Kebiasaan Makan Anak saat Balita Dipengaruhi oleh Genetik dan Bisa Bertahan hingga Usia Remaja
Penelitian temukan bahwa kebiasaan makan yang dimiliki balita ternyata dipengaruhi genetik dan biasanya tetap terjadi hingga usia remaja.
Pernah merasa frustrasi dengan kebiasaan makan anak balita yang terlalu pemilih? Mungkin Anda sering kali bertanya-tanya apakah ini disebabkan oleh pola asuh Anda. Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kebiasaan makan anak yang rewel lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, bukan sepenuhnya karena pola asuh. Bahkan, kebiasaan ini dapat bertahan hingga masa remaja awal.
Rewel saat makan atau food fussiness, mengacu pada kebiasaan makan yang terbatas pada jenis makanan tertentu, sering kali disebabkan oleh penolakan terhadap tekstur, rasa, atau bahkan ketidakmauan untuk mencoba makanan baru. Ini menjadi tantangan besar bagi para orang tua, karena kesulitan memperkenalkan makanan baru dapat memicu kekhawatiran apakah anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
-
Bagaimana cara menjaga gizi anak agar tetap baik? Menjaga Pola Makan Harian Pastikan anak selalu makan tepat waktu dan mengonsumsi beragam jenis makanan. Makanan seimbang memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Memberikan aneka jenis makanan yang beragam setiap harinya merupakan cara untuk melengkapi seluruh kebutuhan nutrisi anak.
-
Bagaimana cara membuat anak terbiasa dengan makanan sehat? Dengan berbagai variasi rasa dan tekstur di piring serta melibatkan anak-anak dalam proses perencanaan dan persiapan makanan, Anda bisa menumbuhkan rasa antusiasme terhadap makanan sehat sejak usia dini.
-
Bagaimana cara memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup? c. Perhatikan Pola Makan Anak Tahukah para orang tua, stunti bisa dipengaruhi oleh masalah pola makan anak. Oleh karena itu, pastikan para orang tua memberikan si kecil makan dengan cara yang tepat. Dengan begitu, anak-anak pun mampu memiliki perilaku atau kebiasaan makan yang baik. Sehingga nantinya kebutuhan asupan nutrisi harian anak dapat terpenuhi dengan baik.
-
Mengapa penting untuk memberikan nutrisi tepat bagi anak? Untuk mendukung masa tumbuh kembangnya, dan sekaligus meningkatkan kepintaran si kecil, ibu wajib pula memberikan dia berbagai nutrisi yang tepat.
-
Apa saja gejala keracunan makanan pada anak? Gejala keracunan makanan pada anak yang pertama adalah mual dan muntah lebih dari 3 hari. Anak yang mengalami keracunan makanan seringkali akan merasa mual dan muntah. Ini bisa terjadi beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan mengandung racun.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan rambut anak selain dengan makanan? Kebiasaan ini mungkin terbilang sederhana namun dapat merusak rambut anak. Berikut adalah beberapa kebiasaan yang perlu dihindari: 1. Sering KeramasKeramas memang penting untuk menjaga kebersihan rambut, namun jika terlalu sering, kebiasaan ini justru bisa merusak rambut serta menyebabkan kulit kepala gatal dan kering. Terlalu sering keramas juga bisa menghilangkan pelembap alami rambut. 2. Jarang KeramasSebaliknya, jarang keramas juga dapat merusak rambut. Jika tidak keramas secara teratur, kulit kepala dapat menjadi berminyak, yang dapat menyebabkan ketombe dan membuat rambut lebih lengket. 3. Mengeringkan Rambut dengan Pengering RambutMengeringkan rambut dengan pengering rambut atau mencatok rambut bisa memicu kebotakan dini. Penggunaan alat-alat ini dapat membuat rambut semakin rontok dan rapuh. Sebaiknya, keringkan rambut dengan bantuan kipas atau angin alami. 4. Menyisir Rambut Saat BasahMenyisir atau menata rambut saat basah bisa merusak rambut. Pada saat basah, rambut cenderung meregang, dan jika disisir, kutikula rambut dapat rusak. Oleh karena itu, sebaiknya sisir rambut setelah rambut kering. 5. Tidur dengan Rambut BasahTidur dengan rambut yang masih basah dapat menyebabkan rambut rapuh dan mudah kering. Rambut basah terlalu lama dapat menyebabkan hygral fatigue, yaitu rambut kehilangan lapisan terluar akibat batang rambut terlalu lembap. Efeknya, rambut pun rapuh dan mudah kering. 6. Tidur dengan HairsprayMembiarkan hairspray semalaman juga merusak rambut. Hairspray dapat mengeringkan batang rambut dan menggumpal di kulit kepala, menyebabkan gatal, ketombe, hingga rambut rontok. Sebaiknya, membersihkan hairspray segera setelah penataan rambut. 7. Mengikat Rambut Saat TidurMengikat rambut saat tidur juga dapat merusak rambut. Mengikat rambut terlalu ketat dapat menyebabkan rambut patah atau rontok, serta membuat kulit kepala gatal.
