kepentingan transportasi pasukan TNI di Aceh pada 2003.
Siapa bilang Indonesia tidak mampu memproduksi sendiri peralatan tempur yang berkualitas. Buktinya, pemerintah Malaysia tertarik memesan kendaraan lapis baja pengangkut personel militer atau yang lebih dikenal dengan panser yang diproduksi PT Pindad.
Melalui Panglima Angkatan Tentara Malaysia (ATM) Jenderal Tan Sri Datu Sri Zulkifli Mohammad Zein, pemerintah Malaysia memesan 32 buah Panser Anoa buatan PT Pindad dengan nama Rimau. Apa saja spesifikasi Panser Anoa yang dikembangkan dari Panser Véhicule de l'Avant Blindé (VAB) Prancis itu?
Berdasarkan data yang dikutip dari wikipedia, Selasa (17/4), Panser APS-3 Anoa adalah kendaraan militer lapis baja yang dipergunakan untuk mengangkut personel atau dikenal dengan nama APC (armoured personnel carrier). Nama Anoa sendiri diambil dari hewan sejenis sapi berukuran kecil yang tinggal secara endemik di Pulau Sulawesi. Prototype Anoa pertama kali diperlihatkan ke publik pada ulang tahun ke 61 TNI pada 5 Oktober 2006 di markas besar TNI, Cilangkap.
Sejarah awal pengembangan panser Pindad ini dimulai sekitar tahun 2003 saat pasukan TNI yang diterjunkan untuk mengamankan Aceh sering diserang pasukan GAM. Ketika itu, TNI Angkatan Darat meminta kendaraan angkut personel yang aman untuk transportasi pasukan.
PT Pindad merespons permintaan ini tahun 2004, dengan memproduksi APR-1V (Angkut Personel Ringan) yang berbasis sasis truk konvensional. Tetapi, order selanjutnya untuk 26 kendaraan dibatalkan karena tsunami 2004 dan kondisi keamanan di Aceh tidak lagi membutuhkan pergerakan pasukan.
Meski permintaan terhenti dari TNI, PT Pindad tetap mengembangkan panser tersebut dengan bantuan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Lahirlah Pindad APS-1, sebuah panser berbasis 6x6 yang didasarkan dari sasis truk Perkasa buatan PT Texmaco.
Meskipun kemudian tidak diproduksi secara massal, TNI memberi lampu hijau kepada PT Pindad untuk membuat generasi selanjutnya dari ranpur Panser, Pindad APS-2 dengan ongkos produksi sebesar Rp 600 juta per unit.
Tahun 2006, Pindad dan BPPT memulai pengembangan APS-3 yang tidak hanya bisa bermanuver di darat tetapi juga di perairan dangkal dan danau. Pengembangan ini menghasilkan varian 4x4, dan selanjutnya disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya untuk varian 6x6. Ujicoba purwarupa pertama dilakukan awal tahun 2007, dan pada 10 Agustus 2008, 10 panser pertama APS-3 Anoa diproduksi. Tahun 2009, panser pertama diserahterimahkan kepada kementerian pertahanan.
Panser Anoa APS-3 berbeda dengan pendahulunya (APS-1 dan APS-2) yang dikembangkan dari truk komersial. Keunggulan Anoa menggunakan badan berdesain monocoque berlapis baja. Sistem suspensi batang torsi baru dikembangkan untuk panser ini. Mesin dan transmisi menggunakan produk Renault dari Perancis.
Sumber penggerak dari Anoa ialah mesin dan transmisi jenis diesel turbocharged MIDR 062045 yang berkekuatan 320 tenaga kuda buatan Renault. Anoa juga memiliki sistem peniupan ban yang disentralisasi. Tetapi PT Pindad saat ini sedang mengembangkan desain mesin sendiri.
Bentuk dan persenjataan Anoa mirip dengan kendaraan angkut personel buatan Prancis, VAB. Perlindungan yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka Anoa memiliki tingkat Stanag 3, yang berarti bisa menahan peluru kinetis hingga 7,62x51 mm. Armor Piercing standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s serta bisa menahan ledakan ranjau hingga massa 8 kg di bagian roda gardan dan di tengah-tengah badan.
Persenjataan Anoa hingga saat ini ialah senapan mesin berat kaliber 12,7 mm dan 7,62 mm, senapan Remote Weapon System berkaliber 7,62 mm dan pelontar granat berkaliber 40 mm. Untuk pertahanan diri Anoa dilengkapi dengan pelontar tabir asap 2x3,66 mm.
Di masa datang, varian-varian lain Anoa akan menggunakan meriam 20 mm dengan tambahan senapan mesin 7,62 mm diatasnya untuk Anoa IFV dan meriam 90 mm CSE Cockerill MKII buatan Belgia untuk Anoa Kanon.
Ketangguhan Anoa sudah teruji dalam misi pasukan perdamaian PBB. Sejak 9 April 2010 13 unit Anoa telah digunakan untuk mengawal misi perdamaian PBB di Lebanon bersama Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL. Anoa 6x6 maupun 4x4 biasa digunakan untuk pengawalan kegiatan-kegiatan penting negara. Pada 15 November 2011 Anoa varian 6x6 yang menggunakan persenjataan Senapan Mesin Berat 7.62 mm digunakan sebagai kendaraan tempur untuk patroli dan penjagaan ring pada acara KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali. Anoa juga dipakai oleh Paspampres untuk pengawalan kunjungan-kunjungan presiden.
Karena performa Anoa yang bagus dan program kemandirian alutsista yang sedang digalakkan oleh pemerintah, PT Pindad melanjutkan pengembangan kendaraan-kendaraan tempur yang berbasis dari Anoa seperti varian logistik, recovery, ambulans maupun varian kombatan yang bukan lagi dikategorikan sebagai kendaraan angkut personel seperti Anoa IFV dan Anoa Kanon.