Jatuhnya Air Asia QZ8501 di Selat Karimata 28 Desember 2014, Berikut Kronologinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut
Jatuhnya Air Asia QZ8501 di Selat Karimata 28 Desember 2014, Berikut Kronologinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014. Penerbangan ini, yang dioperasikan oleh maskapai AirAsia Indonesia, berangkat dari Bandara Juanda di Surabaya, Indonesia, menuju Singapura.
Namun, penerbangan tersebut menghadapi cuaca buruk dan melalui wilayah hujan badai di Selat Karimata.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Di mana pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini menabrak lereng gunung Kathmandu, Nepal. Sebanyak 113 orang tewas akibat tragedi ini. Dari total penumpang tersebut, 11 penumpang di antaranya berasal dari Amerika Serikat, 17 lainnya dari Jepang, 23 orang dari Nepal, dan 14 orang dari Eropa.
-
Kapan Air Rumi lahir? Air Rumi, anak dari pasangan Irish Bella dan Ammar Zonni lahir pada 17 September 2020.
Sejarah kecelakaan dimulai saat pesawat Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC dan 162 orang penumpang dan awak, termasuk anak-anak, kehilangan kontak dengan pengawas lalu lintas udara pada pukul 06:24 WIB, sekitar 42 menit setelah lepas landas. Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
Berikut kronologi dan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:
Kronologi Jatunya Pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata
Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 tersebut membawa 155 penumpang dan 7 awak kabin. Namun, pesawat tersebut tiba-tiba hilang dari radar pada pukul 06.24 WIB di kawasan Selat Karimata, wilayah perairan Indonesia.
Setelah pesawat hilang dari radar, otoritas penerbangan Indonesia segera meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan. Tim SAR Indonesia bersama dengan pihak terkait dari beberapa negara berusaha mencari lokasi jatuhnya pesawat tersebut. Puing-puing pesawat dan beberapa jenazah korban ditemukan di beberapa lokasi di Selat Karimata.
Pada 30 Desember 2014, badan penyelidik Indonesia menyatakan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 telah dinyatakan jatuh di Selat Karimata dan tidak ada korban yang selamat. Seiring dengan berjalannya waktu, proses pencarian dan penyelamatan terus dilakukan untuk menemukan bagian-bagian pesawat dan korban yang masih belum ditemukan.
Pada akhirnya, proses penyelidikan mengungkapkan bahwa penyebab jatuhnya pesawat tersebut adalah akibat cuaca buruk dan kesalahan manusia dalam merespons situasi darurat yang dihadapi.
- Kemenag Ingatkan Saudi Airlines dan Garuda Indonesia Tak Lagi Terlambat Angkut Jemaah Haji
- Suara ‘Ding’ di Pesawat Ternyata Banyak Artinya, Begini Penjelasannya
- Tragedi Jatuhnya Pesawat Adam Air 574 pada 1 Januari 2007, Begini Sejarah dan Kronologinya
- Krisis Air Makin Parah, Begini Cara Warga Pati Siasati Kekurangan Air Bersih
Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, dan menjadi pelajaran berharga bagi industri penerbangan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan.
Penyebab AirAsia QZ8501 Jatuh
AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan. Penerbangan ini terbang pada ketinggian yang tidak aman dan terlalu rendah untuk menghindari cuaca buruk. Selain itu, data yang salah dari sistem manajemen penerbangan dan penggunaan autopilot yang tidak tepat juga berkontribusi pada kejadian tragis ini.
Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Terdapat kurangnya koordinasi dan komunikasi yang efektif antara pilot dan kopilot dalam menangani situasi darurat dan penyesuaian terhadap kondisi cuaca ekstrem.
Selain itu, ada juga masalah dalam pemeliharaan pesawat yang menjadi faktor penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501.
Terdapat catatan bahwa pesawat ini telah mengalami kerusakan pada sistem navigasi sebelum kecelakaan terjadi, tetapi kerusakan tersebut tidak ditangani dengan benar. Ini memberikan kontribusi besar terhadap kegagalan keselamatan penerbangan yang tragis.
Kesimpulannya, jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata adalah hasil dari berbagai faktor, termasuk kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan, dan masalah dalam pemeliharaan pesawat.
Jumlah Korban Jatuhnya AirAsia QZ8501
Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata. Sayangnya, tidak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut. Total 162 orang termasuk penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal dunia.
Penyelidikan pun dilakukan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan, dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Indonesia (Basarnas) menyimpulkan bahwa cuaca buruk, yaitu guntur, petir, dan awan kumulonimbus, berkontribusi pada kejadian tragis tersebut.
Penyelidikan lanjutan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (NTSC) Indonesia menyimpulkan bahwa faktor manusia dan kegagalan sistem avionik juga berperan dalam kecelakaan tersebut.
Insiden ini membawa dampak besar pada industri penerbangan dan menyoroti pentingnya keselamatan penerbangan, termasuk peningkatan pelatihan awak pesawat dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem.