Kisahnya Curi Perhatian Pemkab, Begini Nasib Bocah Lumpuh Layu di Deli Serdang
Bocah penderita lumpuh layu di Deli Serdang, Sumatra Utara, akhirnya mendapatkan perhatian dari Pemkab setempat dan kini dibawa ke rumah sakit untuk berobat.
Belum lama ini, kisah pilu seorang bocah penderita lumpuh layu, warga Desa Baru Titi Besi, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut) curi perhatian publik.
Bocah laki-laki berusia 4 tahun, bernama Rivaldy Syahmanan itu menderita lumpuh layu sejak usia 1 bulan setelah dilahirkan. Ia merupakan anak ketiga dari pasangan dari Edi Setiawan (40) dan Maisyarah (33).
-
Buah apa yang terkenal dengan teka-teki lucu dan khas Sumut? Buah apa yang durhaka?Jawaban: Melon Kundang.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Apa itu Sebelik Sumpah? Sebelik Sumpah, sebuah cendera mata atau sejenis perhiasan milik Orang Rimbo di Provinsi Jambi. Tiap daerah di Indonesia memiliki kerajinan tradisional yang digunakan sebagai perhiasan atau cendera mata oleh penggunanya. Bahkan, benda tersebut disebut-sebut memiliki kisah dan mitos dibaliknya.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
Kondisi Rivaldy sangat memprihatinkan. Di saat anak-anak normal seusianya sudah mulai bisa berjalan dan bermain, Rivaldy hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Ayahnya, Edi bercerita, Rivaldy sebenarnya lahir dalam kondisi normal. Namun saat usianya sebulan, Ia mengalami demam tinggi hingga kejang-kejang sebelum akhirnya divonis lumpuh oleh dokter.
"Anakku lahir normal, namun sebulan melahirkan mengalami demam tinggi sampai kejang-kejang. Lalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Lubukpakam. Di sana harus menjalani perawatan selama satu bulan," kata Edi pada Selasa (25/1).
Namun, karena keterbatasan ekonomi, Edi tak mampu melanjutkan pengobatan sang anak. Akhirnya, kondisi Rivaldy ini menyita perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Sedang. Kabarnya, saat ini Rivaldy telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Dibawa ke Rumah Sakit untuk Terapi
Rivaldy akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Amri Tambunan Lubukpakam, oleh perangkat desa dan petugas puskesmas di Kecamatan Galang pada Kamis (27/1).
Camat Galang, M Faisal Nasution mengatakan, Rivaldy dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan terapi. Ia nantinya akan dibawa ke rumah sakit rutin sebulan dua kali.
"Rivaldy setiap bulan menimal 2 kali dibawa terapi. Untuk Kartus Indonesia Sehat dari pemerintah sudah diuruskan dan kini bisa dipakai untuk berobat," sebutnya pada Jumat (28/1).
Meski begitu, Faisal mengajak masyarakat untuk ikut peduli terhadap Rivaldy. Apalagi pemerintah sendiri memiliki keterbatasan dana.
"Pemerintah punya keterbatasan dana, sehingga masyarakat yang memiliki rezeki berlebih tidaklah salah jika meringankan beban masyarakat membutuhkan bantuan di Kecamatan Galang, terlebih lagi Rivaldy," ajaknya.
Kondisi Pilu Rivaldy
Sebelumnya, sang ayah, Edi menceritakan kondisi sang anak saat divonis menderita lumpuh layu oleh dokter. Kondisi itu diketahui usai Rivaldy mengalami panas tinggi atau step. Namun, Edy kemudian memilih membawa pulang Rivaldy untuk menjalani pengobatan terapi secara mandiri.
"Mendengar penyampaian dari dokter, saya memutuskan membawa pulang Rivaldy ke rumah untuk berobat terapi," sebutnya.
Namun, ditengah keterbatasan ekonomi, pengobatan Rivaldy yang seadanya tak kunjung mendatangkan kesembuhan. Maklum, Edi sehari-harinya hanya bekerja sebagai kuli pengangkat pasir di sungai, di mana penghasilannya hanya Rp60 ribu per hari. Tentu saja itu tak cukup untuk membawa Rivaldy berobat ke rumah sakit.
"Aku dulu kerja di ternak ayam, sekarang hanya kuli pengangkat pasir dari sungai dengan penghasilan Rp60 ribu per hari. Pendapatan tentu tidak mencukupi buat biaya kebutuhan Rivaldy seperti membeli susu, pempers dan membawa berobat terapi," katanya.
Sudah menderita lumpuh, Rivaldy harus menerima kenyataan pahit soal dirinya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya, lantaran sang ibu pergi meninggalkannya. Ibu kandungnya saat ini diketahui telah menikah lagi.
"Dia (Maisyarah) pergi meninggalkan rumah pada bulan April 2021, alasan kerja ke Siantar. Ternyata sudah menikah lagi dengan orang lain padahal belum resmi bercerai," ujar Edi.