Profil Bakal Calon Kepala Daerah Muara Enim: Pj Bupati, Cucu Pendiri HMI hingga Istri Terpidana Korupsi
Persaingan antar calon kandidat sangat ketat karena memiliki latar berbeda.
Pemilihan kepala daerah Muara Enim, Sumatera Selatan, tahun ini dinilai cukup menyita perhatian publik. Pasalnya, persaingan antar calon kandidat sangat ketat karena memiliki latar berbeda.
- Puan soal Kabar PDIP Usung Anies di Pilkada Jabar: Kita Lihat Sampai Nanti Sore
- Pendaftaran Calon Kepala Daerah Dibuka, Istana Minta Masyarakat Lihat Calon Pemimpin yang Tepat
- Pemilu Semakin Dekat, Pj Gubernur Kaltim Imbau Masyarakat Salurkan Hak Pilih
- Profil dan Karir Mayor Dedi Hasibuan, Prajurit TNI yang Geruduk Polrestabes Medan
Sejumlah tokoh mendeklarasikan diri menjadi bakal calon bupati. Mereka menjajaki partai politik untuk menarik perhatian sehingga diusung dan direkomendasikan maju sebagai peserta pilkada.
Para calon kandidat sudah cukup dikenal masyarakat setempat. Itu menjadi modal bagi mereka menaikkan elektabilitas.
Berikut nama-nama bakal calon Bupati Muara Enim yang berniat maju pada pilkada 2024 yang dirangkum dari berbagai sumber:
Ahmad Rizali
Ahmad Rizali saat ini menjabat Penjabat Bupati Muara Enim. Sebagai bentuk keseriusannya maju pilkada, Rizali belum lama ini mengajukan surat pengunduran diri sebagai Pj Bupati kepada Menteri Dalam Negeri sebagai salah satu syarat pencalonan.
Meski belum ada parpol yang menyatakan dukungan, Rizali percaya diri menggaet Shinta Paramitha, istri mantan Bupati Muara Enim 2009-2019 Muzakir Sai Sohar. Shinta dipilihnya sebagai bakal calon wakil bupati karena elektabilitas cukup diperhitungkan.
Sumarni
Sumarni merupakan istri mantan Bupati Muara Enim Ahmad Yani 2018-2019. Sang suami tersandung kasus korupsi proyek jalan usai tertangkap dalam operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Nama Sumarni menjadi peserta pilkada Muara Enim setelah DPP Partai Demokrat menyerahkan surat tugas kepadanys untuk maju sebagai bacabup Muara Enim. Hingga kini belum diketahui siapa pasangan Sumarni berikut partai koalisi karena Demokrat membutuhkan teman koalisi bersama.
Riswandar
Riswandar merupakan pensiunan aparatur sipil negara yang telah mengabdi selama 28 tahun di Pemkab Muara Enim. Riswandar mulai dikenal banyak kalangan di lingkup ASN sejak menjabat Kasatpol PP Muara Enim.
Riswandar juga pernah menjabat Kepala Dinas Perhubungan Muara Enim, Asisten I Muara Enim, dan Pj Sekda Muara Enim. Riswandar purna bakti dengan jabatan terakhir Asisten Pemkab Muara Enim.
Riswandar mengambil dan mengembalikan formulir penjaringan seleksi kepala daerah di beberapa partai. Sebulan lagi masa pendaftaran di KPU, belum tahu parpol mana saja yang mengusungnya.
Edwin Mauladi
Edwin Mauladi sangat serius maju pilkada Muara Enim dengan melakukan komunikasi politik dengan parpol maupun blusukan ke masyarakat. Edwin Mauladi merupakan sosok teknokrat yang membawa jargon Muara Enim Bersih, akronim akronim dari Beragama, Sejahtera, Indah dan Hebat.
Edwin adalah cucu dari salah seorang pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Dahlan Husein semasa menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia UII Yogjakarta).
Dahlan bersama istrinya Siti Zainah dan 13 orang lainnya mendirikan HMI tepat pada 5 Februari 1947. Saat didirikan, Lafran Pane didapuk sebagai pimpinan HMI dan Dahlan Husein menjabat sebagai sekretaris.
Sebagai anak muda, Edwin Mauladi berkomitmen membangun pemerintahan Muara Enim yang transparan dan bersih dari korupsi. Hal ini akan dilakukannya dengan mengedepankan nilai-nilai agama sebagai landasan moral, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Pengamat politik M Haekal Al-Haffafah mengingatkan peran penting anak muda Muara Enim dalam pilkada mendatang. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari keinginan Gen Z untuk bisa diakomodir dalam kemajuan Muara Enim ke depan apalagi berdasarkan data jumlah penduduk yang dikeluarkan oleh BPS pada 2023, dari total 640 ribu jiwa warga Muara Enim, terdapat sekitar 150-200 ribu jiwa anak muda yang masuk kategori Gen Z.
"Apa yang diinginkan oleh anak muda Muara Enim ini, relevan dengan kondisi saat ini. Kondisi di mana sumber daya alam tidak bisa dikelola secara maksimal dan tidak melibatkan mereka secara langsung," ungkap pengamat politik M Haekal Al-Haffafah, Rabu (17/7).
Sepanjang lima tahun terakhir, kata Haekal, Muara Enim bergonta-ganti pemimpin yang tidak satupun di antaranya putra daerah, disamping jabatan sementara. Oleh sebab itu, indikator putra daerah, bersih dan jujur, serta rekam jejak pemimpin, menjadi indikator penentu.
"Sangat menarik jika melihat pilkada Muara Enim, anak-anak mudanya sudah mulai sadar dan paham politik yang akan menentukan masa depan mereka sendiri," kata Haekal.