Wamenkes Sebut 36 Juta Jiwa Meninggal Akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Dante menjelaskan, PPOK bukan penyakit menular. PPOK merupakan inflamasi kronik pada saluran napas dan jaringan paru yang bisa disebabkan paparan partikel atau gas berbahaya.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mengontribusi angka kematian di Indonesia. Data sementara, 71 persen kematian disebabkan penyakit tidak menular. Sementara itu, 36 juta kasus kematian di antaranya berkaitan dengan penyakit paru, baik asma maupun PPOK.
"36 Juta jiwa yang meninggal karena penyakit paru tersebut. Ada sekitar 3,4 sampai 4 juta atau sekitar 10,7 persen yang merupakan PPOK," katanya dalam Media Briefing: Hari PPOK Sedunia 2021, Selasa (23/11).
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Apa penyebab kematian Dono Warkop DKI? Almarhum meninggal dunia akibar penyakit tumor di bagian bokong dan sudah menjalar menjadi kanker paru-paru stadium akhir, dan menyerang lever.
-
Kapan sidang perdana kasus kematian Dante dimulai? Pada tanggal 27 Juni 2024, sidang perdana kasus kematian Dante dengan terdakwa Yudha Arfandi telah dimulai.
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dante menjelaskan, PPOK bukan penyakit menular. PPOK merupakan inflamasi kronik pada saluran napas dan jaringan paru yang bisa disebabkan paparan partikel atau gas berbahaya.
Partikel gas berbahaya utama ialah asap rokok. Gas berbahaya lainnya seperti polusi, bahan kimia, hingga asap dapur.
Dokter berusia 48 tahun ini menyebut, ada dua penyebab PPOK. Pertama, terjadi bronkitis kronik atau peradangan pada saluran bronkus di dalam paru-paru. Kedua, terjadi emfisema akibat kerusakan pada alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, sekitar 33,8 persen. Ini menunjukkan, 1 dari 3 orang di Tanah Air merokok.
"Ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar," ujarnya.
Menurut Dante, proporsi perokok pria di Indonesia sangat besar. Persentasenya mencapai 63 persen atau sekitar 2 dari 3 pria merokok. Sementara prevalensi merokok pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun juga cukup tinggi, sekitar 7,2 persen.
"Naik menjadi 9,1 persen pada 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia itu merokok," sambungnya.
Pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, ini menegaskan merokok bisa berdampak buruk pada kesehatan. Aktivitas rokok yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu lama bisa mengakibatkan PPOK saat dewasa. Bahkan, beberapa kasus menunjukkan, PPOK bisa terjadi pada usia produktif akibat paparan gas berbahaya atau merokok.
Dia mengingatkan, di tengah pandemi Covid-19, pengidap PPOK masuk kelompok rentan. Penderita PPOK yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 bisa mengalami kondisi buruk. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, 1,2 persen pasien Covid-19 yang meninggal merupakan penderita PPOK.
"Melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk memberikan kewaspadaan dan edukasi secara persuasif kepada masyarakat," tutupnya.
Baca juga:
Faktor Penyebab Gangguan Pernapasan, Waspadai Lebih Dini
8 Gejala Emboli Paru yang Penting Dikenali Sejak Dini, Salah Satunya Kulit Kebiruan
Mulailah Melindungi Paru dengan Cara Berhenti Merokok
Penyebab Flek Paru-paru yang Perlu Diwaspadai, Ketahui Cara Mencegahnya
Emboli Paru adalah Penyumbatan Pembuluh Darah di Paru-paru, Ini Penjelasan Lengkapnya