3 Cara memasak yang mengubah makanan jadi racun!
Kamu pasti sering memasak dengan cara seperti ini
Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, pemilihan bahan makanan yang segar dan kaya nutrisi adalah sebuah keharusan. Tak berhenti sampai di situ saja, cara mengolah suatu makanan juga turut membuat masakan tersebut sehat atau tidak.
Berikut adalah beberapa cara atau metode memasak yang patut kamu waspadai karena bisa mengubah bahan makananmu yang sehat menjadi racun bagi tubuh.
Dibakar
Siapa yang bisa menolak kenikmatan sate? Aromanya sendiri begitu menggugah selera makan begitu kamu memakannya. Dan sate sendiri termasuk menu makanan yang populer di Indonesia.
Namun ternyata, metode memasak dengan cara dibakar menjadi metode memasak yang paling membahayakan. Sebab makanan akan teroksidasi dalam waktu yang sama yang kemudian bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh. Sel kanker sendiri akan bertumbuh subur jika di dalam tubuhmu banyak terjadi peradangan.
Digoreng dengan banyak minyak
Menggoreng dengan banyak minyak atau yang dikenal dengan istilah deep frying adalah metode memasak yang paling umum di Indonesia karena Indonesia sendiri banyak menghasilkan makanan berupa gorengan. Selain makanan jadi banyak mengandung minyak yang bisa meningkatkan lemak jahat dalam tubuh, menggoreng dengan banyak minyak yang juga menggunakan suhu tinggi akan menimbulkan senyawa tertentu yang meningkatkan risiko kanker.
Diungkep
Metode memasak dengan cara diungkep sendiri juga umum ditemukan di beragam masakan Indonesia. Metode ini memang membuat masakan terasa enak. Namun proses ini juga akan menyebabkan pembentukan glutamat di daging serta mengoksidasi lemak. Artinya daging yang kamu makan akan kehilangan nutrisinya dan kamu hanya mengonsumsi lemaknya saja.
well, masakan Indonesia sendiri memang tak bisa hilang dari metode memasak tersebut. Namun kamu sendiri bisa meminimalkan dampak buruk mengonsumsi makanan yang dibakar, digoreng, atau diungkep dengan perbanyak makan sayur. Namun ingat, jangan memasak sayur dengan suhu yang terlalu tinggi sebab bisa merusak vitamin yang terkandung di dalamnya.
Baca juga:
Frozen yogurt, sehat atau malah membahayakan kesehatan?
Ngeri, ini yang terjadi pada tubuh saat makan mie instan!
Hindari mengonsumsi 5 makanan ini saat malam menjelang
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Makanan apa yang baik buat menjaga kesehatan usus? Makanan fermentasi mengandung probiotik, yaitu bakteri baik yang memang dibutuhkan di dalam saluran cerna untuk membantu proses mencerna makanan. Jika ingin menjaga kesehatan pencernaan, jangan lupa juga untuk selalu mengonsumsi makanan tinggi serat. Bukan rahasia lagi kalau jenis makanan yang satu ini sangat penting untuk membantu kelancaran sistem pencernaan manusia.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ingatan menjijikkan? Mengutip Indy100 & Newsweek, Senin (25/3), para peneliti di Macquarie University di Australia dan Karolinska Universitet di Swedia telah mengungkap bahwa sensasi-sensasi sensorik ini memicu rasa jijik yang kuat.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian tentang hubungan antara teh dan sakit kepala dilakukan? Namun, hasil data yang dipublikasikan pada tahun sebelumnya dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi keterkaitan antara konsumsi teh dan risiko migrain pada populasi di Eropa.