Bekali Caleg NasDem, JK pesan jadi anggota DPR jangan '5D'
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengingatkan kepada bakal calon anggota legislatif DPR dari Partai Nasdem agar tidak menjadi legislator berpredikat 5D. Pernyataan itu disampaikan ketika memberikan pidato dalam penutupan pembekalan caleg NasDem di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Senin (3/9).
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengingatkan kepada bakal calon anggota legislatif DPR dari Partai Nasdem agar tidak menjadi legislator berpredikat 5D. Pernyataan itu disampaikan ketika memberikan pidato dalam penutupan pembekalan caleg NasDem di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Senin (3/9).
Adapun singkatannya, kata JK, datang, duduk, diam, duit, ditangkap. Karena itu, ketua umum Golkar itu mengingatkan menjadi anggota DPR harus memiliki modal kuat.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Apa yang diungkapkan Jusuf Kalla mengenai pembelian alutsista bekas? Pemerintah membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dengan harga murah bukan terjadi saat ini saja. Hal tersebut dinungkapkan langsung Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) yang pernah berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah Beli Alutsista Bekas Umur 25 Tahun Harganya Rp1 Triliun kata JK dikutip dari Antara, Kamis (11/1) "Saya kira pemerintah 'kan tidak satu kali ini beli bekas (alutsista bekas), tetapi selalu murah. Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua,"
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
"Kalau anda ingin pintar berdebat itu, harus baca terus, jangan hanya baca majalah, (tapi) baca buku, ikut diskusi supaya terhindar dari 4D, datang, duduk, diam, duit, bisa-bisa 5D, ditangkap," kata JK di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Senin (3/9).
JK menjelaskan, sebagai anggota legislatif, harus memiliki sebuah modal penting. Dia meminta para caleg membekali diri memahami sistem nasional dan program pemerintah.
"Karena itu harus punya modal mengetahui sistem nasional mengetahui keadaan kita lihat program kedepan itu yang sangat penting sebagai modal utama," tuturnya.
Dia menambahkan, ketika sudah menduduki kursi legislatif, perlu namanya kesabaran. Sebab, jika pendapatnya ingin didengar, harus bisa menghargai pendapat orang lain. Hal itu bakal banyak ditemui dalam rapat-rapat di Senayan.
"Anggota DPR modalnya kesabaran, orang mendengar terus menunggu giliran berbicara, itu modal juga, kalau gak sabar nunggu mendengar orang, anda tidak didengar orang," ujarnya.
Dalam kesempatan sama, mantan ketua umum Golkar itu meminta para calon anggota legislatif aktif mensosialisasikan program partai kepada masyarakat pemilih. Pada saat bersamaan, menurut JK, NasDem harus memposisikan diri sebagai pendukung pemerintah. Dia meminta para caleg itu mempromosikan diri sejalan dengan program pemerintah.
"Posisi NasDem posisi partai pemerintah, jadi harus sejalan dengan program pemerintah, karena kalau berlawanan timbul nanti pertanyaan dari masyarakat. Anda tidak perlu berkampanye berbicara pemerintah, tapi sejalan dengan pemerintah sehingga betul-betul ada positioning karena keberhasilan anda apabila pemerintah berhasil," pungkasnya.
Baca juga:
DPT Pemilu 2019 di Sumut ditetapkan sebanyak 9.426.220 jiwa
Ini alasan Bawaslu loloskan 12 caleg eks napi korupsi di Pemilu 2019
Ma'ruf Amin hadiri pembekalan Caleg Partai NasDem
Ada staf-nya daftar caleg, Ahok sarankan lewat PDIP
Mengenal Anggiasari Puji Aryatie, caleg difabel diusung Partai NasDem
Tanggapan Jokowi soal Bawaslu loloskan eks koruptor nyaleg
Paloh nilai polemik eks napi korupsi jadi caleg karena ada parpol yang tak patuh