Depresi Pasca Melahirkan Bisa Terjadi Akibat Penurunan Hormon
Munculnya depresi pasca melahirkan atau post partum blues pada ibu bisa disebabkan karena hormon setelah melahirkan.
Munculnya depresi pasca melahirkan atau post partum blues pada ibu bisa disebabkan karena hormon setelah melahirkan.
-
Apa saja gejala khas depresi pasca melahirkan? Depresi pasca melahirkan memiliki gejala khas, seperti hilangnya minat pada aktivitas rutin, gangguan tidur, perubahan gerakan, perasaan lesu yang berkelanjutan, hingga pikiran untuk mengakhiri hidup yang berulang kali muncul.
-
Kenapa depresi pasca melahirkan bisa muncul? Penyebab pasti dari depresi pasca melahirkan masih belum diketahui. Namun, kemungkinan penyebabnya meliputi:1. GenGen adalah bagian sel tubuh yang menyimpan instruksi tentang cara tubuh Anda tumbuh dan bekerja. Gen diturunkan dari orang tua ke anak. Depresi lebih sering terjadi pada orang yang anggota keluarganya mengalami depresi. Ini disebut riwayat depresi keluarga. 2. Berubahnya kadar hormon setelah kehamilanHormon adalah bahan kimia dalam tubuh. Beberapa membantu mengendalikan emosi dan suasana hati. Selama kehamilan, tubuh memiliki kadar hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi. Namun dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, hormon-hormon tersebut dengan cepat kembali ke tingkat normal. Penurunan kadar hormon yang cepat ini dapat menyebabkan depresi. 3. Rendahnya kadar hormon tiroidTiroid adalah kelenjar di leher yang membantu tubuh menggunakan dan menyimpan energi dari makanan.Selain perubahan kimiawi, perubahan sosial dan psikologis yang terkait dengan kelahiran bayi juga meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan. Contoh perubahan ini termasuk perubahan fisik pada tubuh, kurang tidur, kekhawatiran tentang pengasuhan anak, atau perubahan dalam hubungan.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Bagaimana cara mengatasi depresi pasca melahirkan? Depresi pasca melahirkan diatasi secara berbeda tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gejala. Pilihan pengobatan yang ada di antaranya termasuk obat anticemas atau antidepresan, psikoterapi (terapi bicara atau terapi perilaku kognitif) dan partisipasi kelompok dukungan.Perawatan untuk psikosis pasca melahirkan juga termasuk pengobatan untuk mengatasi depresi, kecemasan, dan psikosis. Anda juga mungkin dirawat di pusat perawatan selama beberapa hari sampai kondisi lebih stabil. Jika Anda tidak merespons pengobatan ini, terapi elektrokonvulsif (ECT) bisa dilakukan dan efektif.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
Depresi Pasca Melahirkan Bisa Terjadi Akibat Penurunan Hormon
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), dr. Cepi Teguh Pramayadi, mengungkapkan bahwa penurunan hormon setelah melahirkan bisa memengaruhi psikologis seorang ibu hingga menyebabkan depresi pasca persalinan yang dikenal sebagai postpartum blues.
"Rupanya memang pengaruh adanya penurunan hormon progesteron menyebabkan beberapa wanita akan mengalami postpartum blues," ujar Cepi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Menurut penjelasan Cepi, setelah melahirkan, hormon-hormon yang meningkat selama masa kehamilan, seperti hormon progesteron, estrogen, dan beta Human Chorionic Gonadotropin (HCG), mengalami penurunan drastis. Perubahan hormon-hormon ini bisa memengaruhi suasana hati atau mood swing pada ibu pasca melahirkan yang akhirnya menyebabkan terjadinya depresi.
"Rupanya memang pengaruh adanya penurunan hormon progesteron menyebabkan beberapa wanita akan mengalami postpartum blues," ujar Cepi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
"Pasca melahirkan berlangsung antara enam sampai delapan minggu, jadi bisa selesai sampai masa nifas, normalnya seperti itu apakah berlanjut apa enggak tergantung dari individu tersebut," tambahnya.
Dokter yang tengah melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas Indonesia ini juga menekankan pentingnya dukungan dari suami dan keluarga terdekat bagi ibu yang baru melahirkan. Dukungan ini dianggap vital agar proses mengasuh bayi hingga menyusui tidak menjadi sebuah beban berat bagi ibu.
Selain itu, Cepi menyarankan agar ibu yang baru melahirkan tetap mengonsumsi vitamin yang diperlukan selama menyusui untuk menjaga nutrisi tubuh tetap terjaga dan membantu menjaga kekuatan sistem imun.
Di samping penurunan hormon progesteron dan estrogen, penurunan hormon beta HCG setelah melahirkan ternyata dapat meningkatkan hormon lain seperti hormon prolaktin yang membantu produksi ASI dan berperan sebagai "kontrasepsi" alami yang mencegah kehamilan.
Cepi juga menyoroti hormon oksitosin yang tinggi pasca persalinan yang berperan penting dalam proses pelepasan ari-ari, mencegah pendarahan berlebihan, dan membantu rahim untuk kembali pada ukuran semula hingga masa nifas selesai.
"Prolaktin yang tinggi akan menekan sel telur yang baru supaya tidak subur, sehingga ASI eksklusif dianggap sebagai kontrasepsi paling murah," tambahnya.
Lebih lanjut, Cepi menyarankan untuk segera mencari terapi atau berkonsultasi dengan profesional medis jika depresi pasca melahirkan cukup mengganggu keseharian seorang ibu. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, depresi pasca melahirkan dapat diatasi secara efektif.