YLKI sebut sosialisasi kantong plastik berbayar masih minim
Masih banyak ritel yang tidak meletakkan papan sosialisasi plastik berbayar di kasir.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan konsumsi penggunaan kantong plastik di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak Rp 9,8 miliar. Indonesia menjadi negara kedua setelah China yang paling boros menggunakan kantong plastik.
Untuk mengurangi konsumsi penggunaan kantong plastik, pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerapkan kebijakan plastik berbayar di seluruh ritel yang ada di Indonesia. Untuk itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar seharga Rp. 200.
Sayangnya, sosialisasi kebijakan tersebut belum sepenuhnya digunakan oleh para kasir ritel. Dari 25 ritel yang disurvei YLKI, 3 di antaranya tidak mencantumkan sosialisasi penggunaan plastik berbayar tersebut.
"Masih ada 12 persen ritel yang tidak mencantumkan papan informasi uji coba kebijakan plastik berbayar pada kasir di dalam gerainya dan beberapa yang sudah mencantumkan pun masih ada yang meletakkannya di tempat yang tidak terlihat oleh konsumen," tutur peneliti YLKI, Natalia Kurniawati di kantornya, Jalan Pancoran Barat VII No 1 Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (13/4).
Dalam penelitiannya tentang efektivitas uji coba kebijakan kantong plastik berbayar, Natalia mengungkapkan, masih banyak ritel yang tidak meletakkan papan sosialisasi plastik berbayar di kasir. Umumnya kata dia, papan tersebut tersimpan di tempat yang tidak strategis.
"Saat survei, saya pernah bertanya soal kebijakan plastik berbayar. Kasir itu bilang memang harus bayar. Tapi di kasir itu tidak ada papan pengumuman. Waktu saya minta ternyata papan pengumuman tersebut disimpan di tempat yang tidak terlihat konsumen," cerita Natalia.
Padahal, 13 kasir yang diwawancarai mengaku sudah mendapatkan training untuk sosialisasi pada konsumen. Namun faktanya, kasir tersebut tidak bisa memberikan penjelasan tentang kebijakan SOP yang berlaku.