Warga minta padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda ditutup permanen
Warga minta padepokan Dimas Kanjeng Samarinda ditutup permanen. Di lokasi padepokan, pagar dan pintu padepokan tertutup rapat. Sumaryono, pemilik padepokan, sempat dihubungi. Dia mengaku ada di Surabaya, meski belum tahu kebenarannya.
Warga meminta Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng (YPDK) Majelis Ta'lim Daarul Ukhuwah di Jalan Ir Sutami RT 22, Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, ditutup permanen. Alasannya, agar situasi dan kondisi terus kondusif.
Permintaan itu diungkap perwakilan 11 warga RT 22, saat bertemu perwakilan kantor Kemenag Kota Samarinda, kantor Badan Kesbangpol, Polsekta Sungai Kunjang dan warga sekitar pukul 10.00 WITA. Ada 23 orang bertandatangan sebagai kesepakatan bersama.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
"Pertemuan hari ini, menindaklanjuti pertemuan tanggal 6 Oktober, saat menutup sementara padepokan. Agar jangan berlarut-larut, padepokan diminta ditutup permanen," kata warga tetangga seberang padepokan, Suyamto, saat ditemui merdeka.com, Senin (17/10).
Permintaan warga itu merupakan salah satu dari 4 poin yang dihasilkan dalam pertemuan. Poin lainnya terungkap bahwa pemimpin YPDK Majelis Ta'lim Daarul Ukhuwan, Sumaryono, sebagaimana disampaikan perwakilan Polsekta Sungai Kunjang, masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), pascapelaporan dugaan penipuan penggandaan uang dengan kerugian materi Rp 23,5 juta.
"Dalam pertemuan itu, perwakilan instansi juga bertanya langsung kepada perwakilan 11 warga, yang menginginkan padepokan ditutup permanen, tidak ada lagi aktivitas padepokan," ujar Suyamto.
"Warga menyatakan menolak karena sudah mengganggu kenyamanan, ketentraman warga kiri dan kanan, sekitar padepokan," tambahnya.
Di sela perbincangan dengan Suyamto, terlihat sejumlah orang berkendara roda dua, mendatangi padepokan, menggunakan motor Yamaha Vega bernomor polisi KT 5014 OF. Namun mereka hanya melihat ke dalam padepokan, sambil membaca pengumuman penutupan padepokan. merdeka.com coba bertanya dari pasangan suami istri yang mendatangi padepokan, tidak menjawab dan bergegas meninggalkan padepokan.
"Lumayan sering orang pakai motor, melihat ke dalam padepokan. Belum tahu persis, apakah itu pengikut setia padepokan, atau pengikut biasa dan merasa dirugikan," ungkap Suyamto.
Masih dijelaskan Suyamto, dalam pertemuan itu juga, perwakilan kantor badan Kesbangpol Samarinda, sempat menghubungi Sumaryono, pemimpin padepokan lantaran tengah dalam pencarian polisi.
"Di telepon itu, Sumaryono lagi berada di Surabaya. Benar atau tidaknya kan, belum bisa dipastikan," sebut Sumaryono.
Pantauan merdeka.com, di lokasi padepokan, pagar dan pintu padepokan tertutup rapat. Hanya ada 1 motor Honda Scoopy milik keluarga Sumaryono, terparkir di teras padepokan. Rumah itu juga diketahui masih sesekali dijaga penjaga padepokan. Sementara istri Sumaryono dan anaknya, tidak terlihat di rumah itu.
Baca juga:
Kasus Dimas Kanjeng, Marwah Daud diperiksa polisi
Bantu orangtua bunuh pengikut Dimas Kanjeng, EY menyerahkan diri
Malu hingga takut ditagih, alasan korban Taat Pribadi ogah pulang
Malu kembali ke masyarakat, alasan korban Taat Pribadi enggan pulang
Ma'ruf Amin anggap fatwa MUI Jatim soal Dimas Kanjeng sesat tepat
Diduga kabur, pemimpin Dimas Kanjeng Samarinda diburu polisi
Tunggu hasil penggandaan, pengikut Dimas Kanjeng rela tak pulang