Memahami Self Sabotage, Perilaku Merusak Diri Sendiri dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Penting untuk mengenali dan menyadari perilaku ini, agar kita bisa bertindak untuk kebaikan diri sendiri dalam jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, berikut merdeka.com merangkum apa itu self sabotage atau sabotase diri, dan bagaimana cara mengatasinya:
Apakah kamu merasa pernah melakukan sesuatu yang sia-sia secara terus menerus dan kamu menyadari dampaknya tetapi tetap melakukannya?
Atau apakah kamu merasa stres dan cemas saat berusaha mencapai sesuatu yang penting. Ini, pada gilirannya, mungkin dapat membuatmu merasa semakin frustrasi, putus asa, dan marah pada diri sendiri. Perasaan ini menjebakmu dan mencegahmu melakukan apa yang perlu kamu lakukan.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kapan Rahmat mulai panen slada? Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan. Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid. Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta. Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
-
Buah apa yang terkenal dengan teka-teki lucu dan khas Sumut? Buah apa yang durhaka?Jawaban: Melon Kundang.
-
Apa itu Serumbung Sumur? Serumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813. Ini dia serumbung sumur yang merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
-
Kapan Agus Salim wafat? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
-
Apa itu Kapurut Sagu? Kapurut sagu terbuat dari tepung sagu yang sudah agak mengeras dan memiliki warna kecokelatan. Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat kaya akan tradisi, budaya, hingga sajian makanan yang unik.Salah satu sajian makanan khas Mentawai yang patut anda coba adalah kapurut sagu.
Perasaan dan apa yang kamu lakukan memiliki sebutan dalam psikologis di mana seseorang menghancurkan diri sendiri secara fisik, mental, atau emosional.
Penting untuk mengenali dan menyadari perilaku ini, agar kita bisa bertindak untuk kebaikan diri sendiri dalam jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, berikut merdeka.com merangkum apa itu self sabotage atau sabotase diri, dan bagaimana cara mengatasinya:
Memahami Self Sabotage
Shutterstock/Poznyakov
Meskipun kita jarang menghalangi diri kita dengan sengaja untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita mungkin masih melakukan atau mengatakan sesuatu untuk menghalangi jalan kita sendiri.
Sabotase diri atau self sabotage adalah ketika orang melakukan (atau tidak melakukan) hal-hal yang menghalangi kesuksesan mereka atau mencegah mereka mencapai tujuan mereka. Itu bisa terjadi secara sadar atau tidak sadar. Perilaku sabotase diri dapat memengaruhi kesuksesan pribadi dan profesional kita, serta kesehatan mental kita melansir dari laman better up.com.
Sabotase diri, juga dikenal sebagai disregulasi perilaku, dapat disadari atau tidak disadari tergantung pada tingkat kesadaran.
Contoh sabotase diri secara sadar adalah memutuskan untuk makan kue, meskipun tujuannya untuk makan sehat. Sabotase diri yang tidak disadari terjadi ketika tujuan atau nilai pribadi telah dirusak tetapi pada awalnya tidak dikenali.
Seseorang yang takut gagal mungkin menunggu hingga menit terakhir untuk mengerjakan proyek penting, tanpa sadar menghindari prospek kemajuan (Wignall, 2020).
Kita mungkin percaya bahwa kita menginginkan kebahagiaan dalam hidup kita, terutama dalam hubungan dan karier. Jadi mungkin mengejutkan untuk mendengar bahwa kita kadang-kadang terlibat dalam perilaku merusak, yang sebenarnya merusak kesempatan kita untuk bahagia.
Filsuf Alain de Botton berpendapat bahwa meskipun pada dasarnya kita semua menginginkan kebahagiaan, bagi banyak dari kita, itu bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya kita miliki, jadi kita terlibat dalam perilaku sabotase diri.
Karena kita dibesarkan dalam lingkungan di mana kebahagiaan tidak benar-benar ada, gagasan dan harapan untuk mencapainya pada akhirnya mungkin membuat kita merasa takut atau tidak layak.
