Mengenal Kampung Madras, Sejarah dan Kisah Kehidupan Bangsa Tamil di Sumatera Utara
Kampung Madras sarat dengan bangsa Tamil di Medan, Sumatera Utara.
Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Ragam suku dan budaya di Kota Medan sudah pasti banyak dan sudah mengalami akulturasi.
Tidak dipungkiri jika wilayah Indonesia menjadi tempat berlabuh para warga asing. Selain datangnya Belanda ke Indonesia, beberapa negara Asia juga datang ke Indonesia dan tersebar ke beberapa wilayah di Sumatera.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Bagaimana pesan berantai lucu menyebarkan kebahagiaan di Sumut? Dengan kemudahan teknologi, pesan-pesan ini tidak hanya menawarkan hiburan sejenak, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara pengirim dan penerima. Pesan berantai lucu sering kali mengambil bentuk meme, teka-teki, atau anekdot humoris yang dirancang untuk mengundang senyum dan tawa. Fenomena ini mengilhami kreativitas dalam menyusun pesan-pesan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mungkin menginspirasi orang lain untuk berpartisipasi dan berbagi kembali, menciptakan lingkaran positif yang memperkaya interaksi sosial di dunia maya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kerja bakti di Sumut? Saat kerja bakti, tak jarang terjadi komunikasi yang intens antarwarga.
-
Bagaimana Suwardi memulai budidaya belut? Waktu itu Suwardi tak punya lahan lain selain lahan rumahnya. Maka dari itu ia memulai beternak belut menggunakan gentong plastik.
-
Di manakah kepercayaan tentang burung puter sebagai pertanda keberuntungan di Sumut umumnya muncul? Masyarakat sering kali mencari makna dalam fenomena alam, termasuk suara burung-burung pada malam hari, untuk memberikan interpretasi tentang kehidupan dan nasib mereka.
Medan pun menjadi salah satu tujuan para warga asing untuk mencari peruntungan dan lain sebagainya. Ada salah satu kampung unik di Medan yang terbentuk karena mengalami akulturasi. Namanya Kampung Madras. Berikut sejarah dan kisah kehidupan bangsa Tamil di Kampung Madras.
Datang untuk Mencari Peruntungan
Youtube/Kreasi Autovisual Sejarah LKAS ©2022 Merdeka.com
Orang-orang Tamil dari India merupakan salah satu bangsa yang datang ke Medan, Sumatera Utara sekitar abad ke-19. Mereka datang ke Sumatera Utara untuk menjadi kuli di industri perkebunan, salah satunya perkebunan tembakau. Namun, tidak hanya menjadi kuli atau petani di perkebunan, orang-orang Tamil dari India juga pernah datang untuk berdagang. Namun para pedagang India ini tidak menetap.
Mengutip dari Jurnal Aghinya STIESNU Bengkulu, kedatangan bangsa Tamil di Sumatera Utara karena dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli. Tidak hanya pekerja dari bangsa Tamil, tetapi dari bangsa Cina dan orang Jawa juga menjadi pekerja di industri tersebut.
Perkembangan jumlah kuli semakin banyak dan meningkat di setiap tahunnya. Menurut jurnal yang sama, terdapat 58.516 pekerja kuli dari bangsa Cina pada tahun 1900 dan pekerja kuli dari bangsa Tamil sebanyak 3.270 di tahun yang sama.
Dengan jumlah yang tidak sedikit, para pekerja kuli bangsa Tamil ini merantau sangat jauh dari negaranya. Mereka kemudian mendirikan sebuah pemukiman di sekitar industri perkebunan dan juga di Kota Medan.
Beberapa yang menetap di Kota Medan dan sekitarnya memutuskan untuk tetap tinggal di sana. Pada akhirnya mereka memiliki hubungan sosial dengan masyarakat Batak dan terjadilah akulturasi.
Kehidupan Sosial Bangsa Tamil di Sumatera Utara
Youtube/Kreasi Autovisual Sejarah LKAS ©2022 Merdeka.com
Kelompok Bangsa Tamil di Sumatera Utara jika berdasarkan garis ekonomi, mereka lebih miskin daripada warga asli. Terdapat dua kelompok yang datang ke Indonesia, yaitu Tamil dan Sikh. Namun keduanya terpisah akibat adanya perbedaan tempat asal, agama, dan mata pencaharian.
Warga bangsa Tamil Muslim hadir sejak tahun 1887 dan sudah memiliki sebuah lembaga sosial yang bernama South Indian Moslem Foundation And Welfare Committee. Sultan Deli pada saat itu telah menghibahkan dua bidang tanah untuk di bangun masjid, salah satunya Masjid Ghaudiyah.
Kedatangan mereka secara kehidupan sosial masih berpegang teguh dengan kehidupan sosial di negara asal. Namun, dengan seiring berjalannya proses sosial dengan warga lokal, akhirnya dua budaya ini berjalan saling beriringan dan menambah nuansa budaya di Sumatera Utara dan Kota Medan.
Terbentuknya Kampung Madras
Youtube/Muthu Rosdiana©2022 Merdeka.com
Setelah bangsa Tamil datang untuk mencari peruntungan, akhirnya beberapa dari mereka memutuskan untuk menetap. Pada saat itulah, bangsa Tamil tinggal tepat di Jalan Zainul Arifin yang dulunya bernama Jalan Calcutta. Letak geografis dari pemukiman yang dekat dengan sungai ini kerap dijadikan moda transportasi penduduk di masa lalu.
Dengan banyaknya bangsa Tamil yang tinggal di wilayah tersebut, menjadikan masyarakat Kota Medan menyebutnya dengan Kampung Madras.
Sejak lama, masyarakat Medan menyebut Kampung Madras dengan Kampung Keling. Karena orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut ialah Bangsa Tamil yang berkulit gelap.
Sekarang, Kampung Madras tidak hanya diisi oleh orang-orang India saja. Namun terdapat orang-orang dari berbagai daerah seperti Cina, Suku Aceh, Suku Jawa, dan Melayu.
Kampung Madras Penuh dengan Suasana India
©2019 Merdeka.com
Walaupun terdapat Masjid Ghaudiyah sebagai salah satu tanda adanya bangsa India di Medan, namun bangunan di sekitar Kampung Madras begitu kental dengan suasana India.
Lokasi Kampung Madras sangat terlihat kontras jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya. Hal ini dikarenakan Kampung Madras berdampingan dengan gedung-gedung dan pertokoan milik warga Medan. Namun keberagaman budaya tentu begitu terasa di tempat ini.