Tangki Air Raksasa di Depok Bikin Takut Warga, Ternyata Ini Fungsinya
Keberadaan tangki air raksasa di Depok memicu polemik. Fasilitas itu dibutuhkan untuk penyediaan air bersih, di sisi lain warga khawatir dengan potensi bencana.
Keberadaan tangki air raksasa di Depok memicu polemik. Fasilitas itu dibutuhkan untuk penyediaan air bersih, di sisi lain warga khawatir dengan potensi bencana.
Tangki Air Raksasa di Depok Bikin Takut Warga, Ternyata Ini Fungsinya
Tangki air berkapasitas 10 juta liter milik PT Tirta Asasta Depok membuat khawatir ribuan warga sekitar. Penampungan air itu dikhawatirkan bocor dan membuat perumahan yang ada di sekitarnya tenggelam.
- Trigana Air Percikkan Api di Bandara Sentani, 4 Orang Terluka karena Lompat dari Jendela Darurat
- Kini Diapit Kebun Tebu, Ini Potret Saluran Air Bukti Kemasyhuran Kota Majapahit
- Diresmikan Jokowi, Bendungan Karian di Banten Pasok Kebutuhan Air serta Jakarta
- Resmikan 5 Titik Air Bersih di Kabupaten Kuningan, Prabowo Minta Dijaga dan Jangan Disia-siakan
Tangki air raksasa itu memang berada sangat dekat dengan permukiman. Lokasinya hanya dibatasi dinding dengan Perumahan Pesona Depok.
Posisi Perumahan Pesona Depok pun lebih rendah dari tangki air. Hal ini yang memicu ketakutan warga jika sewaktu terjadi banjir, maka air akan masuk ke perumahan.
Yuli Ratnani, warga RT 02 RW 26 Perumahan Pesona Depok mengatakan, keresahan mereka sangat beralasan. Selain letak rumah yang lebih rendah dari tangki air, lahan yang dibangun kondisinya tidak stabil. Lahan tersebut merupakan tanah bekas urukan.
"Saya tahu bahwa ini tadinya (tanah) urukan, berarti tanah ini labil. Kemudian, tadi disebutkan dia (PDAM) akan melakukan mitigasi bencana, belum ada itu. Lalu dia bilang baru dibuat selokan, nah tapi kemarin ketika terjadi banjir lumpur itu ke mana-mana ke warga, pada waktu itu Covid, jadi kita ngga karu-karuan tuh."
Yuli Ratnani, warga sekitar.
Yuli dan warga lainnya khawatir terjadi bencana seperti di Situ Gintung yang menelan korban jiwa. Meski PT Tirta Asasta akan membuat selokan, namun menurut warga, hal itu tidak menjamin banjir lumpur akan masuk ke saluran itu.
"Maka rumah kami menjadi ancaman bencana. Ingat Situ Gintung yang terjadi, satu nyawa itu luar biasa ancaman," tegasnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Operasional PT Tirta Asasta Sudirman mengatakan, pembangunan tangki air ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Mereka berupaya melakukan program berkesinambungan yaitu peningkatan kapasitas instalasi pengolahan air (IPA). "Di IPA Legong ini kita ada peningkatan kapasitas yang awalnya 620 liter/ detik sekarang sudah menjadi 1.300 liter/detik. Kalau dihitung-hitung, untuk pelayanan di wilayah timur kita membutuhkan kurang lebih 37.000 meter kubik, kalau dijutakan itu 37 juta liter penampungan yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat di wilayah timur IPA Legong," katanya.
Peningkatan kapasitas dilakukan karena selama ini PT Tirta Asasta kerap mendapat keluhan dari pelanggan mengenai ketersediaan air, sehingga pihaknya merasa perlu membangun reservoir.
Pada saat musim banjir, kekeruhan air mencapai di atas 3.000 Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Pengolahan air di reservoir yang ada tidak mampu menjangkau pelanggan yang ada. Kendala yang dihadapi saat banjir bisa mencapai 8 jam dan menyebabkan produksi air terganggu.
"Ini juga dikeluhkan oleh pelanggan kenapa sih sampai sekarang PT Tirta Asasta tidak mampu mengatasi kendala seperti ini. Ini yang menjadi tujuan kami, jadi peningkatan pelayanan. Peningkatan kontinuitas ini sudah menjadi standar pelayanan minimal kita, ini kinerja kita, pengaliran ini harus 24 jam. Jadi kalau kurang dari 24 jam pengaliran, kinerja kita dinyatakan tidak baik," tegasnya. Sudirman menyebutkan, pembangunan tangki air ini juga untuk meningkatkan cakupan layanan yang saat ini baru 16 persen. Tangki air ini berfungsi sebagai penampung dan akan dialirkan ke reservoir-reservoir distribusi.
"Jadi ini untuk membantu detensi kita. Jangan kalau ada gangguan kita setengah jam saja sudah habis air kita. Kalau ini (tangki air) bisa membantu 6 jam."
Direktur Operasional PT Tirta Asasta Sudirman.