Hormon ini bikin pria suka makanan pedas
Hormon testosteron diketahui bisa mempengaruhi pria untuk lebih suka pada makanan pedas.
Tampaknya ada kaitan antara tingkat testosteron pada pria dengan kegemarannya akan makanan pedas. Setidaknya itu yang terungkap dalam penelitian dari University of Grenoble, Prancis. Peneliti menemukan adanya kaitan antara tingkat testosteron yang lebih tinggi dengan keinginan untuk makan makanan pedas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 114 pria ini, peneliti menemukan bahwa pria yang memiliki testosteron tinggi cenderung lebih menyukai makanan pedas. Hal ini tampak jelas ketika peneliti menemukan kaitan antara penggunaan saus pedas dengan tingkat testosteron pada air liur partisipan.
Menurut peneliti Laurent Begue, hal ini sebenarnya masuk akal. Testosteron yang tinggi seringkali dikaitkan dengan perilaku yang berisiko pada pria. Dalam hal ini, pria dengan testosteron tinggi lebih suka mengambil risiko mengonsumsi makanan pedas dalam hal makanan.
"Namun juga memungkinkan sebaliknya, yaitu konsumsi makanan pedas yang sering bisa meningkatkan testosteron pada pria," ungkapnya, seperti dilansir oleh Daily Health Post (22/12).
Hal ini telah dibuktikan pada percobaan terhadap tikus, namun belum pernah pada manusia. Penelitian tahun 2013 mengungkap bahwa tikus yang banyak diberikan makanan pedas memiliki tingkat testosteron yang tinggi. Namun yang ditemukan peneliti saat ini adalah sebaliknya. Bahwa pria yang menyukai makanan pedas biasanya memiliki tingkat testosteron tinggi.
Pada penelitian tahun 2013 diketahui bahwa pria yang lebih suka warna merah dan makanan pedas biasanya memiliki tingkat testosteron yang tinggi dibandingkan pria yang tak suka makanan pedas.
Capsaicin yang ditemukan dalam air liur pria penyuka pedas dan bertestosteron tinggi diketahui bisa mencegah kanker prostat dan mencegah penyakit sendi. Meski begitu belum pasti apakah testosteron tinggi dengan kesukaan pada makanan pedas hanya berkaitan satu arah atau saling mempengaruhi pada pria.
Baca juga:
Pemakaian sunblock bikin pria mandul?
Tingkatkan peluang untuk hamil dengan makan kacang brasil
Seks bebas mampu tingkatkan risiko kanker prostat pada pria
Bulan purnama bikin wanita lebih subur?
Minum alkohol dan makan daging bikin pria lebih subur?
-
Kenapa menjaga kesehatan alat reproduksi wanita itu penting? Penting untuk memahami bahwa alat reproduksi wanita bukan hanya tentang fungsi biologis, tetapi juga memainkan peran penting dalam identitas dan kesejahteraan psikologis perempuan.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita? Menjaga kesehatan organ reproduksi wanita dengan baik dan aman merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan dan kualitas hidup.
-
Mengapa penting untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi? Menjaga kesehatan sistem reproduksi sangat penting untuk kehidupan seks yang memuaskan dan aman. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk membuat keputusan yang tepat tentang kapan dan bagaimana Anda serta pasangan ingin bereproduksi atau memiliki bayi. Sehingga, mengatasi masalah kesehatan reproduksi membantu memastikan Anda memiliki akses terhadap pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual, metode pengendalian kelahiran (metode kontrasepsi yang aman, efektif, dan terjangkau), pengelolaan masalah kesuburan, dan informasi yang akurat dan otentik terkait kesehatan reproduksi.
-
Siapa saja yang terlibat dalam upaya mencegah pernikahan dini dan meningkatkan kesadaran remaja tentang kesehatan reproduksi? Upaya pencegahan pernikahan dini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.