Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?
Masih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
Masih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
-
Bagaimana stres dapat berdampak buruk pada kesehatan mental? Selain kesehatan fisik, stres yang nggak dikelola dengan baik pun juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental. Beberapa dampak buruknya antara lain seperti munculnya depresi, insomnia, hingga burnout. Adanya dampak buruk seperti ini pastinya dapat menghilangkan motivasi dan membuat individu merasa nggak berdaya. Fatalnya, orang yang mengalami dampak buruk stres yang satu ini dapat kehilangan semangat hidupnya dan mudah menyerah begitu saja.
-
Bagaimana cara mengelola stres untuk mencegah gangguan psikosis? Stres dapat memicu munculnya gejala psikosis pada seseorang yang rentan. Oleh karena itu, penting untuk belajar mengelola stres dengan baik. Anda dapat melakukan aktivitas yang menenangkan seperti meditasi, yoga, atau olahraga secara teratur.
-
Siapa yang berisiko mengalami stres? Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun setidaknya terdapat 1,5 juta anak yang harus menghadapi perceraian kedua orang tua mereka.
-
Kenapa stres bisa muncul? Stres dapat muncul ketika seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau tuntutan yang dirasakan sebagai beban berat. Situasi seperti deadline pekerjaan, ujian, atau masalah keuangan dapat menjadi pemicu stres.
-
Kapan rasa takut berlebihan menjadi gejala dari masalah kesehatan mental? Ketakutan juga bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi kesehatan mental termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, fobia, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
-
Kenapa memaafkan bisa mengurangi stres? Memaafkan dapat membantu mengurangi tingkat stres yang dialami seseorang. Ketika seseorang memendam dendam atau marah terhadap orang lain, hal itu dapat menyebabkan stres kronis yang merugikan kesehatan mental.
Mengapa Pria Kerap Mengesampingkan Masalah Kesehatan Mental Walau Mereka Mengalaminya?
Stereotip bahwa pria tidak memerlukan bantuan dalam mengatasi kesehatan mental merupakan salah satu ancaman yang tetap ada. Bukti menunjukkan bahwa lebih sedikit pria mencari bantuan untuk tantangan kesehatan mental dibandingkan wanita.
Meskipun kesadaran tentang masalah kesehatan mental meningkat dalam beberapa tahun terakhir, pria masih terpengaruh oleh maskulinitas toksik dan ketakutan untuk menunjukkan kerentanan. Faktor-faktor ini dan lainnya mempengaruhi keputusan pria untuk tidak mencari bantuan ketika mereka mungkin membutuhkannya.
Dilansir dari Verywell Mind, sebuah survei tahun 2023 terhadap 1.600 ayah di Amerika Serikat menemukan bahwa hanya sedikit pria merasa nyaman merasakan atau mengekspresikan emosi. Menurut survei tersebut, ada beberapa faktor yang mencegah pria untuk mencari bantuan kesehatan mental, termasuk tekanan sosial, rasa malu, dan ketakutan akan stigma yang melekat.
Pria tidak konsultasi ke terapis atau konselor kesehatan mental karena berbagai alasan, termasuk tekanan dari norma-norma sosial yang mengharuskan mereka menunjukkan kekuatan dan menahan diri dari mengekspresikan emosi.
Banyak pria juga merasa malu dan ragu-ragu untuk berbicara tentang masalah pribadi mereka, terutama ketika berkaitan dengan kesehatan mental. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, data dari Centers for Disease Control (CDC) menunjukkan bahwa pria lebih sedikit mencari bantuan kesehatan mental daripada wanita. Hanya sekitar 8 pria yang menerima konseling atau terapi menurut statistik tahun 2020 dari CDC.
Faktor usia juga memengaruhi kemauan pria untuk mencari bantuan, dengan penelitian menunjukkan bahwa semakin tua seseorang, semakin rendah kemungkinannya untuk mencari bantuan. Kondisi ini tentu membuat pria lebih rawan mengalami dampak buruk seiring bertambahnya usia.
Selain itu, kecenderungan pria untuk tidak mencari bantuan kesehatan mental juga tercermin dalam perilaku mereka terkait dengan kesehatan fisik.
Sebuah survei nasional menemukan bahwa banyak pria lebih memilih melakukan pekerjaan rumah tangga daripada pergi ke dokter untuk perawatan medis reguler. Keterbatasan dalam mencari bantuan kesehatan mental juga terlihat dalam keterlambatan diagnosis beberapa kondisi, seperti migrain, yang seringkali tidak terdiagnosis pada pria karena persepsi bahwa migrain adalah penyakit yang lebih umum terjadi pada wanita.
Depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental utama yang memengaruhi pria, tetapi seringkali depresi pada pria diabaikan atau tidak terdiagnosis karena gejalanya mungkin berbeda dengan yang umumnya terjadi pada wanita. Masalah kesehatan mental lainnya yang signifikan bagi pria termasuk skizofrenia dan kecanduan alkohol serta penyalahgunaan zat.
Kemajuan zaman dan keterbukaan informasi saat ini seharusnya mengubah pendekatan pria terhadap kesehatan mental mereka. Kemajuan teknologi bisa membuat pria melakukan konsultasi kesehatan mental tanpa perlu diketahui lingkungan sekitar.
Selain itu pandangan toxic masculinity yang mengesankan pria harus serba kuat dan tidak butuh pertolongan juga butuh untuk dihilangkan. Kesehatan mental pria bukanlah sebuah isu yang memalukan namun hal yang butuh diatasi dengan tepat.