Ada Sejak 16 Tahun Lalu, Sanggar Budaya Ini Lestarikan Reog Singo Menggolo di Medan
Ada salah satu sanggar di Kota Medan yang sudah belasan tahun mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat sekitar. Namanya adalah Sanggar Turonggo Siswo Budoyo. Sanggar ini berlokasi di Jalan Pasar III Timur, Kecamatan Medan Marelan.
Kota Medan, Sumatra Utara (Sumut), memang dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman etnis dan budaya. Di sini, berbagai etnis hidup saling berdampingan dengan harmonis.
Ada salah satu sanggar di Kota Medan yang sudah belasan tahun mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat sekitar. Namanya adalah Sanggar Turonggo Siswo Budoyo. Sanggar ini berlokasi di Jalan Pasar III Timur, Kecamatan Medan Marelan.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Bagaimana upaya Kutai Timur untuk melestarikan budayanya? Di beberapa desa dan kawasan, ada yang masih menerapkan norma-norma adat. Kami mengedepankan pendekatan itu untuk mengatasi berbagai persoalan, sekaligus ikut melestarikan budayanya," kata Kasmidi.
-
Apa minuman khas Kabupaten Lingga yang dipengaruhi budaya Timur Tengah? Kabupaten Lingga memiliki satu minuman khas yang lahir dari pengaruh budaya orang-orang Islam Timur Tengah yang bernama Air Serbat.
-
Apa yang dirayakan selama Pekan Budaya Tarakan? Pekan Kebudayaan Daerah Kota Tarakan, yang merupakan rangkaian dari kegiatan Pesta Budaya Iraw Tengkayu ke-XII Tahun 2023 telah diselenggarakan selama satu pekan resmi ditutup.
-
Siapa yang sangat ditekankan dalam budaya gotong royong di Indonesia? Keempat, gotong royong dan semangat kebersamaan tercermin dalam budaya masyarakat Indonesia, di mana solidaritas dan kepedulian terhadap sesama sangat ditekankan.
-
Apa makna budaya dari bubur candil bagi masyarakat Indonesia? Bubur candil memiliki makna budaya yang dalam dalam masyarakat Indonesia. Selain sebagai hidangan penutup yang lezat, bubur candil juga memiliki makna filosofis yang melambangkan harmonisasi kehidupan yang berbeda.
Didirikan oleh Jumarik, seorang pria keturunan Jawa yang lahir di Sumatra, sanggar ini dibentuk sebagai wujud keinginannya untuk melestarikan budaya leluhurnya. Uniknya, meski sanggarnya identik dengan budaya Jawa, tetapi anak-anak asuhnya berasal dari bermacam suku daerah, tak hanya Jawa.
Melansir dari Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan, berikut kisah Jumarik bersama Sanggar Turonggo Siswo Budoyo miliknya.
Sudah Ada Sejak 16 Tahun Lalu
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Sebenernya, awal mula berdirinya sanggar ini berangkat dari kesenian kuda kepang yang Ia mulai pada tahun 1986. Baru setelah itu, Ia akhirnya mendirikan Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini, dari 16 tahun yang lalu.
Jumarik dulunya adalah seorang pemain kuda kepang, sebuah kesenian Jawa dengan tunggangan properti berbentuk kuda sembari mempertontonkan atraksi kekebalan tubuh yang dilakukan karena adanya kekuatan magis.
Dua tahun setelah sanggar ini terbentuk, barulah Ia menggeluti bidang Reog Singo Menggolo. Kini, sanggar ini sudah memiliki kurang lebih 90-an anak asuh, yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Kebanyakan pelajar, tapi ada juga mahasiswa, pekerja wiraswasta, guru bahkan pengusaha.
Kesenian Reog Singo Menggolo
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Reog Singo Menggolo di Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini memiliki empat babat atau bagian. Yang pertama di awali dengan jatilan, yang ditarikan oleh wanita. Biasanya ditampilkan sebagai pembuka di pertunjukan Reog Ponorogo.
Yang kedua, ganongan kecil, yang ditarikan oleh anak laki-laki. Yang ketiga, ganongan besar atau bujang lanang, tarian yang menampilkan atraksi yang menggambarkan seorang patih yang sakti.
Dan yang terakhir adalah singo barongan, yang merupakan tarian inti dari Rego Ponorogo. Dalam singo barongan inilah pembarong akan membawa babat merak atau reog itu sendiri.
Anak Asuhnya Berasal dari Berbagai Macam Latar Belakang Suku
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Di sanggar ini, siapa pun bisa ikut belajar tentang kesenian reog. Jumarik mengizinkan permainan ini dilaksanakan oleh remaja-remaja yang notabene bukan beretnis Jawa seperti mereka.
Dari semua anak asuhnya, beberapa diantaranya justru bertenis Batak dan Karo bahkan Tionghoa. Seperti salah satu anak asuhnya yang bernama Ferdinan Sembiring, yang berasal dari Suku Karo.
Ia bergabung dengan sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini sudah lebih dari 10 tahun. Awalnya, Ia hanya diajak untuk menemani temannya belajar di sanggar ini, namun setelah beberapa kali menemani, Ia akhirnya tertarik dan bergabung dengan sanggar ini.
Ferdinan berperan menjadi pemain Ketuk Kenong. Ketuk Kenong adalah dua gong kecil yang di dalam acara gamelan menjadi sebagai suatu rhytm dalam musik itu.
Berharap Bisa Semakin Eksis
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini sudah banyak berkiprah di Sumut, khususnya di Kota Medan. Sanggar ini terbilang aktif mengikuti berbagai gelaran kegiatan yang diselenggarakan di Kota Medan.
Sebagai pendiri sanggar ini, Jumarik berharap, ke depannya sanggarnya bisa semakin eksis di Kota Medan. Ia juga berharap agar pemerintah setempat dan masyarakat terus memberikan dukungan agar sanggar ini semakin dikenal luas.