Demokrat Jelaskan Perbedaan Ngopi-ngopinya Moeldoko dan Luhut
Menurutnya, ada 4 perbedaan signifikan antara pertemuan Luhut dan Moeldoko dengan kader-kader Partai Demokrat.
Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menyebut kader Partai Demokrat yang menemuinya juga pernah bertemu Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Partai Demokrat pun menjelaskan perbedaan ngopi-ngopi antara Moeldoko dan Luhut.
"Sebaiknya Bapak KSP Moeldoko tidak membawa-bawa nama Bapak Menko Luhut BP dalam pertemuan Bapak KSP Moeldoko dengan kader-kader Partai Demokrat," kata Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, Senin (8/2).
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Bagaimana Demokrat akan mendekati partai lain? Selain itu, dia menuturkan bahwa Demokrat membuka komunikasi dengan pihak manapun. Sehingga, ujarnya segala kemungkinan yang ada bakal dikaji secara mendalam.
-
Siapa yang memberi tugas khusus kepada Demokrat? Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan Prabowo memberikan tugas khusus kepada Demokrat untuk bisa memenangkan dirinya di Jawa Timur.
-
Apa yang akan dilakukan Demokrat kedepan? Lebih lanjut, Herman menyatakan bukan tidak mungkin Demokrat ke depan akan membentuk poros baru atau bergabung dalam koalisi yang sudah ada. Segala kemunginan, ujar dia bisa saja terjadi.
-
Kapan Pemilu yang ingin dimenangkan Demokrat? Pembekalan bertujuan untuk memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
-
Bagaimana Partai Demokrat menentukan arah politiknya? "Setelah itu mungkin ke depannya baru lah akan diputuskan berdasarkan harapan masyarakat pro perubahan, pro perbaikan, yang telah meletakkan aspirasi dan harapannya kepada Demokrat selama ini,"
Menurutnya, ada 4 perbedaan signifikan antara pertemuan Luhut dan Moeldoko dengan kader-kader Partai Demokrat.
Pertama, kata dia, kader-kader Partai Demokrat yang bertemu dengan Luhut atas keinginan sendiri dan ada yang memang sudah kenal sebelumnya.
"Sedangkan yang bertemu dengan Moeldoko, adalah kader-kader Partai Demokrat dari daerah yang tidak dikenal Moeldoko sebelumnya, yang difasilitasi ke Jakarta karena dijanjikan akan mendapat bantuan pasca bencana. Dan, mereka tidak tahu sebelumnya bakal bertemu Moeldoko," tuturnya.
Kedua, Herzaky menambahkan, pertemuan beberapa kader senior dengan Luhut, tidak mengajak para pemilik suara atau para Ketua DPD dan DPC Demokrat. Lalu, tidak didahului usaha menelepon dan meminta bertemu dengan para ketua-ketua DPC dan DPD sebelumnya secara bergantian.
"Sedangkan pertemuan kader Demokrat dengan Moeldoko, didahului oleh usaha terstruktur dan sistematis mengontak para pemilik suara sah (ketua-ketua DPD dan ketua-ketua DPC) dari berbagai pelosok Indonesia, untuk bertemu di Jakarta," ungkapnya.
Ketiga, menurut Herzaky, dalam pertemuan dengan Moeldoko, ada pencatutan nama-nama menteri dan pejabat tinggi pemerintahan lainnya. Bahkan, pencatutan nama presiden yang dikatakan sudah mendukung rencana KLB dan pencapresan Moeldoko di 2024.
"Sedangkan di dalam pertemuan dengan Luhut, tidak ada pencatutan nama presiden maupun pejabat-pejabat tinggi negara," ucapnya.
Keempat, kata dia, dalam pertemuan dengan Moeldoko, ada janji uang politik sebesar 100 juta rupiah jika para pemilik suara dari Partai Demokrat menyetujui KLB. Serta mengganti Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono dengan Moeldoko.
Sementara, dalam pertemuan dengan Luhut, tidak ada janji-janji money politics yang disampaikan. Dengan demikian, dalam pertemuan dengan Moeldoko, ada penggalangan gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah secara terstruktur dan sistematis oleh pejabat penting pemerintahan yang secara fungsional dekat dengan Presiden Joko Widodo.
"Sedangkan pertemuan dengan Luhut, masih bisa dikategorikan ngopi-ngopi biasa," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko kembali menggelar konferensi pers untuk merespons isu kudeta Demokrat. Dalam kesempatan itu, Moeldoko menyebut kader Demokrat yang menemuinya juga pernah bertemu Luhut Binsar Pandjaitan.
Moeldoko mengaku dia memang pernah menerima para kader Demokrat. Namun, pertemuan itu hanya sekadar ngopi dan ngobrol bersama.
"Begini ya bingung juga saya ya, orang ngopi ngopi kok bisa ramai begini. Apalagi ada yang grogi lagi, saya itu ngopi ngopi saja. Beberapa kali di sini ya, di luar biasa saya bicarakan," ujar Moeldoko di kediamannya, Selasa (3/2).
Menurut Moeldoko, ketika ada kader partai yang menemui tokoh lain, harusnya disikapi sebagai sebuah dinamika yang wajar. Kemudian Moeldoko bercerita, Luhut juga pernah ditemui para kader Demokrat.
Ia heran, saat Luhut bertemu kader Demokrat, seakan tak ada yang meributkan.
"Pak LBP juga pernah cerita sama saya. Saya juga didatangi oleh mereka-mereka, saya juga sama. Tapi enggak ribut begini. Terus dibilangin jadi Presiden, lah ya enggak-enggak saja. Kerjaan gua setumpuk begini," kata dia.
Moeldoko menyebut tudingan yang disampaikan kepadanya hanyalah sebuah dagelan semata.
"Janganlah membuat sesuatu apa ini. Menurut saya ini kayak dagelan gitu ya. Lucu-lucuan. Moeldoko mau kudeta. Apaan ini kudeta," tutup dia.
Baca juga:
Dua Kejutan dari Lantai 28
Operasi Relawan Jokowi di Balik Kudeta Demokrat
Demokrat: Moeldoko Semestinya Dapat Kartu Merah
Soal Kudeta Demokrat, Andi Mallarangeng Singgung Elemen Kekuasaan Pakai Gaya Orba
Andi Mallarangeng: Kalau Demokrat Diambil Alih Pasti Menjadi Pendukung Pemerintah
Diterpa Isu Kudeta, Pengurus Partai Demokrat Puji Kepemimpinan AHY