Tari kolosal hingga noni Belanda meriahkan Festival Iraw Tengkayu
Tarian ini mampu menyedot perhatian ribuan warga Tarakan.
Ribuan warga Kota Tarakan, Kalimantan Utara menyemut di Pantai Amal Lama untuk menyaksikan puncak festival adat Iraw Tengkayu ke VIII melalui penurunan Padaw Tuju Dulung. Kegiatan ini dimeriahkan dengan berbagai tarian tradisional, salah satunya tarian kolosal massal yang dilakukan 200an penari di tengah lapangan dengan durasi waktu sekira 30 menit.
"Jadi mereka ini sudah dipersiapkan selama dua bulan," ujar Ketua Pantia Festival Iraw Tengkayu ke VIII Khairul di Pantai Amal, Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (27/12).
Khairul menambahkan, selain tari kolosal acara puncak juga diramaikan dengan lomba fotografi hingga layang-layang dan perahu hias.
"Ini semuanya merupakan acara puncak dari kegiatan Iraw Tengkayu yang sudah dimulai dari pagi sampai sore," terangnya.
Sementara itu, di lain sisi ada hal yang unik dan menjadi perhatian masyarakat Kota Taralan di tengah-tengah pentas seni festival puncak kegiatan tersebut. Yakni, sejumlah orang berpenampilan noni Belanda plus tentara asing layaknya gambaran peristiwa perang dunia ke II lengkap dengan perahunya.
Namun, kostum yang mereka gunakan memang sengaja disediakan bagi masyarakat yang ingin berfoto layaknya noni Belanda dan tentara perang sebelum kemerdekaan. Tak sedikit masyarakat yang hadir dalam festival ini berkeinginan untuk bergaya dengan kostum tersebut. Hanya dengan Rp 10 ribu mereka dapat bergaya seperti noni Belanda ataupun tentara perang.
"Penasaran aja sih, kan pengen juga punya foto seperti tentara perang gitu," ujar Radin salah seorang warga Tarakan.
Puncak rangkaian acara festival Iraw Tengkayu ke VIII sama dengan dua tahun sebelumnya yakni penurunan Padaw Tuju Dulu (perahu tujuh haluan) ke laut Pantai Amal, Tarakan, Kalimantan Utara. Sebelum sampai di sana, lebih dahulu ditampilkan tari kolosal dan ditutup dengan tari japin sebagai akhir dari kegiatan tersebut.
Baca juga:
Wali Kota Tarakan pimpin pelepasan Padaw Tuju Dulung
Rumah bundar ini punya koleksi peninggalan perang dunia ke II
Mengintip Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kalimantan Utara
Kemeriahan parade budaya jelang Festival Iraw Tengkayu
Menengok kawanan bekantan di hutan mangrove Tarakan
-
Kapan Gaun Tarkhan ditemukan? Bukti tertua yang diberikan oleh para ahli arkeologi adalah Gaun Tarkhan, yaitu kemeja linen dengan leher V yang ditemukan di makam Dinasti Pertama di pemakaman Tarkhan, Mesir kuno, oleh ahli Mesir kuno, Flinders Petrie.
-
Apa yang menjadi bentuk perhatian pemerintah untuk nelayan Tarakan? Hal itu menjadi salah satu bentuk perhatian pemerintah untuk profesi tersebut. "Kalau orang bicara nelayan itu pekerjaan tantangan, riskan bahaya. Kalau badai kita hanya mengandalkan kapal saja. Kemudian hasil. Kalau di tarakan alhamdulillah tarakan selalu dorong berikan perlindungan sosial nelayan, karenan salah satu rentan bahaya dan musibah," ujar Rustan dari Kesatuan Nelayan Tradisional Tarakan.
-
Siapa yang memimpin upaya untuk mempromosikan batik Tarakan? "Awalnya kami hanya ada dua sampai tiga pembatik, lalu kami gelar pelatihan dengan berbagai pihak sehingga tumbuh pembatik di Kota Tarakan. Memang di sini semuanya pemula, bukan turun temurun," ujar Ketua Dekrasnada Kota Tarakan, Sitti Rujiah.
-
Kapan Tari Tabut ditampilkan? Ritual ini rutin dilakukan setiap tahunnya pada bulan Muharam yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.
-
Apa saja yang dilakukan para peserta Rakor APEKSI Komwil V Kalimantan di Tarakan? Kegiatan yang diikuti peserta Rakor APEKSI Komwil V Kalimantan meliputi, olahraga bersama dan juga penanaman pohon. Adapun kegiatan olahraga bersama dilangsungkan dengan sepeda santai menyusuri sepanjang Jalan Mulawarman hingga Jalan Yos Sudarso, hingga fnish di Taman Berlabuh. Selanjutnya, para peserta melaksanakan kegiatan penanaman pohon yang merupakan bagian dari rangkaian dari Apeksi Regional Kalimantan.
-
Bagaimana Pemkot Tarakan berupaya meningkatkan UMKM? Pemkot Tarakan terus berupaya meningkatkan UMKM di wilayahnya.