Kisah Hidup Silas Papare, Juru Rawat yang Berjasa Menyatukan Papua ke dalam Wilayah Indonesia
Ia dulunya adalah seorang intelijen Belanda yang mendukung sekutu mengalahkan Jepang. Namun beberapa tahun berikutnya ia justru berbalik melawan Belanda.
Kisah hidup Silas Papare sangat menarik. Ia dulunya adalah seorang intelijen Belanda yang mendukung sekutu untuk mengalahkan Jepang. Namun beberapa tahun berikutnya ia justru berbalik melawan Belanda demi Indonesia.
Silas Papare lahir di Serui pada 18 Desember 1918. Dikutip dari Wikipedia, ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Juru Rawat pada tahun 1935 dan bekerja di Rumah Sakit Serui sebelum pindah ke rumah sakit milik perusahaan minyak NNGPM di Sorong sejak tahun 1936.
-
Siapa Thomas Parr? Thomas Parr yang dulunya merupakan seorang Residen pada masa penjajahan Inggris di Benteng Malborough. Tugu yang tak jauh dari benteng ini dibangun untuk memperingati Thomas Parr yang tewas terbunuh oleh masyarakat Bengkulu.
-
Siapa Myles Symms-Aur? Menjadi veteran Angkatan Laut Amerika Serikat, tak selalu menjanjikan secara finansial. Kondisi ini yang kemudian dirasakan oleh Myles Symms-Aur hingga dia nekat hengkang dari Amerika dan memilih untuk tinggal di Thailand.
-
Siapa Silas Shimmer Horn? Salah satu anggotanya, yakni Silas Shimmer Horn memisahkan diri dari kelompok dan bersembunyi di sebuah gua dekat Versailles.
-
Siapa Gavrel? Rieta Amalia ternyata memiliki seorang anak angkat yang bernama Gavrel, dan ia sangat menyayangi putranya tersebut.
-
Siapa Silvia Mahlina? Perempuan asal Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ini terbiasa mengemudikan bus antar kota antar provinsi (AKAP).
-
Siapa Hossam? Seorang bocah bernama Hossam pun ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi orang meninggal seperti para korban Israel.
Sekitar tahun 1940, Silas dipindahtugaskan ke Serui sebagai seorang perawat hingga awal tahun 1942 ketika Jepang masuk. Pada tahun 1944, ia direkrut sebagai mata-mata Amerika Serikat dan pemerintah Belanda untuk membantu perlawanan terhadap tentara Jepang di Papua.
Berikut selengkapnya:
Jadi Mata-Mata Sekutu
Selama bekerja sebagai mata-mata, Silas menjalankan tugasnya dengan sangat bagus. Apalagi dia memiliki pemahaman dan penguasaan medan yang cukup bagus.
Atas kinerjanya yang memuaskan, Pemerintah Belanda memberikannya penghargaan berupa bintang perunggu di London pada 5 April 1945. Sejak saat itu, karier Silas langsung melejit. Ia kemudian mendapat penghargaan dari bagian OPS Perang Pasifik dan Biro Intelijen tentara Sekutu pada 31 Oktober 1945.
Semasa pemerintahan Belanda di Papua, ia kembali menjalankan tugasnya sebagai juru rawat. Pada tahun 1951-1954 ia sempat tugas ke luar Papua di mana ia menjadi bagian dari tenaga medis di Kementerian Kesehatan Kotapraja Jakarta Raya. Pada tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota DPR mewakili Irian Jaya.
- Jejak Kamp Interniran Jepang di Semarang, Perkampungan Penduduk yang Disulap Jadi Tempat Tinggal Tahanan Belanda
- Kisah Petani Madura Punya Sawah 30 Hektare di Jepang, Dulu Lahir dari Keluarga Miskin Kini Hidup Sejahtera Dihormati Banyak Orang
- Sisi Lain Jepang yang Jarang Terungkap, Kehidupan di Desanya Kalah Jauh dari Indonesia?
- Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Mendukung Kemerdekaan Indonesia
Walaupun beberapa kali mendapat penghargaan dari tentara Sekutu dan pemerintah Belanda, di dalam hatinya Silas Papare punya prinsip untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Prinsip itu semakin kuat setelah ia dan beberapa orang Papua lainnya bertemu dengan eks tawanan Digul bernama Sugoro. Dari Sugoro-lah Silas mendapat pendidikan kebangsaan dan semakin mengobarkan semangatnya untuk kemerdekaan Indonesia.
Setelah Konferensi Malino pada 15-25 Juli 1946, Silas menyatakan dengan tegas sikapnya untuk memilih berpihak ke pangkuan Republik Indonesia. Saking teguhnya dengan prinsip itu, Silas tak pernah kapok untuk membuat pemberontakan. Berkali-kali pemberontakannya gagal dan dia harus mendekam di penjara, namun Silas tidak pernah kapok.
Bangkitkan Semangat Perjuangan Rakyat Papua
Pada tahun itu, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Melalui organisasi ini, Silas berusaha keras menggalang dukungan rakyat Papua untuk mengorganisir perlawanan terhadap upaya Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Karena inilah Silas diasingkan ke Biak.
Walau begitu, PKII terus berkibar di Papua. Selain itu ada gerakan lain seperti Komite Indonesia Merdeka (KIM), Gerakan Merah Putih (GMP), dan Perintis Kemerdekaan. Dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id, apa yang dilakukan Silas telah menjadi pemantik semangat perjuangan masyarakat Papua untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Akhirnya Papua secara resmi bergabung dengan Republik Indonesia berdasarkan hasil Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969.
Penghormatan pada Silas Papare
Silas Papare menghembuskan nafas terakhir pada 7 Maret 1978 di usianya yang ke-55 tahun. Ia dimakamkan di tanah kelahirannya, Serui. Atas jasa-jasanya yang besar, Silas dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada 14 September 1993.
Tak hanya diabadikan sebagai pahlawan nasional, nama Silas Papare juga diabadikan untuk nama alutsista, bandara, hingga nama jalan. Beberapa di antaranya yaitu KRI Silas Papare, Pangkalan TNI Angkatan Udara Silas Papare, Monumen Silas Papare, dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Silas Papare di Papua.