Gubernur Bali Singgung Warga Ribut Saat Tarif Air Naik: Beli Pulsa Rp200.000 Tak Pakai Mikir
Biaya administrasi pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gianyar, Bali naik menjadi Rp10.000 per bulan.
Gubernur Bali Singgung Warga Ribut Saat Tarif Air Naik: Beli Pulsa Rp200.000 Tak Pakai Mikir
Gubernur Bali, Wayan Koster menyinggung masyarakat Bali yang ribut karena tarif air naik menjadi Rp10.000 per bulan. Padahal, masyarakat mampu beli pulsa Rp200.000 tanpa berpikir 2 kali.
Menurutnya, ini terjadi karena masyarakat masih berpikir bahwa air adalah pemberian alam, sehingga tidak harus dibeli.
"Masyarakat itu cenderung memandang bahwa air adalah pemberian alam sehingga PDAM sedikit saja menaikan tarif air, ribut. Tapi kalau beli pulsa sebulan dengan harga Rp 200 ribu itu tidak pernah mikir beratnya bagaimana. Tapi begitu air naik Rp 10 ribu saja ribut," kata Wayan dalam Workshop Eksekutif dan Legislatif dalam Pengembangan Program Air Minum di Perkotaan, National Urban Water Supply Projects (NUWSP), di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, pada Kamis (3/8).Untuk itu, dia meminta kepala daerah memberikan edukasi untuk mengubah mindset atau pola pikir masyarakat. Mengingat, air adalah kebutuhan dasar lebih dasar dari kebutuhan alat komunikasi.
"Ini harus kita rubah mindsetnya, dilakukan edukasi bahwa air itu kebutuhan dasar, lebih dasar daripada alat komunikasi, lebih vital dari pada alat komunikasi. Jadi karena itu kita harus menghargai air ini," katanya. "Air itu harus dibayar, harus dibeli karena untuk sampai ke rumah itu perlu biaya untuk pengembangan pipa dan sarana prasarananya," ujarnya.
Dia juga menjelaskan, pihaknya akan memberlakukan kebijakan pembatasan pengambilan air bawah tanah.
Dan air yang akan digunakan semuanya adalah bersumber dari air permukaan atau dari hulu ke hilirnya.
"Kami tarik dan sampai sekarang, mengembangkan program sumber air dengan bendungan yang cukup dibantu oleh Bapak Menteri PU (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono) yaitu Bendungan Sidan, Bendungan Tamblang di Kabupaten Buleleng yang cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak saja untuk air minum tetapi juga untuk pengairan irigasi," jelasnya.
Dia juga meminta kepada kepala daerah baik eksekutif dan legislatif itu harus menempatkan posisi air dalam pengembangannya dan tidak perlu takut tidak terpilih lagi oleh masyarakat. Daripada membiarkan kebiasaan buruk di masyarakat. "Tidak perlu takut karena nanti tidak terpilih, tapi kita membiarkan kebiasaan buruk yang ada di tengah masyarakat. Kalau saya tidak pikir (mau terpilih lagi atau tidak). Kita harus mengedukasi masyarakat dengan benar. Apa yang mesti dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, itu saya kira harus diberikan kepada masyarakat," ujarnya.
Pihaknya juga menyatakan, bahwa saat dirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR) RI di saat ada di Bandan Anggaran (Banggar) sampai memutihkan utang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) karena rugi terus.
Merdeka.com
"Jadi jangan pula mau enak menggunakan air, kita yang diributin terus, kan begitu sekarang. PDAM yang punya utang di APBN berapa, waktu saya di badan anggaran sampai harus memutihkan utang PDAM, karena rugi terus," katanya. "Sekarang di Bali, PDAM sudah mulai sehat di Buleleng itu sangat sehat untung dia. Sudah sangat memberikan pendapatan daerah bahkan. Jadi ini harus dipolakan secara menyeluruh. Kami di Bali akan menjaga ini dari hulu sampai hilir dan agar masyarakat makin bijak menggunakan air," ujarnya.