Masukkan Anak ke SD Sebelum Usianya, Ini Dampak yang Bisa Dialami
Anak yang masuk ke jenjang SD sebelum waktunya bisa menyebabkan mereka mengalami dampak negatif secara psikososial.
Anak yang masuk ke jenjang SD sebelum waktunya bisa menyebabkan mereka mengalami dampak negatif secara psikososial.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa yang terjadi pada mata siswi SD tersebut? Diketahui, seorang siswi sekolah dasar (SD) di Kabupaten Gresik diduga mengalami kebutaan mata secara permanen gara-gara ditusuk menggunakan gagang tusuk cilok. Mirisnya, pelaku diduga merupakan teman satu sekolahnya yang berniat untuk memalak korban.
-
Apa yang dilakukan anak-anak SD di Desa Gabus untuk bisa sampai ke sekolah? Mereka harus sebrangi Sungai Cidurian menggunakan rakit bambu lantaran tak ada fasilitas jembatan.
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Apa itu pantun lucu anak SD? Pantun lucu dapat dikenalkan anak-anak untuk melestarikan budaya. Pantun merupakan salah satu bentuk karya sastra menarik yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Masukkan Anak ke SD Sebelum Usianya, Ini Dampak yang Bisa Dialami
Memasukkan anak ke Sekolah Dasar (SD) sebelum usia yang ideal dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), menekankan pentingnya kesiapan psikososial anak sebelum memulai pendidikan formal.
"Persiapan perkembangan psikososialnya perlu dilihat. Jika anak secara hasil psikotesnya mampu untuk mengikuti proses belajar di SD, maka orang tua dapat menyekolahkan anak masuk SD di usia 6 tahun. Jika tidak, maka tidak akan direkomendasikan oleh psikolog untuk masuk SD," jelas Samanta.
Menurut Samanta, usia ideal anak masuk SD tergantung pada kesiapan anak dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Rata-rata anak mampu mengikuti pembelajaran dengan baik pada usia 6-7 tahun.
- 5 Dampak Negatif Membentak Anak, Bagaimana Perilaku Ini Mempengaruhi Kesehatan Mental
- Ketahui Dampak Pertengkaran Orangtua terhadap Mental Anak, Perlu Dihindari Sebisa Mungkin
- Anak yang Dilecehkan Ibu Kandung di Tangsel Dapat Pendampingan Psikis
- Dampak Membiarkan Bayi Menangis Terlalu Lama, Bisa Pengaruhi Kesehatan Mentalnya
Namun, terdapat beberapa anak yang dimasukkan ke SD sebelum usia tersebut, yang dapat menyebabkan dampak buruk. Memasukkan anak ke SD sebelum waktunya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti malas belajar dan merasa tertekan.
Anak yang belum siap secara mental dan kognitif mungkin merasa tertekan dan kehilangan minat belajar, yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang buruk. Orang tua juga akan menerima banyak keluhan dari guru terkait dengan kinerja anak yang tidak optimal. Hal ini disebabkan karena anak belum siap secara mental dan kognitif untuk memulai hal baru.
Ketidaksiapan psikososial dan emosional juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Anak yang belum siap secara psikososial dan emosional akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru.
"Secara psikososial dan emosional ini menjadi penting bagi anak untuk melihat kesiapannya agar ia dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan menyenangkan," kata Samanta.
Selain itu, anak yang lebih muda mungkin lebih rentan menjadi pelaku atau korban perundungan (bullying) karena mereka meniru perilaku dan ucapan di sekitarnya tanpa pemahaman yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan kesiapan anak sebelum memasukkan mereka ke SD.
Jika orang tua tetap memutuskan untuk menyekolahkan anak sebelum usia idealnya, mereka perlu memberikan perhatian ekstra dalam mempersiapkan anak. Beberapa langkah yang dapat diambil orang tua meliputi mendorong anak untuk berinteraksi dengan banyak orang untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru.
Mengajarkan anak bermain bersama teman melalui simulasi bermain dalam kelompok kecil atau dalam skala ruang bermain yang lebih ramai juga bisa membantu. Mengajarkan anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri, seperti memakai sepatu sendiri, mengganti baju, dan lulus toilet training, sangat penting. Anak juga harus bisa makan sendiri dan mampu berpisah dari orang tua dalam waktu lama untuk membentuk kemandiriannya.
“Jangan lupa juga untuk mengajarkan anak memakai sepatunya sendiri, ganti baju dan lulus toilet training. Pastikan anak bisa makan sendiri dan mampu berpisah dari orang tua dalam waktu lama agar kemandiriannya makin terbentuk,” kata Samanta.
Orang tua juga dapat mempererat hubungannya dengan orang tua siswa lain dan membuat janji untuk bermain bersama. Ini bisa membantu mengajarkan anak tentang rasa saling menyayangi dan menghargai antar teman. P
Pertimbangan kesiapan psikososial, kognitif, dan emosional anak serta dukungan yang tepat, perlu menjadi perhatian orang tua untuk membantu anak beradaptasi dengan lingkungan sekolah dengan lebih baik dan menikmati proses belajar dengan menyenangkan. Memastikan kesiapan anak sebelum masuk SD sangat penting untuk mendukung perkembangan mereka secara optimal.