Waktunya anak muda berlabel pengusaha
Generasi muda harus menciptakan peluang, dan merubah budaya dari pencari kerja menjadi mencipta lapangan kerja.
Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia disebut-sebut memiliki keuntungan dari sisi demografi. Kondisi demografi yang dimaksud adalah jumlah tenaga kerja usia produktif yang besar yang diyakini sebagai salah satu sumber potensial mendongkrak pertumbuhan dan aktivitas ekonomi dalam negeri.
Tidak heran jika belakangan, seiring dengan membaiknya stabilitas perekonomian nasional, muncul anak-anak muda yang menjadi inspirasi generasinya. Mereka muncul karena keberanian, kejelian, ketekunan, dan kisah keberhasilan membangun bisnisnya.
-
Siapa suami Winda? Diketahui Winda dinikahi anggota TNI AD bernama Achmad Zaki yang kini berpangkat Mayor Inf.
-
Siapa yang berperan sebagai Wiro Sableng? Herning Sukendro mencapai puncak ketenaran di dunia hiburan melalui film "WIRO SABLENG" pada tahun 1995.
-
Siapa Kaisar Wu? Kaisar Wu adalah seorang penguasa dari dinasti Zhou Utara di Tiongkok kuno.
-
Siapa yang diwisuda? Samarra Anaya Amandari, sosok yang begitu memesona dengan kecantikannya, baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP.
-
Kapan KRT Wiroguno wafat? Wafat pada 1937KRT Wiroguno wafat dan disemayamkan di makam raja-raja Imogiri pada tahun 1937.
-
Siapa Ki Arsantaka? Ki Arsantaka merupakan putra dari Bupati Onje II, pemimpin Kadipaten Onje (cikal bakal Kabupaten Purbalingga).
Dunia bisnis yang digambarkan dengan orang 'berdasi' kini tidak lagi didominasi kalangan usia tua. Justru kini semakin banyak anak muda 'berdasi' yang sukses berbisnis. Pemerintah juga melihat potensi ini sebagai bagian dari perkembangan perekonomian nasional. Anak muda pun mulai didorong terjun dan menggeluti dunia bisnis, apapun bentuknya. Tentunya sesuai dengan ide, kreativitas, dan kemampuan masing-masing.
Salah satu tokoh yang paling keras bersuara dan mendorong peran anak muda dalam dunia bisnis adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dia sangat percaya akan kemampuan dan kapasitas generasi muda untuk mengisi lini bisnis dan ekonomi dalam negeri.
Di beberapa kesempatan menjadi pembicara dan motivator, Dahlan selalu bicara mengenai peran generasi muda sebagai salah satu mesin penggerak ekonomi nasional. Anak muda pun diminta tidak hanya bergantung pada lapangan usaha yang ada, tapi berani membuat lapangan pekerjaan baru.
Caranya dengan menjadi wirausaha atau seorang entrepreneur. Apalagi, jumlah wirausaha di Indonesia terbilang masih rendah, baru 1,56 persen. Masih jauh di bawah negara tetangga semisal Malaysia, Thailand dan Singapura yang sudah di atas 4 persen. Jika memiliki mimpi menjadi negara maju, jumlah wirausaha di Indonesia minimal 2 persen dari total jumlah penduduk.
Ada satu alasan kenapa Dahlan mempercayai kemampuan anak muda membangun bisnis. "Karena anak muda itu tahan bantingan, anak muda itu bisa tidak tidur dua hari dua malam mengejar ambisi," ungkap Dahlan beberapa waktu lalu.
Sebagai seorang entrepreneur, Dahlan mendorong anak muda untuk bisa menjadi seorang pengusaha yang tangguh, tahan banting dan berani menghadapi risiko bangkrut dalam menjalankan bisnisnya.
Bisnis harus dirintis sejak masih berusia muda. "Kenapa harus dimulai muda, supaya ketika bangkrut usaha kecil dan sakitnya itu tidak menyakitkan. Masih dari tempat yang agak rendah," katanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Dia berharap lahir mahasiswa dan generasi muda sebagai pengusaha-pengusaha yang kreatif. Harapannya, dengan mulai menjajaki dunia usaha, generasi mudah tidak terlalu tergantung pada orang lain.
"Sebagai generasi muda harus menciptakan peluang, dan juga harus mampu merubah budaya dari mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja," kata Hatta.
Pemerintah percaya, modal menjadi negara maju tidak hanya dari sisi sumber daya alam (SDA) saja, tapi juga sumber daya manusia (SDM). Pertanyaannya, apa peran pemerintah untuk mendorong munculnya pengusaha-pengusaha muda?
Menteri Keuangan Agus Martowardojo pernah mengatakan bahwa peran pemerintah terletak dari sisi alokasi anggaran untuk pendidikan yang besarannya sekitar 20 persen dari total APBN. "Ini seharusnya menjadi modal untuk mendidik seorang wirausaha," kata Agus Marto.
Lalu, bagaimana pandangan kalangan pengusaha mengenai keberadaan entrepreneur muda di Indonesia? Sosok taipan sukses di bidang properti, Ciputra, sudah tidak asing lagi di dunia bisnis Tanah Air. Sebagai pengusaha, dia sukses membangun berbagai macam bisnisnya. Selain mengurus usahanya, Ciputra kini banyak menghabiskan waktu menjadi pembicara di kalangan pebisnis dalam negeri.
Ciputra pun mengaku memiliki impian menjadikan Indonesia sebagai negara entrepreneur (pengusaha). Dalam kacamatanya, sekitar 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia memiliki bakat menjadi pengusaha. Namun hanya segelintir saja yang serius dan berkomitmen menjadi seorang pengusaha hingga menjadi sukses.
"Indonesia ada 30 persen penduduknya punya bakat, keinginan, dan kepercayaan diri. Yang sudah ada bahan bakunya, kita tinggal kasih apinya dia akan berkembang luar biasa. 30 persen itu, 70 juta lebih, sekarang entrepreneur Indonesia baru 1,56 persen," jelasnya.
Tapi, untuk menjadi pengusaha tidak bisa diraih dalam waktu singkat. Potensi dan kemampuan yang ada, perlu diasah sejak usia dini. Bimbingan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi calon entrepreneur muda berbakat, juga perlu dilakukan.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah inovasi. Dengan kemampuan berinovasi, pengusaha akan mampu bertahan di tengah iklim persaingan yang semakin ketat. Faktor mental tidak boleh dilupakan. Seorang pengusaha harus memiliki mental yang tangguh dan minat yang tinggi terhadap bidang yang ditekuninya. Dari itu semua, kini saatnya yang muda berlabel pengusaha.
(mdk/noe)