Dilansir dari Medical Daily, Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Child Psychology & Psychiatry melibatkan 4.804 pasang anak kembar yang lahir di Inggris dan Wales pada tahun 2007. Anak-anak ini diikuti sejak usia 16 bulan hingga 13 tahun untuk memantau perkembangan kebiasaan makan mereka. Hasilnya, kebiasaan makan rewel pada anak ternyata sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, dan kebiasaan ini bisa bertahan bahkan hingga anak memasuki usia remaja awal.
Penelitian tersebut menemukan bahwa tingkat rata-rata rewel saat makan pada anak tetap relatif stabil seiring waktu, dengan puncaknya terjadi sekitar usia tujuh tahun. Setelah itu, perilaku pemilih makanan mulai sedikit berkurang. Namun, yang mengejutkan adalah peran besar faktor genetik dalam kebiasaan makan anak-anak ini.
“Mereka menyimpulkan bahwa perbedaan genetik dalam populasi menyumbang 60% dari variasi dalam kerewelan makanan pada usia 16 bulan, dan meningkat menjadi lebih dari 74% antara usia tiga hingga 13 tahun,” ungkap rilis berita mengenai hasil penelitian tersebut.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan bersama, seperti jenis makanan yang tersedia di rumah, hanya berperan penting selama masa balita. Namun, seiring bertambahnya usia anak, pengalaman unik seperti memiliki teman dengan kebiasaan makan yang berbeda mulai berperan lebih besar dalam membentuk pola makan mereka.
Dr. Zeynep Nas, penulis utama studi ini, menyoroti betapa umumnya perilaku rewel ini di kalangan anak-anak dan betapa seringnya hal ini menjadi sumber kecemasan bagi orang tua dan pengasuh.
"rewel saat makan adalah hal yang umum di kalangan anak-anak dan bisa menjadi sumber kecemasan besar bagi orang tua dan pengasuh, yang sering kali menyalahkan diri sendiri atas perilaku ini atau disalahkan oleh orang lain. Kami berharap temuan kami bahwa rewel saat makan sebagian besar bersifat bawaan dapat membantu mengurangi rasa bersalah pada orang tua. Perilaku ini bukanlah hasil dari pengasuhan. Studi kami juga menunjukkan bahwa rewel saat makan tidak selalu hanya 'fase', tetapi mungkin mengikuti jalur yang persisten,” kata Dr. Nas.
Meskipun faktor genetik memainkan peran besar dalam kebiasaan makan rewel, peneliti juga menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung. Hal ini berarti, meskipun faktor genetik tidak bisa diubah, menciptakan lingkungan makan yang positif dan bervariasi tetap dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak dalam jangka panjang.
“Faktor lingkungan bersama, seperti duduk bersama sebagai keluarga untuk makan, mungkin hanya signifikan selama masa balita. Ini menunjukkan bahwa intervensi untuk membantu anak makan beragam makanan, seperti secara teratur memperkenalkan anak pada makanan yang sama dan menawarkan berbagai buah dan sayuran, mungkin paling efektif pada tahun-tahun awal,” ungkap Profesor Clare Llewellyn, penulis senior studi ini.
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan makanan baru secara berulang dan konsisten selama masa balita. Memberikan variasi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran pada tahap awal perkembangan anak dapat membantu mereka lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan di kemudian hari. Penting bagi orang tua untuk tetap sabar dan konsisten dalam menawarkan makanan baru, meskipun anak menunjukkan penolakan awal.
Temuan ini menjadi titik terang bagi banyak orang tua yang merasa kewalahan menghadapi kebiasaan makan anak yang rewel. Dengan memahami bahwa perilaku ini sebagian besar bersifat genetik dan bukan akibat dari pola asuh yang buruk, orang tua dapat lebih fokus pada cara-cara positif untuk membangun kebiasaan makan sehat bagi anak sejak dini.