3 Hari Terendam Banjir, Begini Nasib Pilu Warga Tapsel Berharap Bantuan
Banjir yang melanda Kelurahan Rianiate, Kecamatan Angkola Sangkunur, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, membuat ratusan rumah warga nyaris tenggelam dan kini aktivitas warga lumpuh.
Banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara (Sumut), sepekan terakhir. Hujan deras dengan intensitas tinggi membuat sejumlah sungai di Tapsel meluap, sehingga membuat sejumlah desa di beberapa kecamatan terendam banjir.
Salah satu wilayah yang terdampak banjir parah yakni di Kelurahan Rianiate, Kecamatan Angkola Sangkunur. Meluapnya Sungai Batang Toru membuat ribuan kepala keluarga (KK) kini kesulitan karena rumah mereka nyaris tenggelam akibat banjir.
-
Bagaimana nasi kuning di Sukabumi menjadi 'banjir'? Tetapi kata banjir di sini merujuk dari banyaknya kuah sayur yang dituang ke dalam satu piring nasi kuning.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Kapan Bukit Sulap sering kali menghilang? Uniknya, sering kali bukit ini menghilang dan bisa muncul kembali. Tentu bukan semata-mata hilang, melainkan bukit itu tertutup oleh kabut yang menyelimuti saat pagi hari.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Kenapa Musala Apung Bahrur Surur dibangun? Walaupun sedang melaut pada siang hari yang terik, para nelayan di Demak tetap tak lupa melaksanakan ibadah salat. Merekapun berbondong-bondong beribadah di musala terdekat.
-
Bagaimana pesan berantai lucu menyebarkan kebahagiaan di Sumut? Dengan kemudahan teknologi, pesan-pesan ini tidak hanya menawarkan hiburan sejenak, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara pengirim dan penerima. Pesan berantai lucu sering kali mengambil bentuk meme, teka-teki, atau anekdot humoris yang dirancang untuk mengundang senyum dan tawa. Fenomena ini mengilhami kreativitas dalam menyusun pesan-pesan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mungkin menginspirasi orang lain untuk berpartisipasi dan berbagi kembali, menciptakan lingkaran positif yang memperkaya interaksi sosial di dunia maya.
Ratusan pemukiman warga, khususnya di Lingkungan 1, Lingkungan 2, dan Lingkungan 3 kini terendam banjir dengan ketinggian mencapai lebih 1,5 meter. Sedangkan ruas jalan nasional air sudah selutut orang dewasa pada Senin (20/12) pagi.
Kondisi ini sudah berlangsung selama tiga hari sejak Jumat (17/12) lalu. Aktivitas warga pun lumpuh dan kini warga mengaku sangat membutuhkan bantuan.
"Sudah tiga hari ini sejumlah besar warga menderita. segala aktivitas terhenti, sibuk mengurus banjir," ujar salah satu warga, Jalal Nasution (54) pada Senin (20/12).
Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Aktivitas Warga Lumpuh
Instagram/@humasrestapsel ©2021 Merdeka.com
Jalal mengatakan, mayoritas warga yang ada di wilayah tersebut bekerja sebagai petani, nelayan dan banyak juga yang berkebun. Kini warga hanya bisa pasrah, lantaran banjir seperti ini sudah menjadi langganan mereka hampir setiap tahunnya.
"Kami tidak memiliki kekuatan menghentikan riak air menerjang permukiman, jeritan tangis anak-anak, pilu para orangtua seolah pasrah, hanya Allah SWT yang tahu," ucapnya pilu.
Kondisi banjir di wilayah yang dihuni hampir 2000 jiwa tersebut cukup parah. Ratusan rumah warga bahkan hampir tenggelam dan penuh dengan ranting serta batang pohon yang terbawa arus air.
"Halaman sekitar 300 pintu rumah yang sebelumnya dihiasi bunga-bunga, kini sudah berubah kolam bak danau dengan yang dipenuhi ranting dan batang pohon," sebutnya.
Sampai saat ini, tidak ada korban jiwa dalam musibah banjir tersebut. Meski begitu, Jalal dan warga lainnya berharap agar air bisa segera surut.
Warga Butuh Bantuan
Kondisi pilu warga setempat diperparah dengan belum adanya bantuan dari pemerintah setempat yang dialokasikan untuk mereka. BPBD Tapsel memang sudah mendirikan tenda penampungan, hanya saja untuk bantuan belum disalurkan.
"Kami saat ini butuh bantuan, mohon lah. Kami merasa sedih juga ketika melihat bantuan-bantuan hanya sekadar melintas dari depan kami menuju bencana banjir Mandailing Natal," ucapnya.
Sementara itu, Forkopimda Tapsel pada Minggu (19/12) telah melakukan rapat koordinasi dan berencana akan segera menyalurkan bantuan logistik secara merata untuk warga terdampak bencana banjir, termasuk di Kelurahan Rianiate. Dapur umum juga segera didirikan untuk membantu para warga yang mengungsi.