Miliki Gejala yang Serupa, Begini Cara Bedakan TBC dan COVID-19
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jakarta, Sri Dhuny Atas Asri mengungkapkan bahwa perbedaan pertama ada pada jenis virus yang menyebabkan keduanya.
Sama-sama menyerang paru-paru, gejala dari pasien COVID-19 dan Tuberkulosis (TBC) memiliki sejumlah kemiripan. Kedua masalah kesehatan ini sama-sama memunculkan batuk, demam, sesak, dan lainnya.
Bahkan, penularannya juga sama-sama bisa melalui percikan liur. Namun COVID-19 dan TBC tentu merupakan penyakit yang berbeda.
-
Apa saja gejala TBC pada anak? Anak Anda mungkin mengalami TBC jika memiliki gejala-gejala antara lain sebagai berikut: Batuk yang berkepanjangan: Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu dapat menjadi gejala awal TBC.Demam: Demam yang berlangsung lebih dari 2 minggu dapat menjadi gejala TBC.Berat Badan Turun Drastis: Kehilangan berat badan drastis dapat menjadi tanda adanya infeksi TBC.Badan Menggigil: Badan menggigil dapat menjadi gejala TBC.Badan Berkeringat Malam Hari: Berkeringat di malam hari dapat menjadi gejala TBC. Kehilangan Nafsu Makan: Kehilangan nafsu makan dapat menjadi gejala TBC.Nyeri Dada: Nyeri dada dapat menjadi gejala TBC.Sulit Bernapas: Sulit bernapas dapat menjadi gejala TBC.Dalam beberapa kasus, TBC pada anak tidak menunjukkan gejala apa pun, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dan tes untuk mendeteksi infeksi awal.
-
Di mana angka penderita TBC meningkat? Angka penderita penyakit Tuberculosis atau TBC terus meningkat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa yang menyebabkan TBC pada anak? Penyebab TBC pada anak biasanya terjadi ketika orang dewasa yang terinfeksi batuk bakteri ke udara. Kuman ini terhirup oleh anak atau remaja, yang kemudian terinfeksi. Namun, umumnya anak-anak berusia kurang dari 12 tahun dengan TB paru jarang menularkan ke orang lain.
-
Siapa yang berisiko tinggi terkena TBC? Orang yang mengidap HIV/AIDS dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih tinggi tertular tuberkulosis dibandingkan orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan anak-anak Anda. Pasalnya, anak-anak juga memiliki risiko tinggi terkena TBC, bahkan cenderung lebih serius terjadi pada mereka.
-
Mengapa anak-anak mudah terkena TBC? Anak-anak juga termasuk kelompok rentan terkena penyakit TBC karena daya tahan tubuhnya yang masih rendah.
-
Bagaimana cara mencegah penularan TBC? Mencegah penularan TBC (Tuberkulosis) sangat penting untuk menghentikan penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah penularan TBC: Hindari Kontak Dekat dengan Penderita TBC: Jika seseorang batuk, bersin, atau berbicara, mereka dapat menyebarkan droplet yang mengandung bakteri TBC ke udara. Hindari berada di ruangan tertutup tanpa ventilasi bersama penderita TBC untuk waktu yang lama.Gunakan Masker: Menggunakan masker saat berada di tempat umum atau saat bekerja di fasilitas kesehatan dapat membantu mencegah penularan TBC.Cuci Tangan: Mencuci tangan dengan sabun dan air selama setidaknya 40 detik dapat membantu menghilangkan kuman, termasuk bakteri TBC. Jaga Daya Tahan Tubuh: Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga berat badan ideal, cukup tidur, mengelola stres, dan menghindari merokok serta alkohol.Vaksinasi BCG: Vaksin BCG dapat memberikan perlindungan terhadap TBC, terutama pada anak-anak.Etika Batuk dan Bersin: Tutup mulut dengan tisu atau siku bagian dalam saat batuk atau bersin untuk mencegah penyebaran kuman.Pengobatan TBC yang Berkualitas: Memberikan pengobatan yang tepat dan teratur pada pasien TBC hingga sembuh sangat penting untuk mencegah penularan kepada orang lain. Ventilasi Udara yang Baik: Memastikan ventilasi udara yang baik di rumah dan tempat kerja dapat mengurangi risiko penularan TBC.Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang cara penularan dan pencegahan TBC sangat penting, terutama di negara-negara dengan tingkat penularan TBC yang tinggi.Pemeriksaan Rutin: Jika Anda memiliki risiko tinggi atau gejala TBC, lakukan pemeriksaan medis secara rutin.
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jakarta, Sri Dhuny Atas Asri mengungkapkan bahwa perbedaan pertama ada pada jenis virus yang menyebabkan keduanya.
"Pada TB tentu saja penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, sedangkan pada COVID-19 penyebabnya adalah Coronavirus," ujar Dhuny beberapa waktu lalu.
Selain itu, Dhuny menjelaskan bahwa ada gejala khas yang muncul pada pasien TBC namun tidak muncul pada pasien COVID-19. Salah satunya dapat dilihat dari gejala batuk yang muncul dan penurunan berat badan.
"Kalau batuk pada TB ini batuk kronik yang berlangsung lebih dari dua minggu, sedangkan pada COVID-19 cenderung datangnya tiba-tiba dan kering tidak berdahak," kata Dhuny.
"Kalau nyeri tenggorokan ini di pasien TB tidak ada, kalau di COVID-19 itu ada. Berat badan turun juga sering dikeluhkan pada TB, sedangkan pada COVID-19 tidak," tambahnya.
Begitupun dalam hal demam, Dhuny menjelaskan bahwa demam pada pasien TB biasanya dikeluhkan secara terus-menerus. Namun tanpa ada sebab yang jelas.
Sedangkan pada pasien COVID-19, demam yang dikeluhan jelas karena memang sedang terinfeksi virus.
Perbedaan Gejala Lain
Dhuny mengungkapkan, nafsu makan yang menurun, munculnya keringat malam juga sering dikeluhkan oleh pasien TBC.
"Nafsu makan menurun sering dikeluhkan pada TB. Kalau pada COVID-19, bila disertai mual, biasanya nafsu makan baru akan menurun," ujar Dhuny.
Pada gejala sesak napas, pasien TBC biasanya akan mengalaminya secara konstan atau terus-menerus. Sementara itu, pasien COVID-19 juga mengalami sesak namun akan berangsur membaik dalam hitungan hari.
Reporter: Diviya Agatha
Sumber: Liputan6.com