Munculnya Mpox Bukan Terjadi Akibat Vaksin Covid-19
Munculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Belakangan ini, beredar narasi di media sosial yang mengaitkan kemunculan penyakit Mpox dengan efek samping dari vaksin COVID-19. Klaim ini bahkan menyebutkan bahwa Mpox muncul akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh vaksin tersebut. Namun, narasi ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga membahayakan, karena dapat memicu ketakutan yang tidak berdasar di kalangan masyarakat.
Sejalan dengan upaya untuk meluruskan informasi yang keliru, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, menegaskan bahwa Mpox dan COVID-19 adalah dua penyakit yang sangat berbeda.
-
Kapan ruam cacar monyet muncul? Gejala Cacar MonyetRuam: Ruam cacar monyet muncul setelah demam, dalam waktu 1-3 hari. Jenis ruamnya lebih bervariasi, termasuk makula, papula, vesikel, pustula, dan krusta. Ruam ini dapat muncul di area yang berbeda, termasuk wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya, dan dapat berlangsung lebih lama, hingga 2-4 minggu.
-
Apa itu Mpox? Vaksinasi menjadi salah satu langkah utama dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit, termasuk Mpox, yang belakangan ini menjadi perhatian global.
-
Apa itu penyakit cacar monyet? Penyakit cacar monyet merupakan infeksi virus yang ditandai dengan munculnya bintil bernanah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus, tepatnya adalah virus monkeypox.
-
Siapa yang menjadi target utama vaksinasi cacar monyet? Vaksinasi Mpox saat ini hanya diberikan kepada populasi yang berisiko tinggi. Sasaran vaksinasi mencakup kelompok Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) dengan kriteria tertentu, serta individu dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
-
Siapa saja yang bisa terkena cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia.
-
Apa yang dikatakan oleh dokter Jerman Wolfgang Wodarg tentang cacar monyet? Dokter Jerman Wolfgang Wodarg menawarkan pandangan alternatif mengenai cacar monyet lebih dari dua tahun yang lalu. Apa yang dianggap sebagai cacar monyet, dalam banyak kasus, sebenarnya adalah herpes zoster, salah satu efek samping yang diketahui dari vaksin COVID-19," tulis keterangan video yang diunggah di Facebook pada tanggal 28 Agustus.
“Mpox dan COVID-19 ini dua penyakit yang berbeda. Sebelum COVID-19 ada, Mpox sudah ada. Mpox dilaporkan ada sejak tahun 1970 dan endemis di Afrika barat dan tengah seperti di Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” jelas Syahril.
Mpox Sudah Ada Sejak Tahun 1970
Mpox, yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV), telah dikenal oleh dunia medis sejak tahun 1970, jauh sebelum kemunculan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan pengembangan vaksin terkait. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus Mpox pertama kali dilaporkan pada manusia di Republik Demokratik Kongo.
Hingga kini, Mpox tetap endemik di beberapa negara Afrika, meskipun telah terjadi penyebaran kasus ke wilayah lain di dunia. Pada 23 Juli 2022, WHO bahkan menetapkan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) untuk Mpox, setelah lonjakan kasus di beberapa negara. Meskipun status kedaruratannya sempat dicabut pada Mei 2023, pada Agustus 2024, WHO kembali menetapkan Mpox sebagai PHEIC akibat peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Barat. Melihat sejarah dan penyebaran virus ini, sangat jelas bahwa tidak ada hubungan antara munculnya Mpox dan vaksin COVID-19.
Dalam upaya untuk lebih memahami dan mengendalikan penyebaran Mpox, penting untuk mengetahui cara penularannya. Virus Mpox dapat menular antar-manusia melalui kontak langsung, baik melalui kontak fisik biasa maupun kontak seksual. Berdasarkan laporan global, sebagian besar kasus konfirmasi Mpox terjadi pada kelompok Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL). Meski demikian, Syahril mengingatkan bahwa penyakit ini tidak terbatas pada kelompok tersebut saja.
“Mpox ini penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung. Kontak langsung dapat berupa berjabat tangan, bergandengan, termasuk kontak seksual. Dalam laporan kasus Mpox di negara-negara di dunia, memang banyak terjadi pada laki-laki, hampir 96 persen laki-laki dan 60 persennya LSL,” terang Syahril.
- CEK FAKTA: Hoaks Virus Mpox Disebabkan karena Efek Samping Vaksin Covid-19
- Cara Mencegah Mpox yang Wajib Diketahui, Perhatikan Kebersihan Diri
- Kelompok Ini Wajib Terima Vaksin Mpox, Termasuk Anak-Anak?
- WHO Umumkan Status Kewaspadaan Tertinggi Terhadap Penyebaran Mpox, Mungkinkah Jadi Pandemi Berikutnya?
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa virus ini juga dapat menular pada kelompok lain, termasuk anak-anak, jika mereka memiliki kontak erat dengan orang yang terinfeksi.
Mpox juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti sprei, sarung bantal, dan handuk. Oleh karena itu, siapa pun yang tinggal serumah atau memiliki riwayat kontak dengan seseorang yang terinfeksi berisiko tinggi tertular. Kelompok dengan perilaku seksual berisiko, seperti memiliki banyak pasangan dan sering berganti-ganti pasangan, juga berisiko tinggi terkena Mpox. Dalam hal ini, upaya pencegahan dan edukasi publik menjadi sangat penting untuk meminimalisir penyebaran penyakit ini.