Drainase Buruk, Stafsus Menteri PUPR Ungkap Alasan Banjir Besar di Medan
Selain karena hujan deras yang menyebabkan meluapnya air dari sejumlah sungai di Kota Medan, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Manajemen Sumber Daya Air, Firdaus Ali, menilai penyebab banjir besar yang melanda Kota Medan salah satunya karena drainase yang buruk.
Akibat dari cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi, beberapa wilayah di Sumatra Utara (Sumut) terendam banjir, salah satunya Kota Medan.
Sejak Jumat (4/12) dini hari hingga Minggu (6/12), banjir telah merendam setidaknya ribuan rumah yang dihuni oleh 1.983 KK atau 5.965 jiwa yang tersebar di tujuh kecamatan di Kota Medan. Adapun tujuh kecamatan yang terendam banjir yakni Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Petisah dan Medan Polonia.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
Selain karena hujan deras yang menyebabkan meluapnya air dari sejumlah sungai di Kota Medan, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Manajemen Sumber Daya Air, Firdaus Ali, menilai penyebab banjir besar yang melanda Kota Medan salah satunya karena drainase yang buruk. Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya:
Akibat Drainase Kota yang Buruk
Firdaus mengatakan, banjir besar yang melanda Kota Medan ini dikarenakan kondisi tata ruang, tata kelola sumber daya air dan sistem drainase kota yang buruk.
"Contohnya saja ketika hujan sudah berhenti, sungai juga masih bisa menampung debit air, tetapi air yang merendam pemukiman belum juga surut. Ini menunjukkan bahwa sistem drainasenya sangat jelek sekali," katanya pada Minggu (6/12).
Harus Jadi Prioritas Utama
Ia menambahkan, masalah ini harusnya menjadi perhatian utama Pemerintah Kota Medan. Penataan jaringan drainase kota sudah sangat mendesak dan harus diprioritaskan untuk melindungi warga dari ancaman banjir dan genangan.
"Ini tata dan pola pemanfaatan ruang Kota Medan salah implementasi. Pemerintah kota harus betul-betul serius dan kerja keras membenahinya, jangan lagi menunggu bencana datang lagi baru kemudian saling menyalahkan," katanya.
Pemkot Medan juga harus proaktif melakukan pendekatan dan koordinasi dengan pemda sekitar (Kabupaten Deli Serdang, Kab Karo dan Simalungun) yang merupakan daerah hulu dari 9 sungai yg melewati Kota Medan.
Pembagunan Bendungan yang Belum Selesai
Tak hanya itu, Firdaus menilai, banjir ini juga diakibatkan oleh pembangunan Bendungan Lau Simeme di Deli Serdang yang belum selesai.
Bendungan ini merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tata kelola air, khususnya banjir di Kota Medan, yang didesain memiliki kapasitas tampung 22 juta meter kubik yang jika selesai bisa mengurangi 60 persen beban air limpasan (banjir) yang selama ini selalu mengancam Kota Medan.
"Bendungan Lau Simeme ini merupakan solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Pusat. Namun, hingga saat ini realisasi pembangunannya baru sekitar 20 persen disebabkan oleh masalah pembebasan lahan/tanah yang merupakan kewajiban/tanggung jawab pemerintah daerah. Padahal kalau bendungan ini selesai, 60 persen beban banjir di Medan bisa kita atasi," ujarnya.