Wahyu, balita penderita hydrocepalus tak bisa lagi mengangkat kepala
Sudah hampir satu bulan Wahyu dirawat di rumah sakit dengan selang yang terpasang di tubuh.
Muhammad Wahyu Al Gazali (1), penderita penyakit hydrocepalus sudah hampir sebulan dirawat di Rumah Sakit (RS) Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Warga Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulsel ini hanya didampingi ibunya, Syamsuriani (25). Sementara ayahnya, Jawaldi (24), seorang buruh di PT Kima, Makassar, tak terlihat ketika merdeka.com mendatangi rumah sakit.
Kepala Wahyu yang penuh cairan terus membesar dan hingga kini ukurannya sudah dua kali lipat dari ukuran normal kepala balita. Membuatnya hanya bisa terbaring, tidak bisa selincah sebayanya.
Meski kepalanya sudah seberat itu, kata Syamsuriani, Wahyu masih aktif. Tangan, kakinya tetap bergerak, juga sesekali tubuhnya. Hanya kepalanya saja yang tidak bisa digerakkan. Juga kadang berusaha bicara memanggil mama.
Ditemui di ruang perawatan IV, lantai 2, Kamar 7, RS Wahidin Sudirohusodo di Jalan Urip Sumoharjo, Rabu (10/2), Wahyu menempati kamar kelas 3 bersama 5 pasien lain. Dirawat di RS itu bermodal kartu BPJS.
Syamsuriani menyebutkan, Muhammad Wahyu Al Gazali ini putra ketiganya. Putra pertama bernama Reski Saputra (4) yang kini dititip di neneknya di Masamba. Sementara putra keduanya sudah meninggal dunia.
Kata Syamsuriani, dia belum lama di Makassar menumpang di rumah mertua di BTN Mangga Tiga, Blok D 1, No 26. Wahyu dilahirkan di Rumah Sakit Sayang Rakyat, Makassar dengan cara operasi caesar. Hasil pemeriksaan dokter, Wahyu sudah divonis menderita hydrocepalus sejak lahir. Ukuran berat tubuhnya saat lahir 4,7 kilogram.
Lama kelamaan, ukuran kepala Wahyu kian membesar, kelincahan anak-anaknya pun terenggut hingga akhirnya tidak bisa lagi beraktivitas banyak karena kepalanya kian berat.
"Saya bawa ke RS Wahidin sejak 18 Januari lalu. Itu karena didorong para tetangga agar bawa saja ke rumah sakit. Sebelumnya saya takut kalau kepala anak saya diutak-atik. Tapi karena kian tidak berdaya, saya bawa juga ke sini," tutur Syamsuriani.
Rabu lalu, (3/2), kata Syamsuriani, Wahyu dioperasi untuk memasang selang di kepala hingga ke perut. Selang itu untuk menyedot cairan di kepala kemudian terbuang melalui kotoran. Sudah hampir sebulan di rumah sakit, baru beberapa kali Wahyu dijenguk oleh ayahnya. Terakhir dijenguk sebelum operasi pekan lalu.
Untungnya, karena fasilitas BPJS, Syamsuriani, juga dari keluarga tidak mampu sehingga dia tidak dikenai biaya. Hanya saja tentunya Syamsuriani tetap butuh biaya operasional untuknya mendampingi anaknya bertahan hidup.
"Iya Wahyu biasa dapat rejeki dari warga yang menjenguk, jadi itu sebagian saya gunakan," tutur ibu rumah tangga bertubuh mungil ini.
Besar harapannya, Muhammad Wahyu Al Gazali bisa segera sembuh dan tumbuh layaknya anak-anak lain.
Sementara itu, Direktur RS Wahidin Sudirohusodo, DR dr Khalid Saleh Sppd menjelaskan, tindakan medis dengan memasang selang dari kepala itu sudah merupakan upaya maksimal. Tujuannya untuk mengeluarkan cairan dan mengurangi tekanan di kepala.
"Tidak serta merta bisa kempes sama sekali kepala tersebut karena cairan itu terus berproduksi. Ini terus dievaluasi, kalau ada perkembangan ke arah lebih baik barulah akan diberikan tindakan medis lagi jika masih memungkinkan," jelas Khalid Saleh.
Menurutnya salah satu faktor terjadinya penyakit hydrocepalus karena kurangnya asupan gizi, dan juga karena adanya kelainan di kepala.