Gerindra Dinilai Berpeluang 'Panen' Suara di Wilayah Papua saat Pilkada Serentak
Pilkada Serentak kali ini momen penting bagi Gerindra untuk melakukan konsolidasi
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai Partai Gerindra bisa meraih kemenangan besar dalam Pilkada Serentak di Bumi Papua berkat Prabowo effect dan tingginya pengakuan masyarakat terhadap presiden baru.
- Gerindra Tak Bisa Buktikan Pelanggaran, MK Kandaskan Gugatan Pileg DPR di Dapil Papua Tengah
- Gerindra Minta Pemungutan Suara Ulang Pileg Dapil Maluku Utara, Ini Alasannya
- Gerindra Pertimbangkan Pentolan Dewa 19 Ahmad Dhani Maju Pilwakot Surabaya
- Klaim Pemilu 2024 Lebih Baik dari Sebelumnya, Gerindra Anggap Tidak Perlu Hak Angket DPR
Pilkada Serentak dijadwalkan pada 27 November 2024, sebulan setelah pelantikan presiden terpilih pada 20 Oktober 2024.
Menurut Karyono, pada saat pelaksanaan Pilkada nama Prabowo Subianto akan harum di seantero nusantara dan memunculkan apa yang disebut sebagai 'Initial Popularity Surge' atau lonjakan popularitas di awal pemerintahan.
Karena tingginya ekspektasi dan kecintaan rakyat terhadap pemimpin baru, Prabowo Subianto di awal pemerintahannya akan dielu-elukan sebagai seorang pemimpin yang mendapatkan pengakuan luas atau dikenal dengan istilah 'acclaimed leader.'
Dalam konteks seorang presiden yang baru dilantik, istilah 'acclaimed leader' merujuk pada presiden yang telah berhasil meraih pengakuan luas atas kemampuan dan kebijakannya, baik dari masyarakat domestik maupun komunitas internasional.
Hal itu terjadi biasanya karena kemenangan pemilu yang meyakinkan, visi yang jelas dan inspiratif, atau kebijakan awal yang diterima dengan baik oleh publik.
"Ketika Pak Prabowo mengalami surplus popularitas dan pengakuan di awal pemerintahannya, maka Partai Gerindra akan diuntungkan pada Pilkada Serentak akibat adanya Prabowo Effect," kata Karyono dalam sdi Jakarta, Sabtu (27/7).
Dikatakannya, Prabowo Effect akan sangat signifikan apabila dipadukan dengan faktor ketokohan dari kandidat yang diusung Partai Gerindra.
Dengan pemilihan tokoh yang tepat, maka diyakini Partai Gerindra akan panen kemenangan besar dalam pemilihan gubernur di tanah Papua.
"Karena itu kami memahami kehati-hatian DPP Gerindra dalam memutuskan nama kandidat gubernur yang diusung karena harus melalui kalkulasi yang tepat dan pertimbangan yang matang," kata Karyono.
Peta Politik di Bumi Papua
Dalam pengamatan Karyono, persaingan ketat antara kandidat gubernur di sejumlah Provinsi di Papua sudah terlihat melalui pengurusan rekomendasi dukungan dari DPP Partai Politik di Jakarta.
Untuk Papua Pegunungan misalnya, peta politik di sana menunjukkan terjadinya kompetisi antara John Tabo dan Befa Yigibalom.
John Tabo sudah memastikan wakilnya adalah Ones Pahabol dan telah mengantongi rekomendasi dari Golkar dan Demokrat, sedangkan Befa Yigibalom mengantongi rekomendasi dari Nasdem dan Perindo.
Befa Yigibalom awalnya berupaya menggaet kader Gerindra Natan Pahabol sebagai wakilnya, namun upaya ini sepertinya bakal kandas karena adanya penolakan di internal Gerindra sendiri.
Penolakan kader Gerindra terhadap Befa terjadi akibat persaingan yang terjadi pada saat Pilpres 2024 lalu, dimana Befa menjadi ujung tombak pemenangan kubu 01, terlibat gesekan keras di lapangan dengan kubu 02 yang dipimpin Ketua TKD John Tabo.
"Secara historis dan chemistry, kader Gerindra lebih dekat dengan John Tabo," ujar Karyono.
"Sangat rasional jika akhirnya Gerindra melabuhkan dukungannya ke John Tabo untuk Pilgub Papua Pegunungan," tegas Karyono.
Karyono juga mengamati peta politik di Pilgub Papua Selatan dimana kader Gerindra Otniel Hindom kemungkinan dipinang menjadi Cawagub dari mantan Bupati Boven Digoel Yusak Yaluwo yang diusung Golkar.
"Koalisi Golkar-Gerindra ini diprediksi akan menghadapi Apolo Safanjo yang merupakan Pj Gubernur Papua Selatan (PDIP dan PKS) dan Romanus Mbara (Nasdem dan PAN).
Sementara itu, di Papua Tengah Karyono memuji kelihaian mantan Bupati Puncak Willem Wandik yang menyatakan siap dinaturalisasi menjadi kader Gerindra.
"Sejauh ini, Willem Wandik masih yang terkuat di Pilgub Papua Tengah dan kabarnya telah mendapat KTA Partai Gerindra," katanya.
Willem Wandik sendiri sebelumnya telah mendapat rekomendasi dari Golkar serta PKB dan akan berhadapan dengan Natalis Tabuni yang diusung Nasdem dan Meki Nawipa yang diusung PDIP.
Untuk Papua Induk, menurut Karyono, ada empat poros yang akan bertanding memberebutkan kursi gubernur. Partai Gerindra diprediksi akan mengusung kader organiknya Yan Permenas Mandenas yang merupakan anggota DPR RI berpasangan dengan Yunus Wonda dari Demokrat.
PAN dan PSI diprediksi akan turut bergabung dengan pasangan Yan Mandenas - Yunus Wonda. Pasangan ini akan melawan tiga kandidat dari poros lainnya yaitu Paulus Waterpauw, Mathius Fakhiri, dan Benhur Tomi Mano.
Sedangkan untuk Pilgub di Papua Barat, DPP Gerindra telah menyerahkan rekomendasi kepada pasangan Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani. Rekomendasi tersebut diserahkan oleh Sekjen Partai Gerindra di Jakarta pada Selasa (23/7/2024).
Secara keseluruhan, menurut Karyono, kesuksesan Gerindra pada Pilgub di tanah Papua akan menentukan efektivitas strategi pembangunan dari kabinet Prabowo-Gibran di pulau paling timur tersebut.
"Pilkada Serentak kali ini momen penting bagi Gerindra untuk melakukan konsolidasi dalam rangka mengejar predikat sebagai the ruling party pada Pemilu 2029," jelas Karyono.