Upaya polisi & TNI sebelum tembak mati penyandera anak SD
Ini upaya-upaya yang dilakukan polisi dan TNI untuk menyelamatkan siswi SD bernama Zariyani Putri Agustin (10), itu.
Kemarin ada berita heboh penyanderaan bocah Kelas IV SD Tlogo Patut 2, Jalan RA Kartini, Gresik, Jawa Timur. Pelakunya bernama Fuad, diketahui sebagai warga Lombok NTB. Dia menodongkan pisau ke leher bocah sambil masuk ke markas Kodim setempat.
Sebelum sandera diselamatkan dan pelaku mati ditembak buser, upaya-upaya negosiasi sebenarnya sudah dilakukan polisi dan TNI. Namun upaya itu gagal hingga akhirnya polisi mengeluarkan tembakan peringatan hingga penembakan tersangka.
Berikut ini upaya-upaya yang dilakukan polisi dan TNI untuk menyelamatkan siswi SD bernama Zariyani Putri Agustin (10), itu sebelum menembak mati pelaku:
-
Siapa yang menjadi polisi cepek? Mereka menjalankan peran serupa dengan meminta imbalan finansial dari pengendara sebagai bentuk pengaturan lalu lintas alternatif.
-
Apa yang dilakukan penerus para jenderal polisi? Penerus Sang Jenderal Putra para Jenderal Polisi ini mengikuti jejak sang ayah.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Apa itu polisi cepek? Istilah ‘cepek’ sendiri merujuk pada pecahan uang senilai Rp100. Fenomena ini menjadi lebih menonjol melalui popularitas Pak Ogah, seorang tokoh fiktif dalam serial televisi Si Unyil yang tayang pada periode tersebut. Pak Ogah menjadi ikon yang mengatur lalu lintas dan meminta bayaran sejumlah cepek dari pengendara.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
2 Jam negosiasi dengan pelaku di Markas Kodim gagal
Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Ayub Diponegoro Azhar saat dihubungi merdeka.com lewat telephone selulernya, mengatakan sambil menodongkan pisau ke leher korban, Fuad masuk ke markas Kodim Gresik dan menuju salah satu ruang, lalu mengunci pintu.
"Anggota Kodim yang mengetahui itu, langsung mengepung ruangan dan meminta tersangka keluar. Polisi juga langsung dihubungi untuk ikut membantu mengamankan tersangka. Butuh waktu dua jam untuk bernegosiasi dengan tersangka yang masih menyandera korban di dalam ruangan," terang Ayub via telephone selulernya, Rabu (17/12).
Saat bernegosiasi itu, tersangka mengamuk dan hanya ingin ditemui Komandan Kodim (Dandim). "Dia tidak mau ditemui yang lain selain Dandim. Kemudian Kapten Suwanto datang mengaku sebagai Dandim. Tapi penyamaran Pak Suwanto terbongkar. Tersangka marah dan mengacungkan pisau yang dibawanya ke arah leher korban," ujarnya.
Setelah dibujuk hingga dua jam lamanya, lanjut Ayub, tersangka bersedia dibawa ke Mapolres Gresik, dengan catatan dipertemukan dengan Dandim.
Pelaku ditawari uang buat pulang ke Lombok tapi ditolak
Sebelum menemui ajal, pelaku penculikan siswi SD Tlogo Patut 2, Gresik, Jawa Timur, sempat meminta diantar pulang ke kampung halamannya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pelaku adalah Fuad, yang diketahui nekat menculik karena kalah judi bola online.
Diceritakan Kasat Reskrim Polres Gresik, AKP Ayub Diponegoro Azhar, karena dikejar-kejar banyak orang setelah kalah judi bola, tersangka nekat melakukan penculikan dan meminta perlindungan Kodim 0817 Gresik.
"Saat dikejar warga karena melakukan penculikan, tersangka masuk ke Kantor Kodim di sekitar lokasi. Dia masuk ke salah satu ruangan dan menguncinya dari dalam," terang Ayub.
Kemudian dilakukan negosiasi antara pihak Kodim dan tersangka, yang mengaku hanya mau ditemui Komandan Kodim (Dandim). "Kapten (Arh) Suwanto, selaku Kasi Personal Kodim, masuk mengaku sebagai Dandim untuk melakukan negosiasi," katanya.
Dalam proses negosiasi itu, meski gagal, diketahui kalau tersangka mengaku kalah judi bola dan meminta diantarkan pulang ke Lombok. Kemudian, Suwanto menawarkan bantuan uang kepada tersangka.
"Namun tersangka menolak, dan tetap meminta difasilitasi pulang melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya," terangnya lagi.
Waka Polres menyamar jadi wartawan ketahuan
Untuk membujuk pelaku penculikan siswi SD Tlogo Patut 2, Jalan RA Kartini, Gresik, Jawa Timur, agar mau keluar dan membebaskan korbannya dari ruang markas Kodim Gresik, tak hanya melibatkan anggota TNI yang menyamar jadi Komandan Kodim (Dandim), Waka Polres Gresik Kompol Alfian Nurrizal juga mengaku sebagai wartawan.
Menurut Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Ayub Diponegoro Azhar yang dihubungi merdeka.com lewat telephone selulernya, polisi yang menyamar adalah Waka Polres Kompol Alfian. Dia datang mengaku sebagai wartawan. Namun kedok penyamarannya terbongkar.
"Pak Waka memakai jaket wartawan televisi lengkap dengan kepleknya. Tapi beliau tidak sempat mengganti foto id card-nya, karena kondisi darurat. Tapi saat di ruangan, pelaku melihat fotonya, akhirnya pelaku tahu kalau si wartawan adalah polisi yang menyamar, dan memintanya keluar," terang Ayub.
Pelaku makin marah, dan meminta semua wartawan ikut keluar ruangan. Upaya untuk mengetahui identitas dan motif penculikan pun gagal total. Namun, setelah dua jam bernegosiasi, akhirnya petugas berhasil membujuk dan membawa tersangka dan korban keluar dengan catatan, mempertemukannya dengan Dandim Gresik.
Anggota TNI bergumul sampai lengan tersayat pisau
Dalam proses negosiasi itu, pelaku terus membekap mulut korban dan mengacungkan pisaunya. Ketika melihat kesempatan merebut pisau di tangan kanan tersangka, seorang anggota TNI bernama Suwanto, secepat kilat menyambar tangan tersangka.
"Terjadilah pergumulan antara tersangka dengan Pak Suwanto (anggota TNI), yang ikut serta ke kantor polisi. Sementara anggota polisi langsung ikut menyambar tubuh korban dari cengkeraman tangan kiri tersangka. Saat terjadi pergumulan itu, tangan Pak Suwanto terluka terkena sayatan pisau tersangka," kata Ayub melanjutkan ceritanya.
Meski tangan terluka, si anggota TNI tidak berhasil merebut pisau di tangan tersangka. "Anggota kemudian meminta tersangka menyerah dan mengangkat tangannya. Tapi tersangka menolaknya. Meski diberi tembakan peringatan, tetap tak diindahkan. Bahkan menyodok-nyodokkan pisaunya ke arah petugas. Karena tak mau ambil resiko, petugas terpaksa menembak korban di bagian dadanya," ucap Ayub.