PDIP Soroti Anies Dilaporkan Kubu Prabowo ke Bawaslu usai Debat Capres: Pengingkaran Demokrasi
Sekjen PDIP membela Anies Baswedan yang dilaporkan pendukung Prabowo ke Bawaslu usai Debat Capres.
Menurut Hasto, pasangan capres nomor urut satu dan tiga di Pilpres 2024 ini memiliki satu tujuan yang sama, yaitu ingin menempatkan demokrasi di tangan rakyat.
PDIP Soroti Anies Dilaporkan Kubu Prabowo ke Bawaslu usai Debat Capres: Pengingkaran Demokrasi
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai capres nomor urut 2, Prabowo Subianto semakin menunjukkan sisi kepemimpinan otoritarianisme.
Hal itu terlihat dari cara pendukung Prabowo yang mengadukan capres nomor urut 1, Anies Baswedan ke Bawaslu buntut tidak terima dari debat Capres pada Minggu (7/1).
Hasto menjawab pertanyaan awak media usai acara Konsolidasi Organisasi Internal Partai terkait Pemenangan Pileg dan Pilpres wilayah DI Yogyakarta, di Kantor DPD Yogyakarta, Sabtu (13/1).
- Anies: Saya Bersyukur Prabowo Banyak Setuju, Perubahan Makin Diterima Kandidat Lain
- Anies Baswedan Dilaporkan ke Bawaslu usai Serang Prabowo soal Lahan 340 Ribu Hektare di Debat Capres
- PDIP Sindir Prabowo Enggan Bersalaman dengan Anies: Seorang Pemimpin Tak Boleh Emosional
- PDIP Tanggapi Sindiran Prabowo 'Ndasmu Etik' ke Anies: Tak Ada Gunanya Debat jika Tanpa Etika!
“Debat ini kan namanya instrumen demokrasi untuk menyampaikan gagasan yang baik, tetapi Tim Pemenangan Pak Prabowo karena Pak Prabowo kalah debat di dalam tema debat yang seharusnya beliau unggul lalu mengadukan Pak Anies melakukan gugatan terhadap Pak Anies ini, kan, suatu pengingkaran terhadap demokrasi,” kata Hasto.
“Kalau hanya karena debat saja dilaporkan apalagi nanti kalau berkuasa. Jadi, terlepas ke Bawaslu laporannya, tetapi menunjukkan bahwa benih-benih otoritarian itu akan bekerja kembali. Debat, ya, debat. Kalah debat tidak usah saling mengadukan apalagi dengan berbagai sentimen menyerang pribadi,"
sambungnya.
Hasto menyampaikan ketika ada perasaan intimidasi dan ada penggunaan kekuasaan negara, hal tersebut akhirnya membangkitkan hubungan emosional antara kubu Ganjar-Mahfud dengan Anies-Muhaimin Iskandar.
Menurut dia, pasangan capres nomor urut satu dan tiga di Pilpres 2024 ini memiliki satu tujuan yang sama, yaitu ingin menempatkan demokrasi di tangan rakyat.“Agar kecurangan untuk memperpanjang kekuasaan dengan langsung atau tidak langsung itu tidak terjadi, terlebih ini tidak terlepas dari karakter Pak Prabowo yang emosional yang sering mengeluarkan kata-kata kasar seperti ndasmu, kemudian goblok, tolol. Pernyataan yang seharusnya tidak dikeluarkan oleh calon pemimpin,” ucap Hasto.
Di sisi lain, Hasto meminta kader PDIP di Yogyakarta tidak takut dengan tekanan dan penindasan. Hasto mengutip pernyataan Proklamator RI Bung Karno, jangankan sebuah bangsa, cacing pun diinjak-injak akan melakukan perlawanan.
“Nah, kita saat ini arah pemilu sudah bergeser, pemilu sudah diwarnai dengan intimidasi ada kepala desa, ada ketua RT, kepala daerah, anggota legislatif, wartawan bahkan tim dari Najwa Shihab pun diintimidasi melalui medsos. Butet (Kertaredjasa) seorang budayawan,” ujar Hasto.
Hasto menyampaikan PDIP tidak ingin ada kerusuhan dalam Pemilu 2024 nanti. Di sisi lain, PDIP juga menyiapkan Satgas Khusus untuk melakukan mobilisasi mengawal pemilu agar berjalan jujur dan adil. PDIP mengusung tema HUT ke-51 yaitu Satyam Eva Jayate bukan isapan jempol belaka.
“Itu sebenarnya suatu ungkapan politik yang sangat fundamental karena Pak Harto saja jatuh, dengan 32 tahun kekuasaan, dananya luar biasa, dukungan ABRI sangat luar biasa, bahkan dilakukan penculikan untuk membungkam suara-suara kritis tetapi ternyata kekuasaan itu tidak langgeng. Maka kami mengimbau agar suara moral yang makin kuat terdengar untuk pemilu ini betul-betul jurdil, demokratis, tidak ada politisasi bansos,” imbuh dia.