Tanda-tanda Sabotase Diri atau Self Sabotage
Berikut beberapa contoh perilaku sabotase diri yang mungkin kamu lakukan. Beberapa di antaranya lebih jelas, tetapi yang lain lebih sulit dikenali.
- Tidak bertanggung jawab atas tindakan
Terkadang, kemalangan kita adalah hasil dari orang lain. Tetapi lebih sering daripada yang kita pikirkan, kita juga berperan ketika terjadi kesalahan.
Penting untuk meluangkan waktu dan merenungkan bagaimana tindakan kita berkontribusi pada kesalahan, berhati-hatilah untuk tidak menyabotase kesempatanmu untuk belajar dan tumbuh dari pengalaman itu.
- Penundaan.
Kamu mungkin menghindari tugas penting dengan mengatur ulang rak bumbu, membersihkan rumah secara menyeluruh, atau mempelajari banyak hal tentang beberapa topik yang tidak terkait dengan tugas yang ada. Meskipun ini terasa produktif, sering kali hal ini dapat menyabotase kesuksesanmu.
- Pembicaraan diri yang negatif.
Jika ini terkait dengan ketakutanmu akan kegagalan, maka self-talk negatif dapat meningkatkan pola pikir sabotasemu. Misalnya, kamu mungkin merasa khawatir untuk memulai tugas baru karena tidak memiliki pengalaman melakukannya.
- Menyerah ketika segalanya menjadi lebih sulit.
Terkadang tidak apa-apa melepaskan seseorang atau situasi yang tidak lagi memenuhi kebutuhanmu. Namun, keraguan diri tentang apakah kamu dapat berhasil dalam pekerjaanmu mungkin membuatmu terlibat dalam perilaku sabotase diri yang membuatmu tidak berhasil.
Penyebab Sabotase Diri
Jadi apa penyebab kita menyabotase diri sendiri, berikut sejumlah alasannya dari laman Berkeley Well-Being Institute:
- Kontrol
Sabotase diri mungkin tidak membuat kamu sukses, tetapi setidaknya kamu mengendalikan kegagalan.
- Takut gagal atau sukses
Meskipun kedengarannya berlawanan dengan intuisi, kamu mungkin menyabotase diri sendiri karena takut sukses, karena itu bisa berarti lebih banyak tanggung jawab, harapan, atau pekerjaan.
Mungkin juga kamu takut mencoba dan tidak berhasil karena ketika kamu mencoba dan gagal, kamu mungkin merenungkan tidak cukup baik, tidak cukup pintar, atau tidak cukup penting.
- Keakraban
Orang benar-benar suka konsisten dan, lebih sering daripada tidak, memilih keakraban daripada kebahagiaan. Misalkan kamu terbiasa direndahkan, diabaikan, atau tidak dicintai dan dihargai. Dalam hal ini, bisa lebih akrab dan nyaman berada dalam situasi di mana kamu akan diperlakukan sama, meski tidak sehat.
- Imposter syndrome
Sindrom penipu atau imposter syndrome merupakan keyakinan bahwa kamu tidak baik atau cukup berbakat untuk sesuatu, mungkin membuat kamu takut mengambil risiko bahwa seseorang mungkin mengetahui kamu adalah seorang penipu (atau setidaknya begitulah yang kamu lihat).
- Takut akan kebahagiaan
Terkadang, sabotase diri terkait dengan ketakutan akan kebahagiaan. Dan itu masuk akal. Jika kamu dibesarkan di lingkungan yang tidak memiliki banyak kebahagiaan, kamu mungkin takut akan kebahagiaan.
Dampak Psikologis Sabotase Diri
©2012 Merdeka.com
Ketika kita tidak menyadari pola pikir negatif kita dan bagaimana pola pikir negatif itu memengaruhi perilaku kita, sabotase diri dapat menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Kita mungkin merasa putus asa tentang masa depan atau mencapai tujuan kita. Kita mungkin berpikir bahwa ada yang salah dengan diri kita dan kita tidak mampu untuk sukses.
Ketika ini terjadi, perilaku negatif ini bisa mendarah daging. Mereka dapat memperkuat ketidakamanan kita. Perilaku sabotase diri menguras motivasi, antusiasme, dan harga diri kita. Karena bukti “kegagalan” kita mulai menumpuk, kita tidak lagi merasa cukup baik.
