Resah Bantul Banyak Sampah, Paslon Ini Bikin Gerakan Sapu-Sapu Gandeng Relawan dan Aktivis
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Bantul Untoro Hariadi dan Wahyudi menggelar Gerakan Sapu-sapu buntut keresahan banyak sampah di Bantul.
Sampah masih menjadi masalah yang belum teratasi di Bantul, DIY. Tumpukan sampah liar terlihat di banyak titik sepanjang jalan Bantul.
Masalah sampah ini menjadi perhatian dari Untoro Hariadi dan Wahyudi. Paslon ini membuat 'Gerakan Sapu-sapu' untuk membersihkan lokasi-lokasi tersebut. Gerakan ini dianggap sebagai solusi konkret untuk mengatasi krisis sampah di Bantul.
- Bawaslu Panggil Suswono Kedua Kalinya Buntut Ucapan ‘Janda Kaya Nikahi Pria Nganggur’
- Penampakan Kampung Mati di Pesisir Bantul yang Ditinggalkan Warga karena Terdampak Abrasi, Dulunya Tempat Wisata
- Temukan Petasan Tiba-Tiba Meledak, 4 Satri Ponpes di Bantul Luka Parah
- Ini Peta Jalur Rawan Kecelakaan dan Bencana di Bantul saat Arus Mudik
Gerakan ini dapat menjadi langkah awal dari sebuah gerakan besar yang melibatkan seluruh masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Untoro-Wahyudi melibatkan relawan Sapu Lidi yang secara sukarela berpartisipasi dalam membersihkan sampah liar di berbagai lokasi.
"Gerakan ini akan menargetkan semua titik penumpukan sampah liar di Bantul. Bersama para aktivis lingkungan dari relawan Sapu Lidi, kami berkomitmen untuk membersihkan Bantul dari tumpukan sampah," ujar Wahyudi pada Senin (7/10/2024) malam.
Untoro dan Wahyudi sangat menyadari dampak serius dari keberadaan lokasi sampah liar ini.
Oleh karena itu, Gerakan Sapu-sapu akan berkeliling setiap hari untuk menargetkan titik-titik pembuangan sampah liar. Selain membersihkan, tim juga akan menyediakan tempat sampah sementara untuk mengurangi pembuangan sembarangan.
Sampah-sampah tersebut kemudian akan diangkut ke pusat pengolahan sampah di Desa Panggungharjo, Sewon.
"Ini adalah langkah langsung untuk mengatasi akar masalah di masyarakat, serta untuk meningkatkan kesadaran dan perubahan perilaku yang lebih baik terkait manajemen sampah," tambah Wahyudi.
Sebagai daerah hulu bagi Sleman dan Kota Yogyakarta, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul mencatat bahwa setelah penutupan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Piyungan, sekitar 90 ton sampah per hari masih belum terkelola.
Upaya Atasi Sampah
Kepala DLH Bantul, Bambang Purwadi, mengungkapkan bahwa untuk menangani sampah ini, Pemkab telah membangun tiga TPST yang terletak di Modalan (Banguntapan), Dingkikan (Sedayu), dan Bawuran (Pleret).
"TPST di Modalan dan Bawuran masing-masing memiliki kapasitas 50 ton per hari, sementara TPST Dingkikan ditargetkan beroperasi pada bulan Oktober dengan kapasitas 20 ton," jelasnya.
Untuk mempercepat realisasi program 'Bantul Bersih Sampah 2025 (Bantul Bersama)', Pemkab juga sedang meningkatkan kapasitas 16 TPST yang dimiliki oleh desa.
Bambang menegaskan bahwa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah sampah dengan berbagai metode bertujuan agar tidak lagi mengganggu warga, sebagai bagian dari komitmen Pemkab Bantul.