Usai Gempa, Warga Tepi Sungai Pasaman Barat Diminta Waspada Longsor dan Banjir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat berdomisili 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi. Warga diimbau mengungsi mengingat adanya potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat berdomisili 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi. Warga diimbau mengungsi mengingat adanya potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1.
"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Selasa (1/3).
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Bagaimana dampak gempa bumi bagi warga? Getaran yang cukup kuat seketika membuat warga berhamburan ke luar rumah. Mereka juga berteriak untuk mengingatkan para tetangga agar segera menyelamatkan diri.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Di mana gempa terjadi? Mengutip informsi BMKG, pusat gempa berada di 8.52 LS,115.35 BT atau 2 km timur laut Gianyar, Bali dengan kedalaman 10 km.
-
Apa yang menyebabkan gempa bumi? “Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan,”
Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.
Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.
"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," kata dia.
Mitigasi Bencana
Dwikorita menyebut saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.
Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai.
Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.
Pasalnya, bendung tersebut sewaktu-waktu dapat jebol bila air terus terakumulasi dan menekan, seiring dengan peningkatan curah hujan.
BMKG, lanjut dia, secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.
"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," kata dia, dikutip dari Antara.
(mdk/gil)