Billie Eilish Kecanduan Pornografi, Ini Bahaya dan Dampak yang Mengintai

“Saya pikir pornografi adalah aib. Saya dulu sering menonton film porno, jujur saja. Saya mulai menonton film porno ketika saya berusia 11 tahun,” ujarnya.

Billie Eilish mengatakan bahwa kecanduan pornografi telah merusak otaknya dan membuatnya merasa hancur.

Seperti dikutip dari The Guardian dalam sebuah wawancara, wanita kelahiran 18 Desember 2001 ini kerap mimpi buruk dn membuat hubuangannya menjadi kacau saat mulai berkencan.

Pemilik tembang Happier Than Ever ini merasa frustasi dan marah dengan dirinya sendiri karena berpikiran tidak apa-apa menonton banyak film porno. Hingga akhirnya kini banyak sisi kehidupannya yang terganggu karena kecanduan film dewasa.

Apa yang dirasakan pemilik nama asli Billie Eilish Pirate Baird O'Connell ini sesuai denga hasil penelitian yang dipublikasikan JAMA Psychiatry tahun 2014, bahwa terlalu sering terpapar pornografi bisa menumpulkan respon terhadap rangsangan seksual dari waktu ke waktu.

Tak hanya itu, tidak hanya Billie Eilish, beberapa orang juga akan mengalami depresi jika mendapatkan suatu masalah meskipun itu hanya masalah yang sepele.

Sebuah studi lain mengungkap bahwa kecanduan pornografi sama persis dengan orang yang kecanduan narkoba. Karena saat menonton film dewasa terjadi peningkatan dopamin, salah satu senyawa neurotransmitter (pembawa sinyal di otak) yang memiliki peran penting dalam kontrol motorik, motivasi, gairah, kekuatan, serta fungsi yang lebih sederhana termasuk laktasi, gairah seksual, dan rasa mual.

Meningkatnya dopamin akan membuat suasana hati bahagia.

Tapi, bila video tersebut terlalu sering ditonton maka sensitivitas otak terhadap rangsangan seksual akan menurun.

Terlebih pemilik dua album ini terpapar pornografi sejak usia 11 tahun, sehingga dampak yang dirasakan cukup besar. Seperti dikutip dari laman sardjito.co.id, akibat yang disebabkan candu pornografi sangat membahayakan tidak hanya bagi orang yang bersangkutan tapi juga bagi orang disekitarnya.

Berikut beberapa hal yang terjadi akibat kecanduan video porno.

1. Mengubah sikap dan persepsi tentang seksualitas bahwa wanita dan anak-anak hanya merupakan obyek seks saja
2. Meningkatkan eksplorasi seks remaja sehingga dapat terjadi perilaku seks bebas dan perilaku seksual beresiko
3. Mudah berbohong
4. Menurunkan harga diri dan konsep diri
5. Depresi dan ansietas
6. Pendidikan terganggu
7. Terjadi penyimpangan seksual

Pada penelitian lain menyebutkan jika menonton video porno yang moderat sekalipun bisa menyusutkan fungsi kognitif yang terkait dengan kemampuan manusia untuk fokus.

Penikmat konten pornografi juga dapat terkena brain fog (kabut otak) atau kesulitan berpikir jernih. Hal tersebut umumnya ditandai dengan kebiasaan yang mudah lupa dan sulit konsentrasi.

Selain itu, orang yang kecanduan pornografi juga menjadi kurang peka terhadap seks yang nyata dengan pasangan mereka dan membutuhkan lebih banyak rangsangan untuk mencapai orgasme.

Seperti dikutip dari Liputan6.com, ini tanda-tanda orang yang menunjukkan kecanduan video porno:

Untuk bisa menghilangkan kecanduan pornografi sangat sulit, sehingga carilah bantuan yang bisa membantu mengatasi masalah yang terjadi. Berikut tips yang bisa dilakukan untuk berhenti menonton segala sesuatu terkait pornografi.

1. Pahami alasan ingin berhenti

Ada banyak alasan yang bisa membuat berhenti untuk mengonsumsi konten porno. Misalnya saja alasan agama atau etika.

Selain itu, bisa saja akibat terlalu banyak terpapar video porno bisa menyebabkan keretakan antara Anda dan pasangan, sehingga perlu dengan segera untuk menghentikan kebiasaan ini.

2. Singkirkan pornografi

Hilangkan semua hal yang berbau pornografi disekitar Anda. Bukti fisik seperti majalah porno vintage, termasuk juga konten digital porno yang ada di handphone Anda. Jika konten porno muncul di sekitar Anda terlebih di handphone, televisi dan perangkat lain, Anda harus memasang filter yang bisa memblokir konten dan situs porno.

3. Bergabung dengan komunitas

Bergabung dengan komunitas yang mendukung akan meringankan beban karena Anda tidak sendirian. Hal ini akan memudahkan perjalanan pemuihan Anda dari kebiasaan hingga kecanduan yang mengganggu.

Biasanya grup atau komunitas ini menyediakan zona aman, anonim dan bebas penilaian bagi Anda untuk berbagi perjuangan terkait pornografi dan mendengar daru sisi orang lain yang sedang mengalami hal serupa.

4. Jangan menyalahkan diri sendiri jika kembali menonton

Berhenti dari kebiasaan atau memulihkan diri dari kecanduan terutama dari konten porno tentu tidak akan mudah dan menjadi perjalanan yang panjang. Bisa jadi ada masa dalam perjalanan Anda akan menemukan diri kembali ke kebiasaan lama.

Kapan pun hal itu terjadi, jangan membuang waktu dengan menyalahkan diri sendiri. Lakukan riset, coba lebih banyak mekanisme dan kembalilah berusaha.

5. Ganti menonton porno dengan kebiasaan sehat

Cara yang bisa diandalkan untuk menghilangkan kebiasaan buruk adalah dengan menggantinya dengan kebiasaan baik setiap kali mulai merasakan dorongan untuk melakukan kebiasaan menonton film porno.

Kebiasaan baik yang bisa dilakukan misalnya dengan berolahraga, baik itu berlari, jalan sambil menikmati pemandangan atau membuka video olahraga sehingga otak bisa mendapatkan pengalihan yang baik, bonus juga badan menjadi lebih sehat.

6. Mempertimbangkan perawatan untuk kecanduan porno

Jika perjalanan menghadapi kecanduan porno sangat menyiksa dan Anda tidak mampu menghadapinya bisa memiliki opsi untuk melakukan pengobatan dengan terapis.

Biasanya yang jenis pengobatan yang dilakukan adalah kombinasi psikoterapi dan dalam beberapa pengobatan. Terapi perilaku-kognitif (CBT) adalah pendekatan yang umum digunakan dengan orang-orang yang hidup dengan kecanduan. CBT bertujuan untuk membantu Anda mengenali dan mengubah pikiran dan perilaku negatif.

Terapi penerimaan dan komitmen (ACT) merupakan bentuk psikoterapi populer lainnya yang biasanya digunakan dalam perawatan kecanduan.

ACT berfokus untuk membantu mengidentifikasi dan menerima dorongan yang terkait dengan menonton film porno dan menggunakan intervensi berbasis nilai untuk mengelola dorongan dan gejala.