Kilas Balik Banjir Bandang di Lembah Anai Tahun 1892, Infrastruktur Rusak Berat
Lembah Anai dulunya pernah mengalami bencana alam banjir yang cukup parah di era Kolonial Belanda.
Lembah Anai dulunya pernah mengalami bencana alam banjir yang cukup parah di era Kolonial Belanda. Hampir seluruh infrastruktur yang dibangun Belanda rusak berat.
Kilas Balik Banjir Bandang di Lembah Anai Tahun 1892, Infrastruktur Rusak Berat
Bencana alam banjir di Indonesia tentu sudah berlangsung sejak puluhan hingga ratusan tahun lalu. Tak sedikit dari bencana banjir tersebut telah membuat rusak banyak fasilitas publik sehingga cukup menyulitkan mobilisasi.
Lembah Anai salah satu wilayah yang dulunya pernah mengalami bencana alam banjir yang cukup parah, yaitu tepat pada tahun 1892 silam. Baru-baru ini, wilayah ini kembali diterjang banjir bandang yang menyebabkan beberapa akses jalan putus total.
(Foto: Universiteit Leiden KITLV)
- Melihat Bekas Gedung Perikanan Peninggalan Belanda, Kini Masih Berdiri Kokoh tapi Kondisinya Memprihatinkan
- Menelusuri Jejak Peninggalan Belanda di Kampung Recosari Boyolali, Ini Potretnya
- Banjir Landa Tiga Kecamatan di Ogan Komering Ulu, Ribuan Warga Dievakuasi
- 7 Jenis Banjir dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai
Wilayah Lembah Anai memang dikelilingi oleh perbukitan serta tebing-tebing yang curam. Tak ayal jika wilayah ini sangat rawan longsor serta aliran sungai dengan debit air yang tinggi sehingga resiko banjir bandang sangatlah tinggi.
Seperti apa potret sejarah banjir bandang di Lembah Anai era Kolonial Belanda? Simak ulasan lengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Jembatan Rel Kereta Runtuh
Mengutip arsip digital Universiteit Leiden (KITLV) dan sumber lainnya, terdapat sebuah foto lama yang memperlihatkan jembatan kereta api dengan pondasinya yang sudah rusak parah akibat terjangan banjir bandang.
Diketahui jembatan tersebut baru saja rampung dibangun oleh pemerintah Belanda. Jalur kereta ini bagian dari pembukaan jalur dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju kompleks pertambangan Sawahlunto. Salah satu jalurnya adalah melewati Lembah Anai ini.
Baru setahun beroperasi, jembatan beserta pondasinya itu hancur berantakan. Kondisi dari tiang-tiang penyangga jembatan pun nampak terlihat bengkok. Dari sini kita bisa menilai betapa kuatnya arus banjir bandang pada saat peristiwa tersebut terjadi.
Kondisi Luluh Lantak
Mengingat wilayah Lembah Anai yang dikelilingi tebing dan perbukitan dengan hutan yang lebat, pasca banjir bandang menerjang terlihat kondisinya sudah luluh lantak.
Terlihat banyak pepohonan yang tumbang, kemudian tebing-tebing yang nampak tergerus oleh kuatnya arus banjir. Tak hanya itu, terlihat juga beberapa rangkaian rel kereta rusak akibat bencana alam tersebut.
(Foto: Instagram/beritasumbar)
Kembali Terjadi
Pada Minggu (12/5) kemarin, Lembah Anai kembali diterjang banjir bandang yang menyebabkan akses jalan nasional tertutup total. Selain itu, bencana alam ini juga menelan korban jiwa.
Beberapa fasilitas publik serta usaha-usaha milik masyarakat sekitar pun juga turut terkena dampaknya. Lembah Anai yang menjadi salah satu destinasi wisata di Sumbar itu juga merusak usaha restoran dan kafe di tepi sungai.
Mengutip Liputan6.com (14/5), terlihat sebuah kafe milik warga yang kondisinya hanya tersisa puing-puing bangunan.
Terkait bencana yang menimpa pelaku ekonomi kreatif, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menyampaikan keprihatinannya. Terlebih saat ini sektor pariwisata sedang mempersiapkan diri menyambut liburan sekolah mengingat kawasan Lembah Anai menjadi salah satu destinasi favorit.
Belasan Orang Hilang dan Tewas
Dari bencana banjir bandang di Lembah Anai ini menyebabkan dampak kerusakan yang cukup serius. Tercatat, 15 korban banjir lahar hujan yang hilang.
Untuk Kabupaten Tanah Datar, ada 12 korban hilang, kemudian di Kabupaten Agam ada 3 korban hilang. Sehingga total korban meninggal dunia saat ini mencapai 44 orang yang berasal dari Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Panjang serta Padang Pariaman.