Tekan Stunting, Kepala BKKBN: Kalau Jomblo Jangan Terlalu Lama
BKKBN menggenjot capaian target di tahun 2024. Salah satunya soal stunting
BKKBN menggenjot capaian target di tahun 2024
Tekan Stunting, Kepala BKKBN: Kalau Jomblo Jangan Terlalu Lama
BKKBN menggenjot capaian target di tahun 2024. Salah satunya soal penurunan angka stunting.
“Sebetulnya yang kita mau fokus di antaranya tentang stunting. Stunting betul-betul butuh kerja keras karena stunting kita targetkan 14 persen di 2024,” jelas Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.
Fokus kedua, menurunkan angka unmet need. Dimana selama pandemi Covid-19 akseptor yang semestinya mendapat pelayanan KB. Tapi belum terlayani.
Kebutuhan KB modern yang tidak terpenuhi (unmet need) 7,70 persen pada 2023, ditargetkan menjadi 7,40 persen pada 2024.
Dokter Hasto menambahkan, capaian prevalensi kontrasepsi modern (mCPR) pada 2023 sebesar 62,92 persen, ditargetkan menjadi 63,41 persen pada 2024.
“Target-target ini harus dipetakan di depan untuk kemudian dicapai. Kinerja-kinerja lain yang sifatnya administratif dan juga menunjukkan akuntabilitas, LKIP, SAKIP, nilainya harus juga bagus. Target-target itu yang menjadikan indikator kinerja,” tambah Hasto.
Usia pernikahan juga menjadi fokus kinerja BKKBN di 2024. Dokter Hasto meminta jangan terlalu muda dan terlalu tua ketika melahirkan.
“Itu artinya perempuan-perempuan kalau kawin jangan terlalu muda, jangan kurang dari 20 tahun. Target BKKBN 22 tahun. Tapi juga jangan terlalu tua. Jadi, kalau jomblo jangan lama-lama. Terlalu muda dan terlalu tua risiko stuntingnya juga tinggi,” terang Hasto.
Dokter Hasto juga menginformasikan, BKKBN mempunyai indeks baru, yaitu Indeks Pembangunan Keluarga atau iBangga.
Indeks ini terkait keluarga yang mandiri, tenteram dan bahagia, dengan target di atas 60 dan saat ini telah mencapai 61.
“Ini indeks pembangunan keluarga seperti happiness index,” tuturnya.
Sementara itu, Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu, mengklaim, Semarang telah berhasil menurunkan angka stunting di bawah 10 persen.
“Kami juga berharap nantinya dengan program yang ada di Semarang bisa menjadikan stunting turun terus menerus, turun secara signifikan,” ujar Hevearita.
Optimisme walikota lantaran didukung sebuah program bernama ‘Rumah Pelita’. Ini merupakan program tempat atau ‘daycare’ penitipan khusus anak stunting.
“Ternyata program ini bisa menurunkan hampir 60 persen kasus stunting di Kota Semarang,” terang Hevearita.
Dia berharap, program daycare akan terus bertambah. Tidak hanya untuk anak stunting, tetapi juga anak-anak yang berisiko stunting.
Dia juga ingin eliminasi penyakit TB (tuberkulosis) di Semarang pada tahun 2028 yang juga bisa berpengaruh terhadap penurunan stunting.