Tak cuma pria, banyak wanita ikut ritual ngeseks di Kemukus
"Kalau hari keramat, pengunjungnya mencapai 3.000-10 ribu orang. Tapi jika hari biasa hanya 1.000 orang," ujar Slamet.
Seorang penjaga pintu masuk obyek wisata Gunung Kemukus, Slamet, (56), mengatakan hingga saat ini jumlah pengunjung Gunung Kemukus terus bertambah. Meski sering dipakai sebagai tempat ngesek bebas sebagai syarat ritual, namun lembah itu tetap menjadi jujukan favorit bagi warga.
"Kalau hari keramat, pengunjungnya pas ramai bisa mencapai 3.000-10 ribu orang. Tapi jika hari biasa hanya 1.000 orang," ujar Slamet, Senin (24/11).
Kakek tersebut melanjutkan, naiknya jumlah pengunjung seiring dengan tarif masuk obyek wisata yang cukup murah hanya Rp 5.000. Kalau tarif masuk ke warung-warung hanya sekitar Rp 30 ribu-Rp 50 ribu.
"Tiap warung berbeda tergantung pemiliknya," terang pria tua warga Kampung Gunungsari Kelurahan Pendem Kecamatan Sumber Lawang, Sragen itu.
Lebih jauh, Slamet mengungkapkan, para peziarah yang mengikuti ritual keagamaan hingga menjurus seks bebas di lembah Kemukus berasal dari berbagai kalangan. Menurutnya, ada perempuan yang datang sendiri. Namun ada beberapa peziarah pria datang sendirian maupun berpasangan.
"Rata-rata setengah tua. Ya pokoknya ritualnya minta kerjaannya lancar, kesehatannya ditambah, minta rumah, pesugihan dan penglaris. Pengunjung kalau rumahnya dekat ya datang pakai mobil. Kalau yang jauh ya naik kereta," terang pria bertubuh kurus ini.
Pengunjung lembah esek-esek di Gunung Kemukus, kata dia, paling banyak dari daerah Jawa Barat mulai Bogor, Ciamis, Karawang, kemudian ada pula peziarah yang rela datang jauh-jauh dari Palembang, Jakarta, Pati, Kudus, Semarang, Bojonegoro, Tuban, Malang, Surabaya, Karanganyar serta Klaten.
Slamet menjanjikan, bila ingin melihat kesibukan peziarah saat ritual maka bisa datang kembali dua minggu lagi. Karena ketika itu bertepatan dengan malam Kamis Pahing dan Jumat Pon. "Jadi datang ke sini aja dua minggu lagi. Pasti ramai," ucap Slamet.
Di lain pihak, penjaga makam Pangeran Samudro, Dwi Margono juga membenarkan adanya tamu wanita yang datang sendiri untuk ikut ritual.
"Tamu-tamu kita datang berpasangan, ada wanitanya sendiri, laki-laki sendiri lalu ketemu di sini. Terus ada prianya datang sendiri sambil nyari wanita di tengah jalan dan sebaliknya. Atau rombongan keluarga juga ada," tandas kuncen keturunan Keraton Pajang tersebut.