Tes darah berkemungkinan ungkap risiko autis
Ilmuwan mencoba membuktikan apakah tes darah bisa digunakan untuk mengungkap risiko autisme pada anak.
Tes darah sederhana berkemungkinan untuk mengungkap apakah seorang anak memiliki autisme, berdasarkan penelitian terbaru.
Penelitian yang dimulai minggu ini mengamati 660 partisipan pada 20 fasilitas di seluruh Amerika Serikat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah tes darah benar-benar bisa mendeteksi autisme atau melihat risiko autisme pada anak.
-
Apa itu Autisme? Autisme merupakan kelompok gangguan spektrum yang mempengaruhi perkembangan sosial, komunikasi, dan perilaku individu. Autism Spectrum Disorder (ASD) mencakup berbagai tingkat keparahan, mulai dari autisme ringan hingga berat.
-
Bagaimana cara menangani anak yang mengalami autisme? “Biasanya pada anak autis kita enggak mencari pasti penyebabnya. Pemeriksaan darah, CT Scan, biasanya tidak kita lakukan, kita langsung masuk ke intervensi untuk penanganannya,” katanya.
-
Apa yang bisa menjadi salah satu tanda autisme pada anak? Salah satu ciri khas autisme adalah variasi dalam perilaku anak-anak yang terpengaruh. Siapa sangka, tanda autisme pada anak ini ternyata bisa ditandai dengan perilaku sederhana seperti kebiasaan berjalan.
-
Siapa yang bisa mendiagnosis autisme pada anak? Meskipun berjalan dengan jinjit dapat menjadi tanda, diagnosis autisme didasarkan pada berbagai evaluasi yang dilakukan oleh tim profesional medis dan perkembangan anak.
-
Bagaimana cara menangani anak autis? Menurutnya, penanganan yang diberikan pun harus sesuai dengan kondisi masalah, usia, dan kebutuhan. Dia mencontohkan, untuk anak autis dengan tipikal anak yang masih belum bisa duduk tenang, belum bisa bicara, dan tantrum, kemungkinan anak itu ada masalah di sensoriknya, dan dapat diberikan terapi sensory.
Sementara tes darah sederhana sendiri tak bisa mendeteksi ASD (autism spectrum disorder), namun melalui proses yang lama tes ini bisa melihat tanda-tanda autis pada anak.
"Jika tes darah bisa mengindikasikan risiko ASD, maka akan sangat membantu orang tua dan dokter untuk menjaga perkembangan anak dan memberikan perawatan sedini mungkin," ungkap Dr Jeremy Veenstra VanderWeele, asisten profesor di Vanderbilt University, seperti dilansir oleh Vitals (26/04).
Spektrum autisme bisa terdiri atas berbagai macam gejala seperti kesulitan berbahasa, perilaku yang diulang-ulang, atau kesulitan bersosialisasi. Biasanya ASD didiagnosis berdasarkan perilaku dan sejarah kesehatan.
Tes terbaru ini bisa memberikan penanda objektif terhadap autisme dan bisa digunakan dalam evaluasi klinis. Tes ini akan melihat gen anak untuk membedakan siapa yang memiliki autisme dan yang tidak.
"Autisme adalah kelainan yang sangat heterogen. Ini berarti gejala dan akibatnya bisa sangat luas, tergantung pada anak," ungkap Dr Roberto Tuchman, direktur Autism and Neurodevelopment Program di Miami Children Hospital.
Menurut Tuchman, tes ini tak berarti banyak karena peneliti masih tak mengetahui bagaimana kelainan tersebut akan berkembang dan bagaimana respon setiap anak. Meski begitu, tes ini masih memberikan manfaat bagi dokter untuk bisa berjaga-jaga dalam memberikan perawatan sedini mungkin pada anak.
Tuchman masih mendukung ide tes darah untuk mengetahui autisme karena dengan mengetahui gen autisme para ahli akan semakin memahami perihal kelainan ini dan menemukan cara untuk merawatnya. Hasil tes darah untuk autisme juga membantu orang tua merencanakan masa depan anak mereka.
(mdk/kun)