SMRC: Partisipasi Pilkada di Perkotaan Lebih Rendah Dibanding Warga Pedesaan
Dari base 46,4 persen responden di perkotaan, yang menyatakan ikut memilih di Pilkada 9 Desember 2020 sebanyak 71 persen. Yang menyatakan tidak memilih sebesar 29 persen. Sementara dengan base 53,6 persen responden di wilayah pedesaan, tingkat partisipasi mencapai 80 persen.
Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mencatat tingkat partisipasi masyarakat di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan warga di pedesaan. Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad menjelaskan, tingkat partisipasi ini diduga berhubungan dengan tingkat kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19.
"Tingkat partisipasi nampak berhubungan dengan kekhawatiran terhadap Covid 19. Semakin khawatir warga tertular Covid 19 semakin rendah partisipasinya," ujar Saidiman dalam rilis survei, Kamis (17/12).
-
Mengapa Pemilu 2019 di sebut Pemilu Serentak? Pemilu Serentak Pertama di Indonesia Dengan adanya pemilu serentak, diharapkan agar proses pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kenapa Pilkada Serentak dianggap penting? Sejak terakhir dilaksanakan tahun 2020, kali ini Pilkada serentak diselenggarakan pada tahun 2024. Dengan begitu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui kapan Pilkada serentak dilaksanakan 2024.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kenapa Pilkada tahun 2020 menarik perhatian? Pilkada 2020 menarik perhatian karena dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Pilkada di tahun tersebut dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan ketat untuk menjaga keselamatan peserta dan pemilih.
Dari base 46,4 persen responden di perkotaan, yang menyatakan ikut memilih di Pilkada 9 Desember 2020 sebanyak 71 persen. Yang menyatakan tidak memilih sebesar 29 persen. Sementara dengan base 53,6 persen responden di wilayah pedesaan, tingkat partisipasi mencapai 80 persen.
Survei SMRC ini digelar selama 9-12 Desember 2020 dengan wawancara telepon. Jumlah sampel diambil sebanyak 1200 secara acak dengan jumlah proporsional menurut provinsi pemilih nasional. Margin of error survei ini sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.
Dari segi tingkat partisipasi secara keseluruhan 76 persen responden ikut memilih pada 9 Desember lalu. 24 persen menyatakan tidak memilih. Alasan paling tinggi justru karena sedang berada di luar kota, diikuti alasan takut tertular atau menulari virus Covid-19.
Selain itu, survei ini juga menunjukan mayoritas masyarakat sebesar 85 persen cukup yakin Pilkada di tengah pandemi ini menghasilkan pemimpin yang baik dan bisa membuat daerah semakin sebaik.
"Ini temuan penting karena salah satu alasan utama masyarakat tetap mendukung pelaksanaan pilkada serentak pada 9 Desember adalah karena mereka berharap akan ada pemimpin yang memperoleh mandat dari rakyat," kata Saidiman.
(mdk/gil)