Diagnosis yang Tepat Bisa Membantu Deteksi Dini Migrain untuk Temukan Penanganan yang Tepat
Deteksi dini terjadinya migrain bisa dilakukan dengan diagnosis yang tepat. Hal ini penting untuk menjaga peluang kesembuhan pasie.
Deteksi dini terjadinya migrain bisa dilakukan dengan diagnosis yang tepat. Hal ini penting untuk menjaga peluang kesembuhan pasie.
-
Bagaimana cara mencegah migrain? Anda tidak bisa mencegah migrain. Namun Anda dapat mengonsumsi obat pencegah migrain seperti yang diarahkan oleh penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi seberapa sering dan seberapa parah gejala migrain memengaruhi Anda. Anda juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang pemicu migrain dan mencoba untuk menghindarinya.
-
Kapan Migrain Sering Menyerang? Faktanya, migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun.
-
Apa itu Migrain? Migrain merupakan kondisi neurologis yang kompleks dan merupakan kelainan paling umum ketiga di dunia, dengan perkiraan prevalensi global sebesar 14,7 persen.
-
Apa yang bisa dilakukan untuk meredakan migrain tanpa obat? Jika mengalami kondisi yang satu ini, ada beberapa pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk membantu meredakannya tanpa obat. Apa saja? Langkah pertama yang bisa dilakukan saat gejala migrain muncul adalah perbanyak minum air putih.
-
Siapa Saja Yang Sering Mengalami Migrain? Lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Diagnosis yang Tepat Bisa Membantu Deteksi Dini Migrain untuk Temukan Penanganan yang Tepat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa diagnosis yang tepat adalah kunci penting untuk menekan risiko penyakit migrain yang sering dialami oleh masyarakat.
"Migrain menyebabkan banyak angka ketidakhadiran pekerja karena alasan diagnosis yang tidak tepat. Dengan memahami migrain, mereka yang mempunyai gejala migrain segera melaksanakan deteksi dini," ujar Plh. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr. Theresia Sandra Dian Ratih, MHA, dalam diskusi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Dr. Theresia menekankan pentingnya promosi edukatif bagi masyarakat agar lebih memahami migrain sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu.
Ada beberapa kategori umum terkait diagnosis migrain, yakni underdiagnosis (pasien dengan keluhan migrain tetapi tidak terdiagnosis pada kunjungan pertama), undertreatment (kurangnya sosialisasi tentang penanganan migrain yang benar dan rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan), serta overtreatment (penanganan migrain yang berlebihan).
Migrain bukanlah sakit kepala biasa atau nyeri kepala seperti vertigo. Pemicu migrain bisa sangat beragam, mulai dari perubahan hormonal, stres, konsumsi makanan tertentu (seperti keju, alkohol, kafein), pola makan dan istirahat yang tidak teratur, bau menyengat, cahaya terang, hingga konsumsi obat yang berlebihan.
Oleh karena itu, Dr. Theresia mengimbau masyarakat yang mengalami keluhan nyeri kepala yang mengarah pada migrain untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan di lingkungan mereka.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan tata laksana layanan primer terkait migrain agar dapat ditangani lebih lanjut secara tuntas. "Pencegahan dilakukan dengan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Kemudian juga menghindari faktor pencetus tadi dan edukasi petugas kesehatan," ujarnya.
Data menunjukkan bahwa kasus baru migrain meningkat sebanyak 40 persen, dari 62,6 juta pada tahun 1990 menjadi 87 juta pada tahun 2019. Negara-negara seperti India, China, Amerika, dan Indonesia memiliki jumlah penderita migrain tertinggi, menyumbang 43 persen insiden global.
Dr. Theresia menyoroti bahwa perempuan lebih sering mengalami migrain dibandingkan laki-laki, terutama di usia 30 hingga 39 tahun, yang merupakan usia produktif. "Berarti di usia produktif ini jangan sampai produktivitas menurun karena ketidakhadiran dalam pekerjaan," katanya.
Migrain dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk mual, muntah, serta sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala awal migrain dan mencari penanganan yang tepat.
Diagnosis yang tepat bukan hanya tentang mengetahui bahwa seseorang mengalami migrain, tetapi juga memahami pemicu spesifik yang menyebabkan migrain pada individu tersebut.
Setiap orang mungkin memiliki pemicu yang berbeda, sehingga pendekatan penanganan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Misalnya, jika stres merupakan pemicu utama migrain, maka teknik relaksasi dan manajemen stres mungkin sangat membantu.
Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dan teratur, menghindari makanan dan minuman yang dapat memicu migrain, serta memastikan cukup istirahat dan tidur yang berkualitas juga sangat penting. Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan deteksi dini melalui skrining kesehatan juga sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga dengan migrain.