Tukang Gorengan dan Pedagang Warteg Menjerit Tahu dan Tempe Hilang di Pasaran
Kejadian ini imbas mogok produksi di kalangan perajin kedelai.
Konsumen di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan hilangnya stok tahu dan tempe di lapak pedagang dalam dua hari terakhir. Kejadian ini imbas mogok produksi di kalangan perajin kedelai.
"Sudah sejak tahun baru ini saja saya enggak ketemu lagi tahu dan tempe di pasar. Saya juga baru tahu hari ini kalau ada mogok kerja dari yang bikin (produsen)," kata salah satu konsumen tahu dan tempe, Nurohatun Hasanah (48) dilansir dari Antara, Minggu (3/1).
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Danau Tempe? Danau Tempe merupakan sebuah danau tektonik yang membentang pada tiga kabupaten di wilayah Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rapang, dan Kabupaten Soppeng.
-
Apa manfaat dari tempe? Selain rasanya yang lezat, tempe juga terkenal karena kandungan nutrisinya yang tinggi serta rendah kolesterol. Dalam setiap 100 gramnya, tempe mengandung sekitar 19-20 gram protein. Protein pada tempe dikategorikan sebagai protein lengkap, yakni mengandung asam amino yang penting bagi tubuh.
-
Kapan Danau Tempe terbentuk? Dikutip dari kanal YouTube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Danau Tempe terbentuk sekitar 10.000 tahun lalu atau pada Kala Holosen.
-
Apa saja ciri-ciri tempe yang berkualitas baik? Pemilihan tempe mentah yang berkualitas baik menjadi salah satu kunci untuk bisa membuat tempe goreng yang matang sempurna. Tempe berkualitas baik biasanya memiliki aroma khas tempe yang masih segar. Warnanya juga putih bersih dan teksturnya cukup padat.
-
Kapan tempe direndam dalam air? Haluskan bumbu tempe goreng, kemudian tuangi air. Rendam irisan tempe selama 5 menit.
-
Dimana tempe bisa ditemukan? Tempe bisa ditemukan dengan mudah di pasar.
Nurohatun selama ini membutuhkan 30 sampai dengan 40 kilogram tahu dan tempe untuk digoreng dan dijual di warteg kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Namun sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, Nurohatun beralih menjual kentang goreng dan sayuran.
"Ada yang lain, misalnya ada kentang sayuran yang lain, kalau enggak ada tahu tempe. Saya baru tahu kalau katanya kacang kedelai lagi susah," katanya.
Dia berharap produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi di warungnya. "Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe. Seharusnya walaupun mahal harus diadain biarpun mahal," katanya.
Konsumen lainnya Windy (27) mengaku sudah dua hari terakhir tidak berjualan gorengan tempe dan tahu isi.
"Saya sering beli di pasar. Biasanya buat dagang gorengan, tapi dari tahun baru enggak ada. Biasanya ada saja pedagang yang nyetok, tapi kemarin enggak ada sama sekali, yang anter juga enggak ada. Katanya kacangnya lagi mahal," katanya.
Windy mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga separuh dari biasanya sejak tahu dan tempe hilang dari pasaran.
"Kalau jualan sih tetap, tapi kan saya enggak jual tahu dan tempe jadi pendapatan jadi turun sekitar setengahnya, karena dagangan enggak komplet," katanya.
Warga Pulogadung itu berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, namun kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.
"Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau. Pelanggan nanyain juga, padahal baru seminggu lalu toge enggak ada di pasaran," katanya.
Secara terpisah Sekretaris Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Handoko Mulyo mengatakan ketiadaan tahu dan tempe di pasaran merupakan imbas dari bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram (kg).
"Terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, kita setop produksi. Ada sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi," katanya.
Baca juga:
Terancam Gulung Tikar, Pengusaha Tahu & Tempe di Lebak Keluhkan Ini ke Presiden
Produsen Tahu Tempe di Sidoarjo Mulai Berproduksi
Kemendag Pastikan Stok Kedelai di Importir Masih Cukup
Mogok Produksi, Perajin Tempe Nilai Swasembada Kedelai Harus Jadi Kebijakan Negara
Bahan Baku Tempe Terakhir