Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap hasil kajian terhadap efek samping vaksin AstraZeneca.
- Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah
- Mengenal TTS, Penyakit yang Dikaitkan dengan Efek Samping Vaksin AstraZeneca
- Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Picu Kasus TTS, Begini Penjelasan Ilmiahnya
- Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap hasil kajian terhadap efek samping vaksin AstraZeneca.
Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
BPOM menyebut, ada lima hasil kajian BPOM terhadap vaksin AstraZeneca. Pertama, manfaat pemberian vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risiko efek samping yang ditimbulkan.
Kedua, hingga April 2024, tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin AstraZeneca.
“Ketiga, hasil kajian WHO menunjukkan bahwa kejadian TTS yang berhubungan dengan vaksin Covid-19 AstraZeneca dikategorikan sebagai sangat jarang/very rare (kurang dari 1 kasus dalam 10.000 kejadian),” jelas BPOM melalui keterangan tertulis, Selasa (7/5).
Keempat, kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 sampai dengan 42 hari setelah pemberian dosis vaksin AstraZeneca. Apabila terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Terakhir, pemantauan terhadap keamanan vaksin AstraZeneca masih terus dilaksanakan dalam bentuk surveilans rutin selama penggunaan vaksin ini dalam program imunisasi.
BPOM menyebut, saat ini vaksin AstraZeneca tidak digunakan lagi dalam program vaksinasi atau imunisasi.
Bahkan, berdasarkan hasil pengawasan dan penelusuran BPOM menunjukkan, saat ini vaksin AstraZeneca sudah tidak beredar di Indonesia.
73 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Warga
BPOM mengungkapkan, ada lebih dari 73 juta dosis vaksin AstraZeneca telah digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Vaksin tersebut mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) pada 22 Februari 2021.
Heboh di media sosial vaksin AstraZeneca memicu munculnya trombosis with trombositopenia (TTS). Informasi ini berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Jamie Scott merupakan seorang pria beranak dua yang mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin AstraZeneca pada April 2021. Akibatnya, Jamie tidak dapat bekerja.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
"Enggak mungkin enggak ada. Bisa ada karena statistik menunjukkan seperti itu," kata Dicky melalui pesan elektronik, Jumat (3/5).
Namun, kasus TTS itu bisa terjadi dalam waktu paling lama sebulan setelah vaksinasi AstraZeneca.
Menurut Dicky, kecil kemungkinan TTS akibat AstraZeneca terjadi setelah lebih dari sebulan vaksinasi.
"Sangat amat kecil disebabkan oleh vaksin. Bicara TTS bukan hanya akibat vaksin, ada juga faktor lain," ucapnya.