Keraguan diri ini mulai mengabadikan sebuah siklus. Saat kita (mau tidak mau) didorong untuk melakukan sesuatu di luar zona nyaman kita, kita panik. Perasaan tidak nyaman dan suara hati yang ketakutan itu membuat kita bertindak melawan kepentingan terbaik kita sendiri. Dan ketika hal itu menyebabkan kita membakar jembatan yang sangat penting bagi kita.
Cara Menghentikan Sabotase Diri
Asal mula sabotase diri berakar pada pengalaman emosional, seringkali sejak masa kanak-kanak, yang memengaruhi persepsi diri kita.
Penulis dan pelatih Maria Rippo (2016) percaya bahwa menyembuhkan rasa malu sejak masa kanak-kanak dapat melepaskan kita dari siklus ini. Perjalanannya adalah tentang menemukan asal-usul ketidakberdayaan yang membuat koreografi pikiran beracun kita.
Kenali Pikiranmu
Pikiran negatif bisa terasa nyata, meski jika dilihat itu adalah sebuah ketakutan dan belum ada yang terjadi satu pun.
Kemampuan untuk mengenali pikiran yang memicu adalah langkah pertama yang penting untuk mengubah pola sabotase diri. Kesadaran diri memulai proses introspeksi dan akan membantu mengidentifikasi pikiran beracun dan asal-usulnya. Pemicu ini sering disertai dengan reaksi emosional yang intens
Positive Self Talk
Jika kamu kerap berpikir buruk tentang dirimu, kini belajarlah berpikir baik tentangnya. Ketika kamu memfokuskan kesadaranmu dengan tidak menghakimi pada beberapa pemicu atau perilaku yang mengarah pada sabotase diri, kamu tidak hanya dapat belajar lebih banyak tentang dirimu tetapi juga menghasilkan lebih banyak pemahaman diri.
Latih Belas Kasih Diri
Studi menunjukkan bahwa memiliki welas asih terkait dengan kebahagiaan, kebijaksanaan, dan ketahanan emosional, tetapi minim narsisme (Neff, Rude & Kirkpatrick, 2007). Saat kamu melatih welas asih, kamu dapat dengan lebih mudah pergi dari tempatmu sekarang ke tempat yang kamu inginkan.
Praktikkan Penerimaan Diri
Kamu dapat mencoba mempraktikkan penerimaan radikal dengan mengatakan hal-hal seperti “Apa yang terjadi di masa lalu tidak dapat diubah. Saya bisa bereaksi berbeda sekarang”.
Bingkai Ulang
Salah satu alasan sabotase diri begitu umum adalah karena beberapa bagian otak kita berusaha menjaga kita dari bahaya. Cobalah untuk mengubah narasi dari "Ini membuatku takut" menjadi rasa ingin tahu yang penuh kasih.
Beginilah cara kamu melatih kembali otak untuk menjadi "sekutu" alih-alih "musuh" dan menghentikan siklus sabotase diri.
Lebih Nyaman Dengan Kegagalan
Sabotase diri mungkin berasal dari rasa takut akan kegagalan atau penolakan, yang dapat membuat kamu menghindari mencoba hal-hal yang sulit.
Jika kamu tidak mencoba, maka kamu tidak bisa gagal. Dalam hal ini, kamu secara tidak sadar menyabotase diri sendiri. Misalnya, dalam hubungan yang baru dan bahagia, kamu mungkin cenderung percaya bahwa hanya masalah waktu sebelum keadaan menjadi lebih buruk, jadi kamu mulai melakukan hal-hal yang menimbulkan ketegangan (seperti berkelahi atau mudah marah).
Sabotase diri sesederhana kita percaya bahwa kehidupan kita akan seperti ini saja dan tak perubahan, padahal kita bisa memiliki kehidupan yang lebih.
“Yang dibutuhkan banyak dari kita, meskipun kedengarannya paradoks, adalah keberanian untuk mentolerir kebahagiaan tanpa sabotase diri.” ― Nathaniel Branden