7 Fakta tentang depresi akibat jejaring sosial
Faktanya, jejaring sosial bisa memicu depresi, terutama pada remaja!
Bagi masyarakat modern yang kini sudah sangat akrab dengan internet, jejaring sosial tentu bukan hal yang asing lagi. Ada banyak jenis jejaring sosial yang digunakan masyarakat, terutama anak muda untuk menjalin pertemanan atau fungsi lainnya.
Meski awalnya jejaring sosial tidak dimaksudkan untuk digunakan sangat sering, namun faktanya saat ini jejaring sosial hampir menguasai hidup penggunanya, terutama anak muda. Bahkan jejaring sosial tak hanya memberikan manfaat melainkan juga bisa memberikan dampak buruk untuk penggunanya, salah satunya adalah depresi.
Berikut adalah beberapa fakta mengenai depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial, seperti dilansir oleh Mag for Women.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Apa masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sementara itu, diketahui juga bahwa lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
-
Apa yang dimaksud dengan depresi klinis? Depresi klinis (gangguan depresi mayor) adalah jenis depresi yang menyebabkan kemurungan, rasa tertekan, dan hilangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati.
-
Mengapa mental health penting? Kesehatan mental sangat penting karena memengaruhi cara seseorang menangani stres, hubungan interpersonal, dan pengambilan keputusan. Pentingnya kesehatan mental tidak bisa diabaikan karena berdampak langsung pada kualitas hidup seseorang.
-
Bagaimana ciri khas depresi klinis? Depresi klinis ditandai dengan rasa putus asa yang terus-menerus.
-
Siapa yang menjelaskan hubungan antara depresi dan kecemasan? "Depresi sering kali disertai dengan kecemasan dan sebaliknya," terang Gill.
Jejaring sosial memicu emosi berlebihan
Menggunakan jejaring sosial bisa memicu banyak emosi pada penggunanya. Meski jejaring sosial hanya sebatas aktivitas maya, namun dampaknya tentu sangat nyata terhadap emosi penggunanya. Jika emosi yang terus didapatkan oleh pengguna adalah emosi negatif, maka ke depannya akan memicu depresi.
Tak jarang juga jejaring sosial menyebabkan pertengkaran antar pasangan atau teman baik. Dampak jejaring sosial yang begitu besar terhadap pengguna yang sudah terlanjur kecanduan bisa sangat serius hingga mempengaruhi emosi mereka dan bisa menyebabkan depresi.
Depresi akibat rasa iri
Depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial biasanya timbul akibat rasa iri terhadap teman-teman. Rasa iri tersebut karena jejaring sosial bisa membuat seseorang membandingkan diri mereka dengan orang lain dengan sangat mudah. Tanpa sadar seseorang menganggap apa yang ditampakkan oleh jejaring sosial merupakan gambaran dari kehidupan mereka secara keseluruhan.
Hal ini sangat salah, karena tentunya setiap orang di jejaring sosial akan berbagi momen terbaik mereka di kehidupan nyata, begitu juga seperti yang Anda lakukan. Karena itu, ada banyak hal dalam kehidupan mereka yang tersembunyi. Sayangnya citra tersebut bisa membuat seseorang membanding-bandingkan kehidupannya satu sama lain yang nantinya bisa berujung pada depresi.
Bukan masalah mental
Sebenarnya depresi akibat jejaring sosial adalah masalah kesehatan mental yang serius. Namun sayangnya hingga saat ini depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial belum diakui sebagai masalah atau kelainan mental.
Meski depresi akibat jejaring sosial belum diakui dan dicatat sebagai salah satu masalah kelainan mental, namun depresi ini sangat nyata dan bisa terjadi pada siapa saja, terutama generasi muda saat ini yang sangat akrab dengan penggunaan jejaring sosial.
Lebih berbahaya pada remaja
Penelitian mengungkap bahwa dampak jejaring sosial dan internet berbeda-beda pada pria, wanita, orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh kecenderungan seseorang untuk mengalami depresi, sehingga bisa jadi sangat bervariasi pada setiap orang.
Namun penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih mudah terserang depresi akibat jejaring sosial dan internet dibandingkan dengan wanita dewasa dan pria. Sementara wanita lebih mudah terkena depresi ini dibandingkan pria. Meski begitu, tidak dijelaskan apa yang membuat golongan usia tertentu seperti remaja lebih berisiko terkena depresi dibandingkan dengan orang dewasa.
Bergantung penggunaan
Depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial dipengaruhi oleh penggunaan jejaring sosial itu sendiri. Cara seseorang memperlakukan jejaring sosial sebagai bagian dari hidupnya mempengaruhi apakah dia akan mudah mengalami depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial.
Misalkan jika Anda menggunakan jejaring sosial hanya untuk berkomunikasi dengan teman, atau untuk memantau kehidupan seseorang, atau untuk bersenang-senang saja. Semakin serius seseorang memperlakukan jejaring sosial, maka semakin serius juga dampaknya terhadap emosi orang tersebut. Menganggap jejaring sosial sebagai hal yang terlalu penting bisa membuat seseorang rentan terkena depresi akibat jejaring sosial.
Depresi disebabkan kepura-puraan
Alasan lain mengapa jejaring sosial bisa menyebabkan depresi adalah karena banyak orang yang hanya pura-pura bahagia ketika menciptakan identitas dan citra diri mereka di dunia maya. Sangat jarang orang yang benar-benar menunjukkan hidup mereka apa adanya di jejaring sosial.
Hal semacam ini juga bisa menyebabkan depresi terhadap orang lain karena menganggap kehidupannya tak sebaik Anda. Tanpa sadar, kepura-puraan yang ada di jejaring sosial menyebabkan banyak orang menjadi depresi karena saling membandingkan kehidupan satu sama lain.
Jangan bandingkan diri dengan orang lain
Salah satu hal yang disarankan oleh para ahli adalah penggunaan jejaring sosial secara wajar. Jangan menjadikan jejaring sosial sebagai hidup Anda, karena kehidupan Anda sesungguhnya bukan di dunia maya dan tidak tercermin dari apa yang Anda perlihatkan di jejaring sosial. Selain itu, para ahli juga menyarankan untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain karena inilah pemicu depresi yang paling besar.
Komunikasi secara langsung lebih penting daripada hanya mengandalkan jejaring sosial. Jangan jadikan komunikasi lewat jejaring sosial sebagai kebutuhan pribadi Anda. Bagi para pengguna jejaring sosial, depresi akibat jejaring sosial tampaknya hal yang remeh. Namun Anda tak pernah tahu kapan depresi tersebut bisa benar-benar mempengaruhi kesehatan mental dan bahkan memicu banyak orang untuk melakukan tindakan fatal hanya karena dampak dari jejaring sosial.