Imun Tubuh yang Kuat Jadi Kunci untuk Cegah Tertular Tuberkulosis
Pencegahan penularan TB bisa dimulai dari menjaga imun tubuh agar tetap kuat.
Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman serius di Indonesia, dengan angka penyebaran yang tinggi di berbagai wilayah. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dapat menyerang siapa saja, terutama mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan memperkuat sistem imun menjadi langkah utama dalam mencegah penularan dan reaktivasi TB laten menjadi TB aktif.
Dr. Raden Rara Diah Handayani, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari RSPI Bintaro, menegaskan bahwa kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam menghadapi TB. “Pemberian obat-obatan untuk meningkatkan imun tubuh harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, karena kondisi pasien sangat mempengaruhi pengobatan,” ujar Dr. Raden dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara menularnya penyakit tuberkulosis? Penularan penyakit ini pun bisa menyebar melalui udara.
-
Gejala apa saja yang biasanya dialami penderita TB paru? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita TB paru, biasanya mereka akan: • batuk berdahak • batuk darah • mengalami demam yang konsisten, termasuk demam ringan • mengalami keringat malam • mengalami nyeri dada • mengalami penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
-
Apa yang diluncurkan oleh BPJS Kesehatan dan Kemenkes untuk mengatasi masalah pengobatan Tuberkulosis? Dalam acara ini diluncurkan Inovasi Pembiayaan Kesehatan Strategis Tuberkulosis melalui metode pendanaan JKN.
-
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena TB paru? Orang yang berisiko tinggi terkena TBC paru ada pada mereka yang melakukan kontak dekat dengan penderita TBC. Seperti berada di sekitar keluarga atau teman yang menderita TBC atau bekerja di tempat-tempat seperti berikut ini: • fasilitas pemasyarakatan • rumah jompo • rumah sakit • shelter
-
Bagaimana program pembiayaan Tuberkulosis ini diharapkan bisa meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan? "Peluncuran inovasi pembiayaan program TB diharapkan masalah dapat diatasi. Memotivasi FKTP untuk mendiagnosis dan mengobati pasien TB secara efektif, sehingga meningkatkan akses dan kualitas layanan. Selain itu, inovasi ini berpotensi membuat pembiayaan kesehatan lebih berkelanjutan dan efisien dengan menekan angka rujukan ke rumah sakit," ujar Ghufron.
-
Bagaimana cara mencegah kanker paru-paru? Kanker paru-paru dapat menyerang siapa saja, baik perokok maupun bukan perokok. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker paru-paru sejak dini, yaitu: Tidak merokok atau berhenti merokok.
Menurutnya, individu dengan imunitas yang rendah, seperti anak-anak di bawah usia lima tahun, lebih rentan terkena TB berat. Sebaliknya, orang dengan sistem imun yang kuat memiliki peluang lebih besar untuk mencegah perkembangan TB laten menjadi TB aktif. Hal ini menjadi semakin penting, mengingat penelitian menunjukkan bahwa 30-50 persen orang yang tinggal serumah dengan pasien TB telah terinfeksi TB laten. Dari jumlah tersebut, sekitar 10-15 persen dapat berkembang menjadi TB aktif, terutama pada mereka yang mengalami penurunan imunitas akibat HIV, diabetes melitus, gizi buruk, atau kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol.
Langkah Pencegahan melalui Imunitas dan Terapi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan Terapi Pencegahan TB (TPT) bagi individu yang kontak erat dengan pasien TB. Terapi ini menggunakan kombinasi obat-obatan seperti rifampentin dan isoniazid selama tiga bulan (3HP), atau isoniazid selama enam bulan (INH 6 bulan). Tujuannya adalah mencegah TB laten berkembang menjadi TB aktif.
Namun, terapi pencegahan saja tidak cukup. Dr. Raden menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat untuk mendukung sistem imun tubuh.
"Selain terapi pencegahan dan vaksinasi, menjaga kesehatan tubuh secara aktif sangat penting. Hal ini mencakup pemenuhan gizi yang baik, menghentikan kebiasaan merokok, istirahat yang cukup, mengontrol penyakit komorbid seperti diabetes melitus (DM) dan HIV dengan pengobatan yang tepat, serta rutin berolahraga,” tambahnya.
Bagi pasien yang telah terdiagnosis TB aktif, pengobatan dilakukan melalui dua tahap selama enam bulan. Tahap intensif berlangsung selama dua bulan menggunakan kombinasi obat rifampisin, isoniazid, etambutol, dan pirazinamid (RHZE). Tahap ini dilanjutkan dengan tahap lanjutan selama empat bulan menggunakan rifampisin dan isoniazid (RH). Keberhasilan pengobatan tidak hanya bergantung pada obat, tetapi juga pada dukungan nutrisi yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh pasien selama proses penyembuhan.
Peran Imunomodulator dalam Penanganan TB
Dalam beberapa tahun terakhir, imunomodulator berbahan alami menjadi salah satu pendekatan tambahan dalam mendukung pengobatan TB. Prof. Raymond Tjandrawinata, farmakolog molekuler, memaparkan hasil uji klinis tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri) sebagai imunomodulator pada pasien TB paru. Hasil uji ini menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan, termasuk konversi sputum BTA dan perbaikan radiologis berdasarkan foto toraks.
Pendekatan komprehensif yang mencakup terapi obat, pencegahan, gaya hidup sehat, dan dukungan imunomodulator memberikan harapan baru dalam mengatasi penyebaran TB. Selain menekan angka penularan, strategi ini juga dapat membantu pasien TB untuk pulih lebih cepat dan mencegah komplikasi.
Pentingnya Kesadaran Masyarakat
Masyarakat perlu memahami bahwa TB bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah kesehatan publik. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebersihan diri, pola hidup sehat, serta mendukung individu yang sedang menjalani pengobatan TB. Dengan menjaga imun tubuh, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar kita dari risiko tertular TB.
Langkah sederhana seperti memenuhi asupan gizi yang seimbang, menghindari kebiasaan buruk seperti merokok, dan berolahraga secara rutin dapat menjadi investasi besar dalam mencegah TB. Selain itu, bagi individu yang kontak erat dengan pasien TB, mengikuti terapi pencegahan yang direkomendasikan dokter adalah upaya penting untuk memutus rantai penularan.